Athena dan Elang sedang berada di kedai es krim. Pulang sekolah tadi, Athena terus memaksa Elang padahal Elang masih menjalankan masa hukuman dari ibunya. Tapi setelah Elang pikir-pikir, berhubung ibunya sedang tidak ada di rumah hari ini mungkin dia tidak akan ketahuan.
Tidak ada yang berbicara karena Elang sedang memperhatikan Athena, sementara Athena sedang sibuk memakan es krimnya seperti anak kecil.
“Lo terpesona sama gue? Udah puas belom ngeliatinnya?” tanya Athena masih terus sibuk dengan es krimnya.
“Terus gue harus ngapain? Bengong?” tanya Elang kesal. “Lap nih mulut lo, makan kayak anak kecil,” ujar Elang sambil memberikan tisu yang langsung digunakan Athena untuk mengelap mulutnya.
“Santai dong,” kata Athena sambil menampilkan cengiran lebarnya.
“Temen gue mau lo tolak atau gimana?” tanya Elang.
“Dih. Kemaren aja gue di sekolah satu jam. Salah gue lagi kalo gue kesel?” tanya Athena.
“Ada alesan, bukannya gak ada alesan.”
“Lagian gue pindah sekolah bukan buat pacaran,” ucap Athena malas.
“Terus buat apa?” pancing Elang.
Athena berdecih. “Udah gue bilang, bukan urusan lo.”
“Abis lo aneh. Siapa yang pindah sekolah di tengah semester kayak gini?” tanya Elang heran.
“Gue,” jawab Athena singkat sambil menunjuk dirinya sendiri.
***
Bel pulang sekolah sudah lewat sekitar sepuluh menit, tapi Athena dan Elang masih berada di dalam kelas. Elang hanya menemani Athena yang sibuk mengerjakan tugas matematikanya karena malas jika dijadikan tugas rumah, lagipula hanya tersisa beberapa nomor saja.
“Belom selesai? Nanti gue kasih contekan, elah, tenang aja,” kata Elang masih duduk di samping Athena.
“Tolong ya, gue lagi rajin. Jangan toxic gitu deh,’ jawab Athena kesal.
“Karel dateng itu,” kata Elang.
Athena buru-buru membereskan alat tulis dan kertas-kertasnya. “Hai,” sapa Athena pada Karel saat sudah selesai memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.
Karel tersenyum. “Udah selesai?” tanya Karel.
“Sekarang gue ditinggal,” dengus Elang.
Elang berjalan melewati Athena dan Karel. Athena dan Karel sama-sama menertawai Elang yang sudah keluar dari kelas.
Tadi pagi Karel menawarkan untuk mengantar Athena pulang dan disetujui Athena karena kakaknya tidak bisa menjemput lagi.
“Tadi ngapain masih di kelas?” tanya Karel membuka pembicaraan.
“Kalo gak selesai dijadiin PR,” jawab Athena.
Karel terkekeh. Mereka berjalan ke arah tempat parkir motor. Karel naik ke atas motornya dan menghidupkan mesinnya, baru setelah itu Athena naik ke atas motor Karel juga. Mereka mampir ke salah satu mall yang terletak tidak jauh dari sekolah. Tadi pagi memang Karel memang mengajak Athena untuk mampir ke mall dulu, dan Athena setuju saja.
Setelah sampai, Athena dan Karel masuk ke dalam tempat bermain. Mereka mencoba beberapa macam permainan sebelum berhenti di tempat permainan bola basket.
“Mau main ini?” tanya Karel.
“Ayo,” ajak Athena. “Kalo lo kalah, lo wajib, kudu, harus beliin gue es krim.”
“Kalo lo kalah?” tanya Karel.
Athena berpikir sejenak. “Gue traktir lo es krim juga,” jawab Athena sambil menampilkan cengiran lebarnya.
Karel terkekeh. “Oke.”
Athena dan Karel memulai permainannya dalam waktu bersamaan. Sesekali Karel melirik skor Athena dan cukup terkejut saat melihat angkanya. Babak pertama selesai, Athena mendapat seratus lima puluh, sementara Karel hanya seratus. Athena menampilkan senyum kemenangannya. Babak kedua, ketiga dan keempat berakhir dengan skor Athena yang lebih unggul.
“Gue menang,” seru Athena ceria.
“Lo pemain basket di sekolah lama lo?” tebak Karel. “Lima ratus tiga kayaknya terlalu mustahil buat lo.”
“Yep, gue anggota tim basket di sekolah lama gue, tapi biasanya jadi cadangan doang. Jadi gue mainnya di tempat main kayak gini,” jelas Athena.
“Mau gue kenalin ke ketua tim basket di sekolah?” tawar Karel.
“Nggak deh. Gue lebih tertarik sama es krim gue,” ingat Athena sambil menampilkan cengiran lebarnya yang membuat Karel terkekeh.
“Segitu sukanya lo sama es krim?” tanya Karel sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan tersenyum.
***
“Kenapa pulang jam segini?” tanya Allard—kakak Athena yang berdiri sambil berkacak pinggang di depan pintu rumahnya.
Athena berdecih. “Jangan sok peduli.”
“Lo siapa?” tanya Allard beralih pada Karel yang berdiri di belakang Athena.
“Eh. Karel, temennya Athena,” jawab Karel tergagap.
“Lo…” ucap Allard menggantung sambil menyipitkan matanya, “gak bawain gue martabak gitu? Sebagai pelicin?” sambung Allard sembari tertawa terbahak-bahak.
Ceritanya ngegemesin.. bakal baca sama ending kok pasti haha...
Comment on chapter Enigma | 01Karakter Athena yang unik.. keren lah hahaha
Baca cerita aku juga ya, kalo mau hehe
Semangat terus!