Read More >>"> Parloha (01.20) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Parloha
MENU
About Us  

01.20

Sekarang: Habis dari  Mawan sama Jepri, waktunya loncat ke kau. Kenyataannya begini: Kepala Mawan isinya emosi-emosi nggak jelas, oke. Kepala Jepri isinya deduksi, iya. Tapi kalau kepalamu? Sampai sekarang masih belum ketemu caranya masuk kepalamu. Ya cemana, orang kepalamu udah pecah! Otakmu berceceran gara-gara pelor jadi cemana caranya kau bisa paham soal situasi sekitarmu sekarang ini? Toh, kau udah jadi mayat. Bukan apa-apa, tapi cuma mau mengingatkan kalau misal kau lupa: Bahwasanya ruang utama kedai ini dindingnya semua papan di lapisi cat minyak warna kuning. Jadi nggak dingin didalam. Entah dulu terkait persoalan estetika atau cuma suka-suka, tapi warna kuning ini ternyata terbukti fungsional. Sebab dari dibikin tahun 70an dulu pun, Semua orang yang masuk pasti sambil merokok. Makanya nyoklat[1] langit-langit itu. Kalau masih hidup tukang catnya, sekurang-kurangnya Mawan utang sate padang sama teh susu. Setuju kau kan?

            Begitu kita masuk, samping kiri pintu udah langsung bisa kau tengok teh susu pesanan orang lagi digodok. Namanya Steling[2], jadi disitu ibarat kotak besar multifungsi, disitu tersedia semua kebutuhan utama kedaimu mulai dari kompor, etalase, keranjang kayu sama wastafel -kebagusan sebenarnya kalau dikasih nama wastafel, cuma tempat cuci gelas saja nya itu- serta tempat duduk buat yang jaga kedai. Etalase kau pakai buatsusun bubuk teh, gula, rokok, cimpeng-cakwe sama susu kaleng. Di atap etalase tadi terselip VCD player buat muter film, TV-nya digantung tepat diatas etalase.

            Mulai jam 6 pagi yang jaga kedai sudah harus susun kayu ke keranjang. Jadi kedepan lebih gampang buat jaga api kompor supaya tetap stabil. Karena mulai dari setengah enam kalau belum buka kedaimu, yang mau berangkat kerja bakal ketok-ketok minta teh susu. Tak bisa kau libur. Ya memang repot, cuma kalau mau bersaing jualan teh susu, kualitas yang dijaga. Kau bikin teh susu tapi kalau dimasak pakai elpiji ya cuma kelas jualan Pasar Kaget kau jatuhnya. Itupun kalau laku! Siapa yang mau minum!? Kayak sekarang ini pun,udah besar kurang besar api kompor itu kau buat, tetap aja masih ada yang protes. Apalagi bang Sapta, si kerempeng itu cuma Tuhan lah yang tau apa maunya. “Aku malas minum di kedai Mawan, bikin teh pun macam kencing kuda!” Katanya. Barangkali bolak-balik kerjaannya nyepong kuda di Pajak Buah[3]. Maka kalau misalnya kau jadi Mawan, tiap ada pelanggan yang masuk celingukan nanya: “Panas airmu?” sambil nyuruh kau buka-tutup dandang, terus komentar “Ah, nggak banyak pun uapnya.” Kau tenggak satu sloki. Nggak mesti Mansion atau Topi Miring, asal ada yang kau telan. Air putih pun laku buat ginjal miskinmu.

            Itulah hari-hari sebagai Darmawan Purba, presiden negara babu. Hari paling panjang dalam setahun, tiap hari. Permainan yang boleh dimainin siapapun, tapi jadi mainan favorit Mawan. Beberapa tenggak sloki. Beberapa menit film porno. Ulangi.

            Di meja yang paling dekat ke Steling, disebut “Meja Suci” karena posisi duduk yang bikin kita mendongak paling miring kalau nonton TV. Macam berdoa lah, tapi sama Asia Carrera[4]. Apalagi kalau udah datang si Cirla bawa tas samping, udahlah senyum semua yang duduk-duduk tadi. Kadang ada juga yang nggak malu ikut nimbrung pilah-pilih film. “Ini aja Wan, mantap ini. Udah pernah kutonton dulu.” Enak aja perutmu main milih-milih sendiri, yang bayar siapa njeng? Cirla pun sama juga brengseknya. Sewa film biasa yang tiga disc macam Titanic pun Rp. 5000, tapi kalau film Blue!? Satu disc yang udah lecet, diputar pun sangkut-sangkut, Rp. 45.000. Tapi terpaksa pulak bayari. Ya cemana lagi, mau nggak mau. Kalau nggak itu dipasang, nggak ada orang mau masuk. Jadi tiap kali pelanggan merengek karena stok filmmu cuma Tarzan xXx, tenggak satu sloki.

            Dibelakang Meja Suci ada lagi meja yang ukurannya paling besar sendiri dibanding yang lain. Secara kau ada di kepala Mawan, berarti kau sadar kenapa mesti meja yang paling besar itu kau jorokkan ke tengah. Supaya selain dikhususkan buat pengunjung berkelompok macam anggota-anggota Bang Kripik, juga biar ada rasa sungkan buat sampah-sampah yang bisanya cuma datang sendiri. Yang mana kebanyakan orang-orang sini rata-rata antisosial pulak. Agak lumayan kau rasa, sampai jam setengah enam sore datang wak Umar. Si tua bangke ini entah kapan matinya. Bisa pulak tahan dia duduk semalam suntuk sampai ketiduran dimejamu!? Cobak. Kalau di meja pojok mungkin nggak apa-apa, tapi apa mesti kali dia ke meja tengah!? Makanya, kalau udah datang dia pas meja tengah lagi ada orang terus dia duduk di meja samping kulkas, nungguin meja tengah kosong dulu baru minta teh susu, kau tenggak lagi satu sloki. Abis itu lirikkan sebentar ke TV, pelototin Asia Carrera ngangkangbarang semenit-dua menit kan lumayan. Tapi jangan terlalu fokus kau, tengok-tengok juga yang duduk itu, terutama: Meja Cuceng! Nah, meja yang jadi cawan suci sama pelanggan-pelanggan terutama Bang Khodirin. Ngakunya ustad, cuma lebih sering dia ceramah di pengajian ibu-ibu komplek ketimbang di mesjid hari jumat. Kata Paisal, Khodirin pernah minta dia servis laptop pribadi karena mati kena tumpahan air mineral. Yang jadi perhatian justru folder di Drive: D yang isinya 8Gigabyte kompilasi rekaman skandal seks pribadi ekstensi .3GP, yang mana semuanya perempuan-perempuan berkerudung. Semua! Apa nggak jadi curiga kau sama si kawan ini. “Bikin dulu teh susu Wan!” katanya, langsung ambil tempat di pojok. Kau kasih nama meja cuceng karena posisinya yang paling strategis untuk duduk tenang sambil satu tanganmu turun ngeremes-remes di bawah meja tanpa terdeteksi. Disempurnakan pulak kau nggak harus was-was kelihatan lagi duduk dari luar kedai, karena tertutup etalase steling di seberangnya. Siapatahu ada orang-orang yang kau kenal lagi lewat ditrotoar, terus mergokin kau lagi nonton porno siang bolong. Manis kali kan? Makanya pasang matamu betul-betul, jangan pulak lantai bawah meja jadi urusan pas mengepel nanti malam. Memang kecil kemungkinan kalau si Khodirin nekad ngocok dibawah mejamu, tapi tiap dia datang nyeruput teh susu panasmu sambil sok ngucap amdallah, tenggak satu sloki.

            Kalau hampir masuk jam 12, sebelum kau lari ninggalin kedai ke seberang beli nasi campur ikan dencis buat makan mamak tirimu, tekan dulu satu sloki. Baru kalau mau kau antar kerumah, antarlah. Tapi jangan lupa kunci laci. Sebelum masuk ke kamar pun, tinggalkan dulu nasinya disamping akuarium, periksa dulu spreinya betul-betul. Jangan pulak kau biarkan dia makan sambil beselemak[5] taik di tempat tidurnya. Sampai di kedai, segera tenggak lagi satu sloki.

            Beberapa tenggak sloki, beberapa menit porno. Ulangi.

Makanya diamkan aja waktu dia ngambil botol berstiker sang komunis Che Guevara yang sekarang dipuja milenial jadi tato sama sablon kaos, disamping kaleng susu dalam etalase. Khusus hari ini, ngerasa berhak dia buat tenggak langsung empat sloki, karena kau tengok lah: Jepri duduk cuma dia bisa. Daritadi udah di maki-makinya si Mawan gara-gara kau, sekarang lagi nyabutin jenggot pakai koin sambil jadi pemerintah buat Mawan yang ngambil karpet lah, ambil selimut lah. Udah! Sebenarnya satu selimut pun cukupnya kalau cuma buat mbungkus badanmu. Dipaksa Jepri jadi dua, “Biar nggak ngocor kepalanya” Katanya. Oke! Abis itu digulung masuk karpet lagi? Suka hatimu bang Jep.

            Terus? Ya kau tunggu orang itu ngabisin rokok dulu, lah. Soalnya kan nggak bisa pulak langsung kita tunjuk salah siapa, Mbeng. Memang kalau secara hukum kau bilang, Mawan lah masuk. Apalagi? Empat kali tadi masuk kakinya ke perutmu, iya kan? Macam adonan donat tadi kau diunyet sama dia. Badannya pulak macam Hercules. Jadi kalau divisum, nggak perlu benjol mukamu lagi yang ditengok. Memar-memar dibadanmu sekecil apapun dapat sama dokter Sudibyo. “Kubilang…!” Katanya serentak sama tendangannya masuk perutmu. “Kau…!” tendang kedua. “Main…!” Tiga. “Jangan…!” Empat. “SMS-an!” Lima! Enam! Tujuh! Lapan kali tendangan sampai nggak napas kau tadi. Memang sengajanya kau tes-tes tadi dia disitu. Maksudmu apa coba? Dia udah tua. Nggak harusnya candamu sejauh itu. “Abang saking pecundangnya, kalau ikutperlombaan yang nyari pecundang sejati, abang juara dua bang!” kau bilang.

            “Kenapa juara dua…” katanya, “karena abang pecundang!” Kau teriakkan kemukanya itu. Yang mana duitnya pun udah kau kantongi. Iya, tapi segitu puasnya kau teriak pecundang sama dia, apa yakin nggak ada udang dibalik risol ini, kau rasa? Entah kau pulaknya yang bolak-balik merasa jadi pecundang sejati tiap kau ngaca? Kapan kau terakhir kali ngaca? Apa kata bayangan dikaca itu samamu?

            Kadang kau nggak tahu diri, setaik-taiknya mulut Mawan, tetap juganya cuma dia yang mau dengar keluhanmu kan? Memang “Ah macam bencong kau! Potong aja pelermu kasih bebek!” Katanya samamu tapi cobak kau ingat-ingat, sama dia cuma kau bisa curhat masalahmu. Dan ditanggapinya. Apa enggak rupanya? Nggak pernah ada tanggapan serius kau rasa, cobak kau rasa-rasa lagi. Siapa yang lain mau dengar ceritamu? Kau bilang bapakmu selingkuh, apa katanya samamu? “Jangan macam bencong, kau bawak parang kerumah bapakmu itu, pigih[6]!” Katanya kan? Terus cerita kau sama kakang, apa kata Kakang. “Pantaslah, orang bapakmu napsuan.”

            Tapi waktu itu lebih terima pulak kau omongan Kakang. Anggapanmu candaannya lucu. “Susah sama Mawan, sikit-sikit pukul. Sikit-sikit pukul. Bapakku sendiri pulak suruhnya kubacok, macam dia sama bapaknya.” Kau protes. Padahal kalau mau lebih dalam sikit kau mikir, kan nggak ada suruhnya kau bacok. Bawa parang biar jadi laki-laki kau maksudnya. Masih terlalu polos kau mandang bapakmu sebagai orang yang selalu jadi panutan. “Jadi anak itu harus hormat sama orang tua.” Kepala kau lah! mana setuju dia. Hormat itu nggak pernah bisa diminta Mbeng. Orang yang ngasih samamu karena sikapmu memang pantas buat dihormati. Kelakuanmu sesuaikan sama etika yang berlaku. Bukan pulak mentang-mentang kau hamili anak orang terus besoknya itu orok kau suruh jilat kakimu. “Yoh! Aku yang ngasih dia makan dari kecil sampai jadi bujang lapuk!” Kau bilang, ya pastilah. Kerena kan itu tanggung jawabmu, Nyet! Itu jabang bayi ya nggak utang apa-apa, orang kau bapaknya! Mamaknya yang dulu kau tipu-tipu pakai mulut taik-mu, ‘cinta sehidup semati’ lah, ‘memimpin bahtera rumah tangga’ lah, ‘meniti keluarga sakinah’ lah, semua kau bilangi cuma karena kau kurang kerjaan. Merasa udah dewasa, yakin pulak kau dapat ilham untuk jadi pemimpin, padahal nggak sadar sebenarnya kau cuma pengen masuk dalam roknya. Pantat lah sama kau! Umurmu pas kawin pun baru 20 tahun!

            Baru tiga tahun kau masuk realita, diperintah angkat batu sama mandor kuli bangunan, udah kau pikir kau makan asam garam. Kencingmu pun belum lurus udah kau lamar anak orang kau janjikan tetek-bengek hantu-belau sama perempuan adik kelasmu dulu. Terakhir, gitu kau melek lihat dunia yang sebetulnya, perempuan desa tadi cuma kau pukuli tiap malam. Melar perutnya, longgar lubangnya, kendor teteknya, nengoknya pun kau nggak mau lagi. Kemana mulut umur dua puluh-mu tadi? Masih sempat kau bilang “Yee, itukan darah muda.”? Terus masih sempat kau suruh orok dari perutnya tadi nyembah kakimu cuma karena kau diluar capek banting tulang? Anjeng kau Mbeng. Setaik-taiknya kau jadi orang tua kalau sampai kau ungkit-ungkit apa yang memang semua orang tua harus lakukan didunia ini sama anaknya. Ujung-ujungnya, orang macam kau tadi inilah yang nyiptain istilah lintah darat. Bisanya cuma minjem sama janji bayar, giliran ditagih langsung ngerasa terzolimi pulak. Ah, nantilah kita bahas lintah darat, bapakmu tadi aja dulu. Orang miskin. Miskin mental.

            Jadi harusnya paham lah kau kenapa diparangnya bapaknya sendiri, waktu dia seumuran kau ini. Itu pun sekalap-kalapnya dia, kan masih tahu diri dia. Bahu sibapak yang dikekernya. Ujungnya mati-mati tua juganya bapaknya tadi. Terakhir, bini mudanya ini pun letoy[7] juga kan? Kau tengok bentuknya itu sekarang. Pernah kau lihat mamak tirinya? Masuk kamarnya pun kau udah bau pesing. Pun, itu masih tetap juga dia peduli. Walaupun nggak ngaku. Apalagi rupanya alasannya tetap jadi manusia gagal di kedai ini? Sebentar lagi pun dia masuk umur 40, berapa mimpi yang ditimbunnya di loker bawah tanah itu? Sementara ada hubungan darah pun enggak. Udah 15 tahun abang-abangnya cabut entah kemana, dari bapaknya mati. Jangankan seniorannya, yang sebayanya pun udah pada mati. Yahya, Kipli, Ayi, Afuy, mati-mati nggaknggenah semua. Dia sama Jepri yang bertahan. Itupun bukan perkara kalimat ‘belum ajal’ ya. Secara medan orang ini area tukang tikam semua.

            Sikit banyak, karena dia juga makanya aman Jalan Beskop ini. Siapa berani macam-macam? Tison? Pijak-pijaknya di Paret Nam-Kiang. Teguh? Diseret-seretnya pakai Ninja Dadang. Nggakkau nampak si Amsal ditabraknya pakai mobil Jepri? Kau tengok tangan kanannya itu tulangnya didalam bolong bekas obeng. Kau ini pun, kalau nggak gara-gara dia, susah juganya kau bertahan kerja di Parloha itu. Jangan pikirmu.[8]

 

[1] Menjadi coklat

[2] Etalase yang menyatu dengan dinding serta kompor di Kedai kopi

[3] Pasar buah sebagai tempat wisata

[4] Mantan aktris film porno

[5] Berceceran

[6] Menyuruh pergi

[7] Tidak bisa berdiri

[8] Kalimat penutup yang seolah memvalidasi argumen

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Petrichor
4109      1380     2     
Inspirational
Masa remaja merupakan masa yang tak terlupa bagi sebagian besar populasi manusia. Pun bagi seorang Aina Farzana. Masa remajanya harus ia penuhi dengan berbagai dinamika. Berjuang bersama sang ibu untuk mencapai cita-citanya, namun harus terhenti saat sang ibu akhirnya dipanggil kembali pada Ilahi. Dapatkah ia meraih apa yang dia impikan? Karena yang ia yakini, badai hanya menyisakan pohon-pohon y...
Sebuah Musim Panas di Istanbul
320      219     1     
Romance
Meski tak ingin dan tak pernah mau, Rin harus berangkat ke Istanbul. Demi bertemu Reo dan menjemputnya pulang. Tapi, siapa sangka gadis itu harus berakhir dengan tinggal di sana dan diperistri oleh seorang pria pewaris kerajaan bisnis di Turki?
Perjalanan Kita: Langit Pertama
1328      651     0     
Fantasy
Selama 5 tahun ini, Lemmy terus mencari saudari kembar dari gadis yang dicintainya. Tetapi ia tidak menduga, perjalanan panjang dan berbahaya menantang mereka untuk mengetahui setiap rahasia yang mengikat takdir mereka. Dan itu semua diawali ketika mereka, Lemmy dan Retia, bertemu dan melakukan perjalanan untuk menyusuri langit.
Rêver
5503      1642     1     
Fan Fiction
You're invited to: Maison de rve Maison de rve Rumah mimpi. Semua orang punya impian, tetapi tidak semua orang berusaha untuk menggapainya. Di sini, adalah tempat yang berisi orang-orang yang punya banyak mimpi. Yang tidak hanya berangan tanpa bergerak. Di sini, kamu boleh menangis, kamu boleh terjatuh, tapi kamu tidak boleh diam. Karena diam berarti kalah. Kalah karena sudah melepas mi...
THE WAY FOR MY LOVE
406      311     2     
Romance
Mencintaimu di Ujung Penantianku
4196      1151     1     
Romance
Perubahan berjalan perlahan tapi pasti... Seperti orang-orang yang satu persatu pergi meninggalkan jejak-jejak langkah mereka pada orang-orang yang ditinggal.. Jarum jam berputar detik demi detik...menit demi menit...jam demi jam... Tiada henti... Seperti silih bergantinya orang datang dan pergi... Tak ada yang menetap dalam keabadian... Dan aku...masih disini...
Sanguine
4434      1449     2     
Romance
Karala Wijaya merupakan siswi populer di sekolahnya. Ia memiliki semua hal yang diinginkan oleh setiap gadis di dunia. Terlahir dari keluarga kaya, menjadi vokalis band sekolah, memiliki banyak teman, serta pacar tampan incaran para gadis-gadis di sekolah. Ada satu hal yang sangat disukainya, she love being a popular. Bagi Lala, tidak ada yang lebih penting daripada menjadi pusat perhatian. Namun...
ALVINO
4140      1839     3     
Fan Fiction
"Karena gue itu hangat, lo itu dingin. Makanya gue nemenin lo, karena pasti lo butuh kehangatan'kan?" ucap Aretta sambil menaik turunkan alisnya. Cowo dingin yang menatap matanya masih memasang muka datar, hingga satu detik kemudian. Dia tersenyum.
in Silence
392      268     1     
Romance
Mika memang bukanlah murid SMA biasa pada umumnya. Dulu dia termasuk dalam jajaran murid terpopuler di sekolahnya dan mempunyai geng yang cukup dipandang. Tapi, sekarang keadaan berputar balik, dia menjadi acuh tak acuh. Dirinya pun dijauhi oleh teman seangkatannya karena dia dicap sebagai 'anak aneh'. Satu per satu teman dekatnya menarik diri menjauh. Hingga suatu hari, ada harapan dimana dia bi...
Mamihlapinatapai
5453      1516     6     
Romance
Aku sudah pernah patah karna tulus mencintai, aku pernah hancur karna jujur tentang perasaanku sendiri. Jadi kali ini biarkan lah aku tetap memendam perasaan ini, walaupun ku tahu nantinya aku akan tersakiti, tapi setidaknya aku merasakan setitik kebahagian bersama mu walau hanya menjabat sebagai 'teman'.