Melihatnya dari kejauhan sudah cukup bagi gua untuk tetap menjaga jarak seperti ini.
Tanpa kusadari semakin lama kuperhatikan dirinya berlari mengelilingi lapangan, semakin bibir ini melengkung membentuk sebuah senyuman puas dan tiada penyesalan karena telah menonton perlombaan antar sekolah yang dilaksanakan disekolahkan selama seminggu penuh.
Seneng rasanya jika jantung bisa senam dipagi hari kek begini.
Yah~ dialah cinta pada pandangan pertama gua.
Jujur banget, gua sebenernya gak percaya sama tuh namanya cinta sejati, karena intinya cinta itu hanya berakhir pada sebuah status diatas kartu yang dilaminating dan bertuliskan “kawin”. But, gua percaya ama yang namanya cinta pada pandangan pertama, khususnya para cowok yang ngeliatnya dari fisik doang. Dan gua salah satu contoh nyatanya.
Prrrrriiiitttt!!~~
peluit pak karto berbunyi, salah satu guru olahraga killer favorit gua yang mantap jiwa semangatnya gak kalah ama supermen, dan beliau juga adalah selaku panitia di perlombaan tahun ini di sma gua. Suara peluitnya menandakan akhir dari pertandingan yang panjang yang delalui sama DOI, keringat yang bercucuran dari kepala melewati plipisnya membuatku gagal fokus sama matanya yang biru mewarisi mamanya yang berdarah belanda, sedangkan kulit coklat eksotisnya berasal dari jawa asli. Benar-benar pujaan dah~
Melihatnya dikrubuni oleh banyak fansnya mulai dari perempuan hingga laki laki, membuatku kalah ‘cinta’ daripada mereka. Nyebelin . gua yang takut untuk memulai pembicaraan dan ikut nimbrung ngobrol sama dia membuat senyuman ini musnah seketika dan mata yang mulai datar kembali. Belum lagi disaat komplotan teman-teman dari yang sok alim sampe yang sok-sokan, menyingkirkan tempat dudukku yang istimewa di tengah menjadi sisa bokong anak bayi dipojokan deretan tempat duduk penonton. Karena kesal akhirnya gua pun pergi, sambil membawa barang-barang buat pelajaran bu Yuhiko, yang sikapnya 360 derajat berbeda jauh dengan pak Karto, . Ia adalah guru transferan dari Jepang yang dengan senang hati menawarkan dirinya untuk mengajarkan murid-murid brutal yang ada di SMA yang terbilang buangan ini. guru kimia andalan dan terfavorit disekolah kami, ia mengancam dengan suara lembut, penjelasan panjang yang sesuai dengan tugasnya yang menumpuk, tidak ada yang tidak mengenal ibu guru nippon ini dan ia sering kali berbicaraa bahasa Inggris saat menghadapi pak Karto yang berbahasa Jawa saat sedang membela anak murid yang sedang dihukum oleh pak Karto mengelilingi lapangan yang luasannya terasa seperti mengelilingi satu ibu kota saat sedang dihukum oleh pak Karto
Menggruttu. Tapi, dalem hati doang. Yah.. intinya kesal apalagi setelah dua minggu perlombaan antar sekolah ini akan dilaksanakan ujian akhir untuk kenaikan kelas tiga. Sempet-sempetin dah liatin si kakak kelas yang akan lulus beberapa bulan lagi.
Selala masih berfikir bagaimana caranya gua nembak kakak itu, tiba-tiba ada sesseorang yang langsung merangkul leherku kuat hingga membuatku hampir terjungklak kebelakang, namun apa guna kaki pemain bola inti disekolah jika tak kuat menahan tubuh cewek yang sangat kukenal wewangian bunga tujuh rupanya itu.
“pagi~” Serunya dengan sangat semangat sambil masih bertengger dileherku.
“apa maumu?..” tanyangua bete (sudah dari tadi sih), sambil memberikan deathglare padanya. Pertamanya ia terkejut lalu..
“wuih~ serem dah.. gendong donk. Gua capek, ngurus kertas yang bahkan tingginya melebihi daripada kamu. Gendong gua capek~ kalo gendong ntar D-O-I mu terkabulkan loh~.” Sumpah deh nie cewe ngeselin.
Tanpa basa basi lagi, langsung kubungkukkan sedikit bahuku (yang rencananya) langsung menggendongnya, hingga membuat tubuh kecilnya itu tersentak kaget dan hampir terjungak kebelakang, namun dengan cepat kurendahkan tubuh bagian atasku, sehingga tubuh bagian depannya tepatnya.. yah taulah, itunya langsung nabrak punggungku.
PLAAK!!
“duh! Apan sih? katanya mau digendong? Udah digendong kok malah mukul.” Kesalku, saat kepalku yang tak bersalah ditepis dengan sangat kuat
“kamu sengaja ya!! Dasar!! Mesum!!” tuduhnya yang benar-benar salah paham stadium 10. Benar-benar itu adalah sebuah ketidaksengajaan, sejak awal gua gak punya niat untuk menarik perhatiannya atau melakukan ini itu pada tubuhnya, jujur gua nie anak baik-baik.
“gua gak punya niat macem-macem sama lu, datar.” Asem! Gua salah ngomong.
“Owh~ jadi lu beneren.. punya niat pengen ngerasain itu ya..” buset dah, hawa dingin menjalar di punggungku dan rasa merinding muncul tiba-tiba di kudukku (nie anak keturunan kunti apa ya? Cantik-cantik serem.. BTW emang kunti cantik?)
Dia pun turun dengan paksa dari pundakku, kubalikkan tubuhku dan melihat tingginya yang berbeda jauh denganku ditambah dengan tundukkan yang ia tunjukkan dihadapanku saat ini, membuatku malah merasa bersalah atas ketidaksengajaan itu, apa gua yang salah?... Tapi kan... bukan gua yang buat dirinya jatuh!! Dia sendiri yang buat badannya yang ringan kek angin itu hampir hantam semen dibawah, gua kan cuman bantu! Cuman bantu say~ duh... masa gua sih yang harus minta maaf atas kesalahannya..
“em... Cleo.. gua minta maaa.. ffptt! A**** sakit bangke!” demi celana dalam dewa neptunus, buset dah sakitnya njalar sampe ujung rambut yang bercabang, rasanya kedua kakiku gak kuat berdiri. Sambil merapatkan selangkanganku dan menahan rasa sakit dari tendangan sepatu jalannya yang langsung mengarah pada calon-calon anak gua rasanya ini seperti pembunuhan massal calon anak gua. Sialan nih cewek.
“hng~ sekarang kita impas,si Mesum yang nembak-nembak si DOI. Cuih.” Cecunguk sialan, anaknya siapa sih nie anak. Kumpulan orang bego aja, yang nge fans berat sampe rela-relain dapetin kontak orang bejat si pembunuh ratusan calon anak gua.
Lalu, dengan cepat ia berjalan meninggalkanku dengan bangganya, inginnya kujambak dan kuinjak-injak kepercayaan diri cecunguk sialan itu. Tapi apa daya, gua sekarang sudah sampe UKS , setelah digotong sama petugas kebersihan karena gak kuat nahan diriku sendiri. Gua baru inget kalo gua lagi kelahi sama medussa itu ditengah jalan menuju lapangan sekolah, dan yang lagi penuh-penuhnya dipadetin dari sekolah lain juga.
“Ah~ malunya..” masih tepar diatas dipan empuk UKS kebanggaan anak-anak bolos di pelajarannya pak karto , sekarang batiniah gua tahu banget kenapa mereka bela-belain bolos pelajaran mantan tentara itu, demi bisa bebaringan di kasur berwarna putih polos dengan gorden yang melingkar diatasnya.