Setelah beberapa lama Taehyung dan Hyun Jin berada di dalam mobil, akhirnya mereka sampai juga di tempat tujuan. Pasar pernak-pernik adalah tempat tujuan Taehyung.
“Kemarin kau ingin membawaku kesini?”celetuk Hyun Jin keluar dari mobil.
“Sebenarnya ada pantai indah yang ingin kutunjukkan padamu. Bahkan aku sampai menyewanya untukmu sehari. Tapi kau lelah. Mungkin lain kali kita kesana” penjelasan Taehyung selebar mungkin.
“Maafkan aku, kemarin tidak jadi pergi karena aku.” Hyun Jin merasa bersalah.
“Jangan selalu meminta maaf Hyun Jin ah. Itu membuatku sakit. Jangan meminta maaf lagi. Karena aku akan memaafkanmu sekalipun kau bersalah” tegas Taehyung sambil berjalan melewati lorong pasar.
“kalau salahku sebanyak 100?”
“Aku akan memaafkanmu 1000 kali. Kau puas?” balas Taehyung menarik satu ujung bibirnya ke samping. Tampak seperti menyeringai.
“Kalau salahku sebanyak 1000?” tanya Hyun Jin lagi cerewet.
“Tidak usah bingung. Tinggal kau tambahkan saja nol didepan angka kesalahanmu. Sebanyak itulah aku memaafkanmu” balas Taehyung datar. Hyun Jin tau Taehyung sedang berhumor ria. Hyun Jin pun tertawa terpingkal-pingkal bukan untuk menghargai melainkan baginya memang lucu receh.
“hei lihat ini! Lucu sekali” teriak Hyun Jin histeris seperti baru saja menonton tabrak lari di depan matanya. Hyun Jin berlari ke arah penjual bando lucu, tak lupa satu tangannya menarik tangan Taehyung.
“Coba bando ini” Hyun Jin memakaikan bando harimau di kepala Taehyung.
“Yak! ini memalukan”bisik Taehyung melihat arah sekitar.
“Tidak, kau lucu. Aku ingin bando couple! Coba tirukan suaranya!” pinta Hyun Jin memohon.
“Jin ah... “ suara Taehyung lebih memelas daripada Hyun Jin.
“Tae..” lihatlah. Mereka sekarang saling menyapa dengan tatapan memelas. Sampai kapan?
“Aooorghh..”lontar taehyung akhirnya. Hyun Jin terkekeh dibuatnya.
“Ah tidak cocok. Kita coba bando lain” cerocos Hyun Jin tak peduli dengan wajah malu Taehyung.
“Ini saja pasti cocok.” Hyun Jin memasangkan bando siput di kepala Taehyung.
“Kau bahagia sekali sepertinya” pasrah Taehyung menyerahkan kepalanya.9
“Tirukan suaranya Tae!” pinta Hyun Jin sekali lagi.
“Apa? Mana pernah kau mendengar suara siput, eoh?” Taehyung membelalakan matanya kaget. Apa kekasihnya hanya bertapa di dalam rumah sampai tidak tahu mana hewan yang bisa terdengar suaranya dan mana yang tidak?
Hyun Jin terkekeh.
“Bersuaralah sesuai instingmu!” perintah Hyun Jin yang dituruti saja oleh Taehyung.
“Pip pip pip pip” suara Taehyung kecil tapi terdengar oleh Hyun jin.
“Kenapa suaranya seperti itu?” tanya Hyun Jin heran.
“Kedua matanya seperti antena sinyal. Jadi kukira suaranya akan seperti itu”
Hyun Jin membalasnya dengan tawa keras. Bahkan semua orang kini tertuju pada mereka.
“Kalau kunang-kunang pasti suaranya wiu wiu wiu wiu” tambah Taehyung.
“Kenapa bisa?” tanya Hyun Jin walau ragu dengan jawaban taehyung.
“Di perutnya ada lampu yang menyala, sama seperti mobil polisi” jawabnya datar. Sampai-sampai Hyun Jin bingung itu sebuah candaan atau serius.
“kau serius?” tanya Hyun Jin percaya dengan pernyataan Taehyung.
“Iya serius. Bahkan polisi menjadikannya sebagai bahan peliharaan untuk investigasi” balas taehyung asal lalu berjalan mendahului Hyun jin sambil menahan tawanya.
Sedangkan Hyun Jin masih membayar dua bando yang sama untuk mereka berdua.
“Aku lapar” keluh Taehyung saat Hyun Jin memasangkan bando di kepalanya sendiri.
“Aku juga. Apa disini ada sesuatu yang enak?” tanya Hyun Jin lemas.
“Bagaimana dengan sate usus? Kau pernah mencobanya?” tawar Taehyung.
Sempol aja sekalian Tae
“Boleh saja. Aku pernah memakannya dulu saat masih kecil bersama eomma dan kakakku, Yoongi Oppa.” Hyun Jin langsung menarik tangan Taehyung mencari tempat menjual sate usus.
Saat sampai di tempat sate usus, mereka lahap memakannya. Hyun Jin belum bisa berhenti melahap sate usus yang masih hangat itu, sedangkan Taehyung ijin pergi ke toilet sebentar.
“pelan-pelan, tidak ada yang akan merebut makananmu.” Suara pria terdengar familiar di telinga Hyun Jin memakan lahap sate usus sampai mulutnya tidak muat lagi diisi makanan.
Hyun Jin menoleh ke belakang untuk memastikan siapa pria yang menegurnya. Bukan wajah pria yang ia lihat, melainkan kumpulan dari beberapa tangkai Tulip putih yang terbungkus rapi oleh kertas cantik.