Kansa melirik vas bunga di meja kecil samping ranjangnya. Vas itu berisikan bunga mawar merah yang semalam diberikan oleh Fauzan. Walaupun ia belum menjawab, bukan berarti bunga pemberian Fauzan tidak diurus. Karena bunga juga makhluk hidup yang ingin hidup.
"Waa ... ada bunga baru nih!" sahut Ana tiba-tiba.
"Jangan bikin kaget deh, Na," ucap Kansa dengan fokus yang masih tertuju pada vas bunga, dan tentu saja bunga nya.
"Bunga dari siapa lagi tuh? Perasaan kemarin dapet mawar peach, eh taunya sekarang dapet mawar merah." Ana kemudian duduk di samping Kansa. "Dari siapa sih, Kan?"
"Dari orang lah," jawab Kansa tak acuh.
"Yaelah, gue juga tahu itu mah. Nama orang yang ngasihnya siapa?" tanya Ana gemas.
"Kalau gue ngasih tahu, lo bakal ngasih apa?" Kansa malah balik bertanya.
Ana menepuk jidatnya. "Fauzan ya? Bunga itu dari Fauzan kan?" tanya Ana lagi.
Namun, orang yang diajak bicara masih bergeming di tempatnya. Ana menyikut badan Kansa yang membuat gadis itu meringis.
"Fauzan kayanya naksir berat sama lo deh, Kan."
"Maksudnya?" respon Kansa yang membuat Ana menghela napas.
"Ya ... selama ini gue perhatiin, Fauzan tuh diem-diem merhatiin lo, Kan. Lo nya aja yang ga peka!"
"Tunggu ... tunggu ... tunggu ...."
"Lo enggak pernah ngerasa gitu, kalau selama ini Fauzan tuh ngasih perhatian yang lebih sama lo?
"Dia yang rela ngegendong lo walaupun dia tau lo tuh ga seringan itu. Dia yang awalnya ngasih mawar peach terus ngasih mawar merah. Lo ngerti enggak sih, arti dari warna mawar itu?" tanya Ana lagi dan lagi.
Kansa terdiam.
"Mawar peach itu untuk mengutarakan rasa pertemanan, kehangatan ikatan yang terjalin. Sementara mawar merah, ya, gue rasa lo juga tahu." Ana kembali melirik Kansa. "Mawar merah melambangkan rasa sayang dan cinta kasih yang sangat besar."
"Jadi?"
"Astaga Kansa. Lama-lama gue cubit muka lo. Dari tadi gue ngomong panjang lebar, dan lo cuma ngerespon 'jadi?'. Duh, itu sakitnya tuh di sini," jelas Ana sembari menunjuk dadanya. "Lo temuin Ojan. Dan lo harus jawab apa yang disampein Ojan semalem. Kasian kali digantungin mulu, cowok juga butuh kepastian."
"Na, lo ... tau?" tanya Kansa hati-hati.
"Tau lah. Orang nembaknya tengah gor dan dimasukin ke Insta story-nya banyak orang."
Mata Kansa membulat. Mukanya harus ditaruh di mana?!
"Terus kenapa tadi lo nanya ke gue, kalau bunga itu punya siapa?"
"Iseng aja, biar lo salting. Eh enggak taunya itu enggak mempan buat lo," ucap Ana diiringi kekehan kecil.
"Emm ... Jadi, harus gue duluan yang nyemperin Ojan gitu?"
"Iya Kansa sayang ... enggak mungkin Ojan yang harus datang ke sini dan nagih-nagih jawaban lo."
"Tunggu besok aja deh. Tapi itupun gue enggak janji ya sama lo," ucapan Kansa sekaligus penutup percakapan mereka berdua.
***
Mentari mulai mengintip malu-malu dari tempat persembunyiannya. Membawa suasana hangat nan syahdu. Membangunkan seluruh makhluk di muka bumi ini untuk beraktifitas seperti biasanya.
Namun, cahaya mentari itu telat membangunkan Kansa, karena ia sudah bangun jauh sebelum mentari mengintip malu-malu.
Sebenarnya karena suatu alasan, yang membuat Kansa bisa bangun di pagi buta. Fauzan. Seorang cowok pecinta basket yang baru-baru ini meminta Kansa untuk menjadi pendampingnya. Pendamping hidup malah katanya. Namun Kansa tidak siap, karena di hatinya masih menyimpan satu nama yang tidak bisa diduakan oleh apapun. Dan ia tidak ingin berjumpa dengan Fauzan pagi ini.
Baru saja beberapa langkah ia keluar dari asrama wanita.
Grep...
Seorang meraih pergelangan tangan Kansa dan memutar tubuh Kansa, sehingga Kansa menghadap sosok tersebut.
"Ojan? Nga-pain?" tanya Kansa sedikit tergagap.
"Gue mau minta jawaban dari lo, hati gue enggak bisa tenang soalnya."
"Gue tau yang mau lo denger dari gue itu jawaban 'iya', tapi yang bisa gue jawab cuma 'belum siap Jan', dan untuk saat ini rasanya sulit mengucapkan kata iya."
"Kenapa?"
"Ojan, lo cakep, lo keren, lo dikagu-"
"To the point!" potongnya.
"Di hati gue bukan lo, ada orang lain," ucap Kansa pelan.
"Gue engga peduli, mau dihati lo ada siapapun itu, tapi gue tetep mau lo jadi pacar gue!" Fauzan teguh pada tekadnya.
"Buat apa status? Yang ada lo yang tersakiti, gue enggak siap komitmen, gue enggak suka komitmen, lo masih mau jadi pacar gue?"
"Masih! Gue masih mau jadi pacar lo! Terserah lo mau bilang gue ngebet banget atau apa, yang pasti status penting buat gue! Karna itu buat ngiket kalo lo milik gue!" jawab Fauzan, yang membuat Kansa tak percaya.
Setelah beberapa menit Kansa berpikir dan mempertimbangkannya, akhirnya Kansa memuntuskan untuk....
***
Sepertinya Fauzan nembak Kansa menjadi trending topik, buktinya baik siswa atau siswi di kelasnya membicarakannya, bahkan saling membuat hipotesis masing-masing,
"Eh gue kira si Kansa bakalan sama gue," celetuk salah seorang siswa.
"Gue kira sih Kansa suka Kevin, cinta bertepuk sebelah tangan gitu."
"Kalo Kansa nerima Fauzan, sold out dong stok cogan dilist gue."
"Tapi Kansa cocok sih sama Fauzan, sama-sama cakep. Mana Fauzan itu enggak suka ngumbar perasaan lagi, tau sendiri kan sedingin apa Fauzan?"
"Iya, bener-bener," semua siswi mengiyakan hipotesis temannya.
Kuping Kansa rasanya panas sekali mendengar teman-temannya meng-gibahkan tentang dirinya dengan Fauzan.
Sepertinya seorang provokator ada di kelas Kansa. Bagaimana tidak? Suasana di kelasnya sangat tidak kondusif. Namun, ada satu siswa yang duduk dengan tenang di bangkunya, tanpa menghiraukan desas-desus antara Kansa-Fauzan.
Siapa lagi jika bukan Kevin. Rasanya Kevin tidak tertarik sedikit pun membahas soal itu. Yang lebih menyakitkan, ketika Kansa melirik ke arah Kevin, ia membuang muka begitu saja.
Sakit? Jangan ditanyakan, tentu saja 'iya'.
***
S
aat bel pulang sekolah dibunyikan, Fauzan sudah stay didepan pintu kelas Kansa, ketika Kansa dan kevin keluar secara bersamaan.
"Kansa pulang bareng yuk," pinta Fauzan tiba-tiba, yang membuat langkah Kevin terhenti dan melirik kearah Fauzan yang sudah menghadang langkah Kansa.
"Enggak mau."
"Gue -eh aku gendong mau?" tawarnya.
"Enggak mau."
"Terus maunya apa cantik?" tanyanya.
"Mau-pulang-sendiri-ke-asrama," jawab Kansa ketus.
"Kok gitu? Aku kan pacar kamu."
Kansa sedari tadi sadar Kevin memperhatikannya, sedikit risih melihat tatapan Kevin yang intensif.
Plis next cepet-cepet????????????????
Comment on chapter 06