Terik matahari pagi ini terasa sedikit menyengat. Tapi tak membuat gentar teman-teman untuk berlatih basket. Aku duduk diantara tim cewek yang sedang menanti giliran bermain dari tim cowok.
"Duh, masih pagi panas banget sumpah" aku mengibas-ngibaskan jerseyku yang bernomor punggung tujuh.
"Nih.. kipas. Makanya rambut panjang lo, dikuncir" Nita memberiku sebuah kipas.
Aku mengambilnya dengan senang hati dan mengibaskanya di rambutku. Legaa.. lalu aku memberikanya kembali kepada nita. Aku mengambil karet rambut di dalam sakuku dan menguncir rambutku.
Dari lapangan tim cowok menyelesaikan permainanya, aku melihat salah satu diantara mereka menarik perhatianku. Tingginya 180 cm, tubuhnya semampai sambil mengacak rambutnya. Dia mengambil sebotol air mineral dan meneguknya. Pandanganku tak lepas dari jakungnya yang naik turun meneguk air mineral itu.
"Eh,lo tau ga cowok yang minum air disana?" senggol nita.
"Yess, kenapa?"
"Ardion namanya. Cowok yang cool-nya kebangetan. Kemarin sekolah kita kan menang gegara dia. Jump shoot, slam dunk, sekali lempar langsung masuk" kata nita sambil mempraktekkan dengan tanganya.
Aku berdecak dan menggelengkan kepala, "ckckckc... jangan sampai randy tau lo ngomong kayak gini"
Nita lantas cengengesan, "tenang aja, cinta gue milik dia seutuhnya"
Aku hanya nyengir mendengar pernyataanya itu. Tiba-tiba seseorang memanggilku.
"Merryna! Giliran tim cewek" ardion berseru dari lapangan dan melempariku bola basket, dan aku menangkapanya.
Ardion, kok dia tau nama gue. Gue kan member baru di ekskul ini. Pikirku
"Kok dia tau nama lo sih? Kan lo baru ikut ekskul ini?" Kata nita heran.
Aku hanya mengedikkan bahu sambil berdiri. Aku mulai masuk ke lapangan bersama anak-anak lain dan melakukan dribble mengopernya kepada nita.
Pertandingan berjalan seru. Tim A mengoper bola dan menghadang lawan. Nita begitu gesit dalam menyerobot lawan lalu melakukan jump shoot.
"Yess!!" Nita mengepalkan kedua tanganya. Tim B tampak lesu.
Nita menepuk bahuku, "sekarang giliran lo jump shoot."
Tim A mengusai bola saat ini, tak memberi kesempatan sedikitpun pada Tim B. Nita mengoper bola kepadaku, mengisaratkan untuk melakukan jump shoot.
Aku menggiring bola mendekati ring, melakukan lompatan bersamaan dengan sherly yang berusaha menepis bola yang kulempar. Kami berdua terjatuh dan kakiku terkilir menahan bebah tubuhku.
"Aaaargh" aku mengerang bersamaan dengan kak yohanes, pelatihku meniupkan peluit.
"Stop!" Seru kak yohanes dari seberang lapangan. Menyilangkan tanganya.
Nita menghampiriku, aku memegang pergelangan kakiku yang terkilir. Sherly tampak menyesal sambil memegang kakiku.
"Sory na, gue ga nyangka lo bakalan terkilir."
Aku menganggukkan kepala, nita datang dan meluruskan kakiku.
"Na, lo kelamaan sih offensive nya. Mau lompat lo bengong dulu"
Aku menghela nafas berat, sahabatku satu ini memang kebangetan. Gimana enggak, udah liat temenya cedera yang ada malah diomelin.
Dion mendekati kami, seketika itu pandangan seluruh tim cewek tertuju padanya. Dia mengulurkan tanganya
"Gue antar lo ke UKS"
Sontak aku menggelengkan kepala, aku lalu memegang tangan nita
"Nggak, thanks.. sama nita aja" jawabku menolak halus.
Entah apa yang ada di pikiran nita, dia lalu melepaskan tanganku sambil menyunggingkan senyum liciknya.
"Nggah ah, tubuh lo berat"
"Sialan lo nit.."
"Gue bilang apa tadi, biar gue aja yang anter" jawab dion sambil meraih tanganku dan melingkarkan ke lehernya.
Dion membopohku menuju ruang UKS. Jantungku berdegup kencang beriringan dengan keringat yang mengucur deras. Dia lalu mendudukkanku di brankar UKS sambil melepas sepatuku.
Petugas UKS memeriksa kakiku dan berusaha menggerakkanya perlahan. Aku menjerit kesakitan.
"Kakimu saya balut dengan kain. Kurangi pergerakan sementara dan kompres sama es batu" petugas UKS membalut kakiku dengan kasa putih.
"Harusnya lo tadi langsung lempar bola. Bener kata nita, offensive mu terlalu lama" dion duduk di kursi disampingku. Bersamaan dengan petugas UKS yang menyelesaikan balutanya.
"Iya sory.. gue kan member baru. Jadi maklumlah" aku mendengus kesal.
Dion lantas tertawa kecil. Aku melihatnya dengan jelas wajah ganteng itu saat tersenyum, benar-benar..
"Lo belum pernah main basket kan?" Tanya dion. Aku mengangguk.
"Pasti juga belum pernah jump shoot"
Aku juga mengangguk.
"Belum pernah pacaran?"
Aku menggangguk, lalu mataku terbelalak menatapnya.
"Eeeh??!!" Aku berseru. Sehingga tawa dion semakin mengeras.
Jantungku semakin berdegup. Tunggu, apa barusan dia menembakku? Aku terus menatapnya heran dan terkejut. Dia menghentikan tawanya lalu menatapku serius dan tersenyum tipis.