Ajar, ia pendiam dan pemurung. Bukan. Maksudnya tidak seperti pemurung yang tampak di video klip lagu-lagu sendu. Ia hanya tidak tertawa ketika teman-temannya tertawa. Wajahnya kaku. Tidak ada raut sedih dan senang. Seperti manusia tanpa saraf respon. Tidak ada gerakan alis, tidak ada pipi yang mengembang atau mengempis, tidak ada suara keras dan segenap ketiadaan lainnya. Matanya yang menatap hanya seperti itu saja. Kosong. Seperti mata ikan asin.
Tidak ada hal yang istimewa dari Ajar. Ia tidak terkenal seperti Riuh yang setiap hari meloncat tak kenal lelah. Siulan khas yang dicuitkan ketika para perempuan datang dengan alis mata yang naik turun. Perempuan mana yang tidak tertawa melihatnya selalu melakukan itu. Setiap kali “pancingannya” digigit, ketika itu juga ia bilang, “Amboi jar, tak nak kau macam aku?”
Ajar juga sering jadi cemoohan, katakan saja seperti Pak Norman, selalu mengatakan, “Jadi lah kalian macam si Ajar itu, macam orang bisu kah, pakak kah, kita suruh buat A dia buat B.” Meskipun ditertawakan oleh beberapa dosen dan temannya. Ajar tetaplah Ajar. Tak ada yang berubah di mimik wajah itu.