Read More >>"> Heartache (3. Pelayanan Sosial) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Heartache
MENU
About Us  

“Apa? Pelayanan sosial di luar desa?!” ulang Krisan kaget mendengar apa yang dikatakan pujaan hatinya barusan.

“Iya, di luar desa. Kau kan, masih kena sanksi atas perbuatanmu.” jelas Masamune santai, tak terlalu peduli dengan gelagat Krisan yang mirip cacing kepanasan.

“I-iya, Anda benar. Hanya saja—”

“Hanya saja apa?”

Tidak mungkin kukatakan padanya jika aku sedang diincar! Kalau kukatakan hidupku bisa berakhir kembali dijalanan!

“Kau kenapa?” tanya Masamune mulai curiga setelah menyadari gelagat aneh lawan bicaranya.

“A-ah, tidak. Tidak kenapa, kok!” buru-buru Krisan menggeleng kuat kepalanya disertai cengiran lebar di wajahnya. “Catat saja alamat dan denah tempat pelayanan sosialnya supaya aku bisa pergi ke sana.” unggah Krisan cepat karena melihat sebelah mata pujaan hatinya menatapnya penuh kecurigaan.

“Selama satu bulan kau akan melakukan pelayanan sosial di luar desa. Aku juga sudah mengatur jadwalnya.” jelas Masamune menyerahkan dua lembar kertas kepada Krisan yang diterimanya dengan mulut menganga selebar gua.

“Padat sekali!” seru Krisan heboh. Sampai detik ini Krisan belum menaruh kecurigaan kepada Masamune yang notabene sudah mulai menjalankan rencananya tanpa sepengetahuan yang bersangkutan.

“Kau tidak perlu khawatir karena selama satu bulan perjalananmu di luar desa akan ditemani oleh keempat anak buahku.” tunjuk Masamune pada Si Megane, Si Gendut, Si Tikus, dan Si Preman yang ternyata sudah stand by sejak satu jam yang lalu.

“Aku sudah memilih rute terdekat jadi kau tidak perlu menginap di luar lagi.” Krisan mengangguk paham membalas ucapan pujaan hatinya.

“Baiklah, aku mengerti. Aku akan menyiapkan perlengkapanku dulu setelah itu baru berangkat.” pamit Krisan beserta keempat anak buahnya pada pemimpin Desa Oushuu.

“Kami permisi.”

Walau senang rencananya mulai berjalan, ada sedikit kekhawatiran yang terus mengganggu pikirannya.

"Gosipnya sih, Krisan-sama sedang diincar."

"Tidak ada yang tahu pasti kenapa dia diincar dan siapa yang mengincarnya."

"Jangan berpikir Anda bisa nelindungi nyawanya semudah yang Anda pikirkan! Banyak musuh yany belum kita ketahui diluar sana!"

Beberapa pernyataan anak buah dan tangan kanannya tiba-tiba menghantui hatinya.

Tidak! Aku berani bersumpah Krisan akan baik-baik saja, batinnya dalam hati.

                                    **********

Sudah satu bulan lamanya tanpa disadari oleh Masamune jika waktu berjalan begitu cepat. Seperti yang dipertaruhkannya pada Koujiro, bahwa rencananya berhasil dan nyawa Krisan tetap aman di tangannya. Masamune mendapat untung besar dari hasil niat buruknya itu dan tentu saja, hasil kerja keras sang wanita berjari lentik digunakan secara pribadi olehnya.

Dipihak Krisan sendiri, pada awalnya dirinya sudah menduga jika pujaan hatinya telah memanfaatkannya demi kepentingan pribadinya. Selama di luar desa Krisan selalu khawatir jika musuh akan datang mencarinya, ditambah lagi dengan kembalinya dirinya ditengah-tengah publik. Maka tak heran jika baru satu hari Krisan menampakkan batang hidungnya, besoknya dia sudah menjadi incaran banyak orang dengan berbagai niat jahat. Kebanyakan pihak musuh ingin merampok uang yang dibawa oleh Krisan—kenyataannya Krisan tidak membawa uang sepeser pun tiap kembali pulang sehabis pelayanan sosial—ada juga yang ingin menculiknya untuk dijadikan ‘wanita penghibur’ tapi semua itu dapat diatasi hanya dengan sekali tebasan dari pedang Tokuganryu.

Rupanya diam-diam Masamune juga ikut dalam mengawasi kepergian Krisan di luar desa. Ini dilakukannya karena dirinya tidak yakin jika keempat anak buahnya akan berhasil menyelamatkan nyawa Krisan. Bisa saja Masamune menyuruh tangan kanannya yang pergi tapi mengingat saat itu sedang terjadi perang dingin diantara mereka berdua, Masamune mengurungkan niatnya untuk meminta bantuan dari tangan kanannya itu.

Pernah terjadi peristiwa tak menyenangkan—khususnya bagi Krisan—saat dirinya hendak pulang dari tugas pelayanan sosial di desa terdekat ditemani keempat anak buah Masamune, segerombolan samurai yang jumlahnya kira-kira 500 orang ditambah satu orang jenderal yang memimpin pasukan tersebut datang mencegah kepulangan Krisan.

“Halo, Krisan-sama!”

Betapa terkejutnya Krisan mendapati di depannya ada begitu banyak samurai yang datang menghadang kepulangannya. Sebenarnya Krisan sudah ketakutan tingkat dewa, kakinya bergetar hebat, napasnya memburu, jantungnya berpacu dengan cepat saking paniknya, tubuhnya berkeringat dingin, mulutnya sudah sibuk merapalkan mantra memohon kepada Yang Maha Kuasa agar dirinya selamat entah bagaimanapun caranya. Diantara para samurai itu ada satu orang yang menjadi pusat perhatiannya.

Orang itu membawa bendera berlambangkan dua katana yang membentuk tanda silang...

Tidak salah lagi. Mereka pasti anak buahnya Kira Sakamoto!

“Siapa kalian?” tanya Krisan pura-pura bodoh ditengah-tengah suara bergetarnya. Pria yang memiliki luka di hidungnya malah tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan korban incarannya.

“Aku yakin Krisan-sama pasti mengenal Kira Sakamoto.” Krisan hanya diam memandang lawan bicaranya. “Aku, Tamura Yusuke, jenderal sekaligus tangan kanan Sakamoto-sama.” jelas Yusuke memperkenalkan dirinya.

“Ada perlu apa kau mencariku?” tanya Krisan takut.

“Bukan aku yang mencari Krisan-sama melainkan tuanku sendiri.” sambung Yusuke tersenyum sumringah. “Aku disini ditugaskan untuk menjemput Krisan-sama.”

“Jika tuanmu ingin melihat penampilanku, aku menolak! Katakan padanya Krisan sedang beristirahat.”

“Bukan, Sakamoto-sama tidak ingin melihat penampilan Krisan-sama.” potong Yusuke perlahan demi perlahan kakinya melangkah mendekati sang mangsa.

Krisan berusaha mundur ke belakang secara perlahan untuk menghindar dari sang musuh namun tidak bisa dilakukannya karena semua prajurit yang dipimpin oleh Yusuke sudah mengepungnya. Bahkan keempat anak buah Masamune tidak dapat berkutik untuk menolong Krisan.

Oh, tidak! Jika begini ceritanya aku bisa mati disini!

“Sakamoto-sama ingin bertemu dengan Krisan-sama karena...” tangan kanan Yusuke terangkat ke udara, ingin menyentuh pipi kanan wanita berjari lentik itu. “Sakamoto-sama ingin mengobrol pada Krisan-sama mengenai—”

Push!

“Ouch! Aaargh! Akkh!!”

Entah datang darimana sebuah pedang terbang menuju ke arah mereka dan sukses membuat pergelangan tangan kanan Yusuke terpotong dan jatuh ke tanah. Darah mengalir begitu derasnya membuat Krisan yang berada tepat di depannya berteriak histeris dan hampir saja tubuhnya ambruk ke tanah jika Masamune tidak cepat menangkap tubuh kurus Krisan.

Are you okay?” wajah Krisan nampak syok mendapati dirinya berada di pelukan pujaan hatinya.

“Ma-Masamune-sama?!”

“Baiklah! Anggap sapaanmu tadi sebagai jawaban bahwa kau baik-baik saja.” balas Masamune serius sembari membantu Krisan bangkit berdiri dari kerobohannya.

Rupanya Masamune beserta anak buahnya yang lain datang menjemput Krisan.cs. Dari penampilannya ada begitu banyak bercak darah diseluruh pakaiannya, wajah pucatnya yang tampak lelah, penampilannya yang berantakan terlihat jelas pada diri Masamune dan anak buahnya yang lain mengingat mereka baru pulang dari peperangan.

"Ke-Ketua!" panggil keempat anak buahnya kompak.

"Ck! Apa kalian melakukan tugas dengan baik?" tanya Masamune meminta laporan.

"Maaf, Ketua! Kami tidak sanggup jika harus melawan musuh sebanyak ini!" jawab Si Megane dengan suara bergetar ketakutan. 

“Heh! Musuh sebanyak ini tidak bisa kalian urus?!" tak lama Masamune berteriak memanggil tangan kanannya. "Koujiro!”

“Ya, Masamune-sama?”

“Bawa pergi dan lindungi Krisan dari sini.” pinta Masamune menyerahkan Krisan pada Koujiro. “Biar aku yang menghabisi mereka semua.” sambung Masamune sombong.

Ketika dirinya berbalik badan menghadap sang lawan, dirasakannya jika ada seseorang yang menarik pakaiannya.

“Masamune-sama...” panggil Krisan yang notabene menarik pakaian pujaan hatinya. Sebisa mungkin Krisan memasang wajah memohon agar pujaan hatinya tidak maju lagi ke medan perang. Namun permintaan itu ditolak mentah-mentah oleh Masamune.

Trust me.” katanya meyakinkan Krisan. Koujiro juga ikut meyakinkan wanita disampingnya agar mempercayai tuannya itu. Walau sempat ragu, akhirnya Krisan yakin kepada pujaan hatinya dan membiarkan Masamune yang mengurus sisanya.

Ketika Krisan berbalik membelakangi Masamune, betapa terkejutnya dia mendapati setengah dari anak buah Yusuke sudah terkapar bersimbah darah di tanah.

“I-ini...”

“Oi, wajah cacat!” ejek Masamune memanggil Yusuke yang sedang sibuk dengan pergelangan tangannya yang sudah putus akibat ulahnya.

“Apa kau bilang?! Wajah cacat??”

“Sudah wajahmu cacat, pergelangan tanganmu juga ikut-ikutan cacat. Kenapa hidupmu begitu menyedihkan?” sinis Masamune sembari melangkahkan kaki lebarnya menuju target sasaran dipadukan dengan gayanya yang mengeluarkan tiga bilah pedang dari sarungnya.

“Kau...!” ucap Yusuke geram. “Kau tidak tahu ya, siapa aku?!” Masamune tertawa getir mendengar teriakkan Yusuke.

“Aku tidak pernah peduli siapa dan darimana kau berasal.” balasnya datar. “Yang kupedulikan hanyalah tindakanmu tadi yang hampir menyentuh wanita itu.” kini giliran Yusuke yang menertawai Masamune.

“Memangnya kau siapanya Krisan-sama? Toh, dia bukan milik—”

“Krisan itu milikku.” jawab Masamune seketika menodongkan ketiga pedangnya ke kepala, leher, dan juga perut Yusuke. Perlakuan yang didapatkannya mirip dengan yang didapat Koujiro, hanya bedanya Yusuke mendapat tiga buah pedang sekaligus. Otomatis tindakannya ini mendapat hadiah seratus buah pedang yang ditodong oleh anak buah Yusuke.

Krisan yang berada tak jauh dari lokasi sudah menjerit histeris meminta tolong kepada Koujiro dan anak buah yang lain untuk segera menolong pujaan hatinya tapi satupun dari mereka tidak ada yang bergerak. Mereka yakin jika tuan mereka dapat mengurus serangga kecil seperti Yusuke dan anak buahnya.

“Kalian yakin tidak ingin membantunya?” tanya Krisan panik kepada semua orang. “Jika Masamune-sama sampai terluka bagai—”

“Kami percaya padanya.” ucap Si Megane yakin.

“Kekuatan mereka tak sebanding dengan Ketua.” imbuh Si Preman terlihat bangga.

“Tapi...”

“Jika Krisan-sama tidak percaya padanya, bagaimana Ketua akan menghadapi sekian banyak musuh nanti?” Si Tikus menjebak Krisan hingga membuat wanita berjari lentik ini tertunduk diam seribu bahasa.

Traang! Traang! Sling!

Terdengar adu pedang menghiasi sisa di hari itu. Krisan yang tidak pernah melihat pertarungan yang sebenarnya segera membalikkan badan, menutup kedua mata dan telinganya rapat agar otaknya tidak membayangkan hal-hal yang menyeramkan. Hanya dalam waktu satu menit dirinya dapat menghabisi seluruh pasukan Yusuke dan anak buahnya. Selain bertebaran di sekujur pakaiannya, tanah tandus pun ikut dibanjiri oleh darah para pendosa. Banyak luka senjata menghiasi para korban bahkan sampai ada anggota tubuh mereka yang tercecer akibat ulah pembunuhan sadis Masamune.

Dengan langkah goyah dihiasi senyum kemenangan, dirinya berjalan menghampiri Koujiro, Krisan dan juga anak buahnya. Si Gendut langsung memberitahukan kepada Krisan jika Masamune selamat dan berhasil membunuh pasukan Yusuke sendirian.

Saat membalikkan badan dan melihat pujaan hatinya masih dapat berjalan walau dengan langkah gontai, terpampang senyum bahagia menghiasi wajah cantik Krisan tapi itu hanya bertahan selama dua detik saja. Karena di sisa waktu berikutnya senyum bahagia Krisan berubah menjadi tangis tatkala melihat pujaan hatinya ambruk di tengah jalan.

Bruk!!

“Masamune-sama!”

“Ketua!”

Koujiro, Krisan dan seluruh anak buahnya berlari berhamburan mendekati tubuh lemah tuannya.

“Masamune-sama! Masamune-sama, bangunlah!! Ayo buka matamu!!!” teriak Krisan setibanya didekat pujaan hatinya. Dalam pelukan Krisan, indra penciuman Masamune mendeteksi adanya bau harum di sekitarnya.

Bau ini...bau bunga krisan, batinnya lelah. "Wait! Bunga krisan? Apa ini benar-benar Krisan?!

“Masamune-sama, ayo buka matamu!”

Dengan berat Masamune melihat jika Krisan, Koujiro dan anak buahnya yang lain tengah mengerubunginya tapi yang menjadi pusat pencariannya hanyalah satu orang.

Ah~ Ini bau harum Krisan.

“Masamune-sama! Anda bisa mendengarku?”

“Sebagian menyiapkan kuda untuk kita pulang dan sisanya segera kembali ke desa. Siapkan kamar, makanan, pakaian ganti, panggil tabib agar Masamune-sama bisa langsung diperiksa....” dan bla bla bla bla.

Geez! Kalian ini ribut sekali!

“Masamune-sama! Anda bisa mendengarku, kan?!” tanya Krisan lagi disela-sela tangisnya.

Krisan...

“Masamune-sama!”

Biarkan aku tidur dipangkuanmu sebentar saja...

“Masamune-sama! Tunggu, jangan tutup matamu dulu!”

??Aku lelah...aku hanya ingin tidur sebentar saja...

Setelah itu Masamune tidak mendengar apa-apa lagi.

                                    **********

Ciit! Ciit! Ciit! Ciit!

Pagi itu cuaca sangat bersahabat. Mentari bersinar dengan hangatnya di musim panas, burung-burung bernyanyi ria di ranting-ranting pohon, penduduk Desa Oushuu memulai aktivitas mereka di hari pertama bekerja, mencari sesuap nasi untuk sanak keluarga.

Anak buah Masamune rupanya sudah bangun pagi-pagi sekali. Ada yang memasak sarapan, membersihkan rumah, mencuci dan menjemur pakaian, dan ada juga para senior yang sibuk melatih junior mereka di halaman depan rumah. Koujiro sendiri sibuk bertapa di kamarnya tengah merencanakan sesuatu-entah apa itu-sedang Krisan terkantuk-kantuk menunggu pujaan hatinya terbangun dari mimpi indahnya. Saking lelah dan ngantuknya, Krisan tak menyadari jika Masamune tengah berusaha bangun dari pembaringannya.

“Akh! Shit! Sakit sekali!” keluhan Masamune membangunkan Krisan dari kantuknya.

“Ah, Masamune-sama!” teriak Krisan ketika melihat pujaan hatinya sedang menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Buru-buru Krisan membantu pujaan hatinya untuk bangun dari pembaringan.

“Tunggu sebentar. Aku akan memanggilkan tabib.”

Ketika Krisan hendak berdiri, dirasakannya jika pergelangan tangannya terasa sakit. Saat dirinya berbalik, Masamune tengah memegang pergelangan tangannya sampai kulitnya berubah menjadi warna merah. Dalam diam Krisan menahan sakit akibat perbuatan pujaan hatinya itu.

“Tidak perlu. Kau disini saja.”

“Tapi—”

Krriiuuuk~

Tiba-tiba terdengar paduan suara yang sangat merdu disekitar mereka. Padahal Krisan hanya menatap pujaan hatinya dengan wajah bingung tapi Masamune malah memalingkan wajahnya ke arah lain. Dirinya menyadari jika kedua pipinya bersemu merah menahan malu karena perutnya mendadak berbunyi tanpa persetujuan darinya.

Damn it! Kenapa di saat seperti ini perutku—”

“Masamune-sama.” panggil Krisan lembut sukses menghipnotis kepalanya berputar ke arah wanita berjari lentik itu. Dengan senyum manisnya, Krisan memamerkan nampan berisi nasi, lauk pauk dan minuman kesukaan pujaan hatinya. Masamune membelalakkan sebelah matanya mengetahui jika wanita berjari lentik ini sudah mempersiapkan segala keperluannya.

“Mari kita makan!”

“Tapi, Krisan, sejak kapan—”

“Selamat makan!” ucap Krisan tak memperdulikan ucapan pujaan hatinya. Seperti orang bodoh, Masamune mengikuti semua perintah dari wanita yang ada dihadapannya.

“Selamat makan.” beo Masamune kaku.

Tangan Krisan dengan cekatan mengambil beberapa lauk di atas nampan, menaruhnya di atas piring makan lalu menyuapi pujaan hatinya.

“Bagaimana, enak?”

Masamune tak bersuara. Balasannya hanya dengan mengangguk kuat karena mulutnya kini penuh dengan makanan. Melihat hal itu Krisan ingin tertawa namun tak dikeluarkannya karena mendapat tatapan tajam dari pujaan hatinya.

“Maafkan aku! Sungguh aku minta maaf!” pinta Krisan buru-buru meminta maaf sebelum pujaan hatinya benar-benar marah padanya.

“Jangan besar-besar, mulutku tidak cukup, tahu!” omel Masamune setelah dirinya berhasil menelan sebongkah makanan besar yang diberikan oleh Krisan. Krisan sendiri hanya balas mengangguk sembari menahan tawa kecilnya mengingat wajah lucu pujaan hatinya tadi.

 

Di tempat lain...

“Apa kau bilang? Yusuke dan anak buahnya berhasil dilumpuhkan?!” teriak seorang pria bertubuh tinggi besar, berbulu lebat dan wajahnya mirip seperti gorila.

“I-iya..itu benar.” jawab salah seorang anak buahnya menggigil ketakutan melihat ada urat-urat disekitar pelipis tuannya muncul menghiasi wajah buruk rupanya.

Emosi mendengar kabar buruk itu, pria gorila tersebut mulai melempar sampai membanting barang-barang yang ada di ruang kerjanya.

“Dasar manusia tak berguna! Kenapa dia bisa kalah menghadapi Tokuganryu?!”

Gubraak!

Pria gorila itu kembali melanjutkan aksi emosinya, sedangkan anak buah yang bersama dengannya hanya bisa mengucapkan doa agar dirinya tidak menjadi sasaran berikutnya.

“Mohon tenangkan diri Anda, Sakamoto-sama.”

Tanpa diundang pria bertubuh jakung, memiliki bekas luka yang cukup panjang di pipi kirinya dan memiliki bola mata mirip kucing masuk ke dalam ruang kerja Sakamoto.

“Oboro!” orang yang bernama Oboro itu mulai sibuk merapikan barang-barang yang berceceran di lantai. Dilain kesempatan anak buah Sakamoto meyempatkan diri untuk kabur dari ruang kiamat itu.

“Akhirnya kau datang juga!” kata Sakamoto bangga menyambut kedatangan Oboro. “Kau tahu, aku menyesal sudah mengangkat Yusuke menjadi tangan kananku.” curhat Sakamoto yang tak direspon oleh Oboro.

“Saya turut berdukacita atas kepergian Tamura Yusuke dan anak buahnya.”

“Jangan berbelasungkawa seperti itu.” Sakamoto membiarkan Oboro membersihkan ruang kerjanya sedang dirinya sendiri malah bersantai ria duduk di dekat jendela menikmati cuaca di pagi hari ini. “Aku tidak merasa kehilangan dirinya dan anak buahnya.”

“Saya dengar dia mati di tangan Tokuganryu.” mendengar kata ‘Tokuganryu’ membuat kepala Sakamoto pusing.

“Dia menyimpan kunci berhargaku.” sejenak Oboro berhenti melakukan kesibukannya. Saat ini otaknya sedang mencerna kata kunci yang dimaksudkan tuannya itu.

“Kunci?” tanya Oboro tak mengerti. “Maksud Anda—”

“Krisan.”

Hening sejenak.

“Krisan adalah kunci dari klan Kira. Jika sampai dia membuka mulut, aku tidak akan ragu untuk memenggal kepalanya.” ucap Sakamoto diliputi rasa amarah yang amat sangat tiap kali membicarakan wanita bernama Krisan itu.

Tanpa sadar Oboro telah menyelesaikan tugasnya merapikan ruang kerja tuannya.

Tuk! Tuk! Tuk!

Suara langkah kaki Oboro menggema di seluruh ruangan.

“Sakamoto-sama,” orang yang dipanggi pun menoleh, menatap lawan bicaranya penuh dengan tanda tanya. “bagaimana jika kita langsung datang mencari Krisan di kediaman Tokuganryu...” perkataan Oboro yang rada menggantung membuat Sakamoto bingung sekaligus penasaran.

"Tanpa membawa satupun senjata tajam.” sambung Oboro memperlihatkan senyum sinisnya pada tuannya.

                               **********

“Anda membutuhkan sesuatu lagi?” tanya Krisan sembari membereskan piring kotor yang ada di sekitarnya.

“Memangnya kau mau kemana?” Masamune balik bertanya.

“Aku mau pergi ke dapur membawa piring kotor ini.” tunjuk Krisan kepada benda yang dimaksud. “Sekalian aku mau memanggil—”

Buk!

“Tidak perlu.” jawab Masamune polos menaruh kepalanya di kedua paha Krisan. Sembari mengatur posisi tidurnya agar dirasa nyaman, Masamune kembali melanjutkan. “Aku mau tidur sebentar.”

“Eh?!”

Hanya satu kata itu yang dapat keluar dari mulut Krisan. Senang tapi tegang. Dua kata itu sangat mendeskripsikan rona merah di wajah cantiknya. Rasanya seperti terbang melayang menuju tak terbatas dan melampauinya mengitari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dengan latar belakang bunga api yang bermekaran di langit malam musim panas di bawah bunga sakura. Namun disisi lain suasana tegang membanjiri seluruh tubuhnya hingga berubah menjadi batu nisan yang siap dipajang di tanah pemakaman. Krisan sendiri sampai lupa bagaimana caranya bernapas.

Relax, Krisan.” kata Masamune datar. “Aku tidak akan memakanmu jika aku lapar.” ucapnya antara serius dan bercanda. Krisan membalas dengan anggukan yang tak dilihat olehnya.

Namun bukannya membuat situasi menjadi cair, pertanyaan yang dikeluarkan Masamune tadi makin menambah ketegangan di dalam diri wanita berjari lentik ini.

“Ah, kau tahu dimana Koujiro sekarang?”

“A-a...mungkin...” Krisan sedang berpikir jawaban apa yang masuk akal untuk menjawab pertanyaan pujaan hatinya. “Sepertinya dia sedang berada di ruang kerjanya. Mempersiapkan beberapa strategi perang untuk melawan musuh berikutnya.” ralatnya berserah kepada Tuhan Yang Maha Esa agar Masamune mempercayai perkataannya.

Padahal, kenyataannya di lapangan....

“Katakura-sama! Katakura-sama!” teriak Si Tikus memanggil Koujiro heboh.

“Ada apa?” tanya Koujiro—karena lelah berkutat dengan pekerjaannya, dirinya memutuskan untuk pergi ke ladang membantu penduduk desa sekalian menghilangkan penat—menghentikan aktivitasnya memanen buah strawberry di ladang.

“Sawahnya...!” kata Si Tikus berusaha mengatur napasnya yang tersengal-sengal sehabis berlari kesana kemari mencari tangan kanan tuannya.

“Hei, tenanglah! Kau ini seperti kebakaran jenggot saja.” imbuh seorang pria tua yang berada disamping Koujiro.

“Bukan! Bukan jenggot saya yang kebakaran, tapi sawah di sebelah barat milik Pak Oda yang kebakaran.”

“Apa?!” yang berteriak seorang pria yang berada disamping Koujiro sedangkan dia sendiri langsung pergi menuju tkp tanpa ba-bi-bu.

“Aku yakin Koujiro-san pasti sedang stress memikirkan strategi apa yang bagus untuk dipakai melawan musuh-musuh yang ada diluar sana.” sambung Krisan percaya diri tingkat dewa.

Semua yang dikatakan Krisan memang benar, Koujiro sedang stress memikirkan strategi yang bagus untuk melawan musuh-musuhnya tapi, musuh yang dihadapi Koujiro untuk saat ini bukanlah dalam wujud manusia melainkan si jago merah.

“Um~” jawab Masamune antara acuh atau sedang mengantuk.

Kembali suasana tegang diliputi kesunyian menghampiri mereka. Dalam situasi seperti ini Krisan tak tahu harus berbuat apa sampai tangannya tak sadarkan diri melayang di udara menuju wajah tampan pujaan hatinya. Perlahan demi perlahan dielusnya lembut rambut dan pipi berwajah dingin milik Masamune. Mungkin karena lelahnya, Masamune tidak ada bereaksi ataupun memprotes perlakuan yang didapatkannya dari Krisan.

Dalam diam Krisan mengingat semua struktur tulang wajah pujaan hatinya sedetail mungkin agar waktu yang dia dapatkan secara cuma-cuma tidak menjadi sia-sia belaka. Saat mengingat struktur tulang wajah Masamune, Krisan dikejutkan oleh mata kanannya yang tertutup penutup mata.

“Pasti sakit.” gumam Krisan membayangkan pujaan hatinya mendapatkan bekas luka yang didapatkannya saat perang sebelumnya. Namun hal itu tak bertahan lama karena Krisan serasa terbang melayang tatkala Masamune tiba-tiba mengeluarkan suara beratnya.

“Harum.”

“Uh?”

“Baumu harum seperti bunga krisan.”

Krisan tak tahu apakah Masamune barusan memuji atau malah menggombalinya. Namun yang pasti Krisan tetap dengan aktivitasnya mengelus lembut rambut dan pipi pujaan hatinya ditengah-tengah wajahnya yang kini sudah berubah warna menjadi merah darah.

Saat itu ada banyak sekali pertanyaan yang ingin dikeluarkan olehnya kepada Masamune mengenai sikapnya yang suka bikin tegang tapi membuat hati senang, khususnya pernyataan Masamune tadi dan pernyataannya kemarin saat menghadapi Tamura Yusuke.

"Krisan itu milikku."

Maksudnya milik Krisan itu apa? Kekasihnyakah, tunangannyakah, istrinyakah atau hanyalah benda yang hanya dimanfaatkan lalu dibuang jika sudah tidak berguna lagi dan masih banyak hal yang ingin dibicarakannya begitu juga dengan Masamune sendiri. Ada banyak hal yang ingin diungkapkannya kepada wanita berjari lentik itu tapi satupun dari mereka tidak ada yang mau membuka mulut. Mereka hanya ingin tetap seperti ini karena mereka tahu, jika ada salah satu dari mereka yang membuka mulut, semuanya akan berubah.

Sayangnya sekeras apapun mereka berusaha menghindari ‘perubahan’ itu, cepat atau lambat mereka pasti akan menghadapinya, dimana dua gunung berapi aktif akan mengeluarkan lahar panas disaat yang bersamaan.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Good Guy in Disguise
644      464     4     
Inspirational
It started with an affair.
Behind Friendship
4161      1175     9     
Romance
Lo harus siap kalau rasa sahabat ini bermetamorfosis jadi cinta. "Kalau gue cinta sama lo? Gue salah? Mencintai seseorang itu kan hak masing masing orang. Termasuk gue yang sekarang cinta sama lo," Tiga cowok most wanted dan dua cewek receh yang tergabung dalam sebuah squad bernama Squad Delight. Sudah menjadi hal biasa jika kakak kelas atau teman seangkatannya meminta nomor pon...
Bulan
706      409     5     
Short Story
Ketika Bulan mengejar Bintangnya kembali
Perjalanan Move On Tata
443      294     0     
Short Story
Cinta, apasih yang bisa kita katakan tentang cinta. Cinta selalu menimbulkan rasa sakit, dan bisa juga bahagia. Kebanyakan penyakit remaja sekarang yaitu cinta, walaupun sudah pernah merasakan sakit karena cinta, para remaja tidak akan menghilangkan bahkan berhenti untuk bermain cinta. Itulan cinta yang bisa membuat gila remaja.
LELATU
206      179     0     
Romance
Mata membakar rasa. Kobarannya sampai ke rongga jiwa dan ruang akal. Dapat menghanguskan dan terkadang bisa menjadikan siapa saja seperti abu. Itulah lelatu, sebuah percikan kecil yang meletup tatkala tatap bertemu pandang. Seperti itu pulalah cinta, seringkalinya berawal dari "aku melihatmu" dan "kau melihatku".
Sahabat Sejati
423      285     1     
Short Story
Sahabat itu layaknya tangan dan mata. Saat tangan terluka mata menangis, saat mata menangis tangan mengusap. Saling melengkapi tanpa merasa tersaingi. Ini adalah kisah dua sahabat yang kocak habis. Mereka lengket macam perangko. Kadang romantis tapi tak jarang juga sadis. Kehadiran mereka berdua kadang membawa malapetaka yang berujung bahagia. Adalah Alyd dan Keken, sahabat sejati yang saling men...
(not) the last sunset
504      341     0     
Short Story
Deburan ombak memecah keheningan.diatas batu karang aku duduk bersila menikmati indahnya pemandangan sore ini,matahari yang mulai kembali keperaduannya dan sebentar lagi akan digantikan oleh sinar rembulan.aku menggulung rambutku dan memejamkan mata perlahan,merasakan setiap sentuhan lembut angin pantai. “excusme.. may I sit down?” seseorang bertanya padaku,aku membuka mataku dan untuk bebera...
The haunted Galleon
367      250     1     
Short Story
The Galleon ship that sailed the sea for 5 years was haunted and crewed by cursed men. And only one pirate that can end the curse
Titik Bukan Koma
619      424     4     
Short Story
Makna dalam yang diselimuti kisah sederhana
WHY???
1820      754     16     
Romance
Bagi Viona banyak sekali masalah yang menimpanya saat dia manjadi murid SMA, entah masalah keluargalah , persahabatannya lah , nilai - nilainya yang menurun lah dll, dan semuanya bertambah rumit lagi saat dia tau bahwa dia telah menyukai Dalvin kakak kelasnya yang terkenal cool,dan kasar. Semua itu bermula dari sebuah tatapan, tatapan yang membuat Viona merasa aneh dan bertanya-tanya apa arti tat...