Menjelang tengah malam Krisan masih saja membalikkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan dengan resah.Dirinya sudah lupa akan rasa sakit yang diterimanya beberapa waktu lalu. Luka kecil dan obat oles sudah digunakannya untuk mengobati luka-lukanya. Sejak makan malam sampai detik ini Krisan diperhadapkan dengan kenyataan bahwa dirinya tak kunjung masuk ke dalam dunia mimpi. Otaknya masih terus memikirkan pujaan hatinya yang dilanda kesalahpahaman.
“Aku harus menjelaskannya pada Masamune-sama!” ucap Krisan bangkit berdiri dari pembaringannya, hendak pergi menuju kamar Masamune yang berada di dekat halaman belakang. Namun tak lama niatnya diurungkan lantaran kepercayaan dirinya yang mulai menurun.
“Tapi kalau Masamune-sama tidak mau mendengarkan penjelasanku lagi bagaimana?” desah Krisan galau. “Huh...apa ini yang dirasakan Masamune-sama waktu dia mau menjelaskan alasan memanfaatkanku tadi pagi, ya?”
Tuk! Tuk! Tuk!
Sedang sibuknya Krisan di alam pikirannya, dirinya mendengar ada suara langkah kaki masuk ke dalam kamarnya.
“Apa itu?” tanya Krisan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan kamarnya yang gelap gulita.
“Aku tidak mendengar pintu kamarku terbu—ugh!”
“Jangan berteriak jika nyawamu tak ingin melayang.” bisik seorang pria—entah bagaimana caranya bisa masuk ke dalam kamar Krisan tanpa diketahui pemiliknya—sambil menodongkan katana miliknya di leher wanita berjari lentik itu. Tak ada pilihan lain bagi Krisan selain menuruti kemauan pria misterius tersebut.
“Siapa kau?”
Cling!
Dikarenakan suara Krisan terdengar cukup keras, pria misterius tersebut makin menempelkan katananya tepat di urat nadi leher Krisan.
“Aku lupa memberitahumu untuk mengecilkan sedikit suaramu jika ingin bertanya banyak hal padaku.” balas pria misterius itu santai.
Tak perlu menunggu jawaban dari sang musuh, Krisan sudah tahu jika pria yang sedang menodongnya dari klan Kira. Ini terbukti dari pegangan katana milik pria itu yang mempunyai gambar dua katana yang saling bersilangan membentuk huruf X.
“Klan Kira...” ucap Krisan geram.
Pria misterius itu tertawa kecil.
“Perkenalkan, aku Oboro.” sambungnya masih terlihat santai. “Salam kenal.”
“Bagaimana bisa kau masuk ke wilayah Desa Oushuu—”
“Oh, itu hal mudah. Disini kan, ada mata-mata klan Kira.”
“Apa katamu?! Ugh!” tidak hanya lehernya saja yang ditodong katana, bagian perut Krisan juga ditodong oleh sebuah pistol.
“K-kau..!”
“Sebenarnya saat ini aku ingin sekali membunuhmu tapi Sakamoto-sama menyuruhku untuk membawamu hidup-hidup.”
“Apa kalian takut jika aku membocorkan rencana mengenai penyerangan kalian ke Desa Kai?” Oboro diam tak menjawab. Seringai senyuman muncul dari wajah Krisan di balik kegelapan. “Tenang saja! Aku tidak ada—”
“Jangan berani menipuku, Krisan.” potong Oboro cepat. “Kau ingat, aku punya mata-mata disini. Aku tahu kalau kau sempat diantar pulang oleh orang-orang dari Kai.”
Dia ini! Sebenarnya siapa mata-mata yang ditaruh klan Kira disini?
“Daripada kita berlama-lama disini, sebaiknya kita segera pergi ke Kastil Zenboku.”
“Kastil..Zen...boku?” beo Krisan tak percaya.
“Iya. Kau pasti tahu kastil, itu kan?”
Cih!, Krisan mendecih kesal. Siapa yang tidak tahu kastil Zenboku? Kastil itu dikutuk oleh pemiliknya. Bagi siapa saja yang tinggal disana akan dihantui oleh pemiliknya seumur hidup. Tidak ada yang tahu pasti kenapa kastil itu dikutuk. Apa mungkin disana ada harta terpendam?
“Tapi kenapa klan Kira sampai nekat tinggal disana?” Oboro mengangkat kedua bahunya merespon pertanyaan Krisan.
“Entahlah. Tapi jika kau ingin tahu jawabannya kau harus ikut denganku tanpa membuat keributan.”
“Apa ini sebuah ancaman?”
“Kau ingin memberontak?”
“Sakamoto menginginkanku hidup-hidup, kan?” tanya Krisan membuat Oboro sedikit panik.
“Aku bisa saja berteriak meminta tolong kapan saja. Toh, juga kau tidak mungkin nekat—akh!” terpaksa kalimat Krisan terpotong akibat ulah Oboro yang menggores sedikit leher Krisan hingga bercucuran darah. Untung saja bukan di urat nadinya yang digores.
“Kau pikir aku tidak berani membunuhmu?” pancing Oboro mulai tak tahan mendengar ocehan panjang lebar buronannya. “Cepat atau lambat kau akan mati juga. Tinggal menunggu waktu yang tepat untuk mencabut nyawamu.”
“Si-sialan..kau...!” balas Krisan menahan rasa sakit yang dideritanya.
“Ao!” panggil Oboro cepat.
Orang yang bernama Ao muncul dari balik pintu kamar Krisan. Ao membuka sedikit pintu geser milik wanita berjari lentik itu untuk mendengar perintah selanjutnya dari tuan barunya. Betapa kagetnya Krisan mendapati salah satu anak buah pujaan hatinya telah mengkhianati tuan yang selama ini diikutinya. Krisan berpikir nama Ao tentu saja banyak, tidak hanya satu orang saja, tidak hanya Ao anak buah dari klan Date saja, tapi ternyata dugaannya salah.
“Ao..san...?” panggil Krisan menganga. Ao sendiri memalingkan wajahnya dari hadapan Krisan. Tangannya yang terkepal disamping tubuhnya sampai basah takut-takut ada orang lain lagi yang melihatnya.
“Bawa pergi Krisan ke Kastil Zenboku sekarang. Jangan sampai ketahuan oleh orang lain.” perintah Oboro galak.
“Dan ingat, ini adalah misi terakhirmu. Jika sampai gagal, kau akan tahu akibatnya.” Ao hanya mbalas mengangguk mantap dan segera mengikat kedua tangan Krisan ke belakang dan membekap mulutnya dengan saputangan.
Sebelum mulut Krisan ditutup, dirinya sempat bertanya pada Ao.
“Kenapa...Ao-san?”
“Maaf.” jawab Ao suaranya bergetar. Dari satu kata itu Krisan langsung mengerti kenapa Ao mau melakukan hal ini. “Sungguh aku minta maaf, Krisan-sama.”
Setelah itu Krisan akhirnya dibawa ke Kastil Zenboku bersama dengan Ao dan Oboro tanpa dicurigai siapapun, bahkan pemimpin Desa Oushuu pun tidak memiliki firasat buruk akan hal ini.
Keesokan harinya terjadi kegaduhan di sekitar ruang kamar milik Krisan.
Drap! Drap! Drap!
“Ketua! Ketua! Ini gawat, Ketua!!” Si Preman yang berlari menuju kamar tuannya tidak kunjung mendengar jawaban dari Masamune. Kembali Si Preman berteriak.
“Krisan-sama menghilang, Ketua!”
Greek!
“Apa?!” barulah Masamune muncul menampakkan batang hidungnya dari sela-sela pintu kamar yang dibukanya cukup lebar.
“Nah, sekarang kamar Krisan-san ada dimana?” tanya Sasuke yang berada di atas atap kediaman klan Date tengah sibuk mencari sosok wanita yang diidolakannya.
Rupanya Sasuke masuk menyelinap ke Desa Oushuu atas perintah Shingen untuk terus mengawasi Krisan. Ketika penglihatannya diedarkan ke seluruh penjuru desa, salah satu matanya sempat melirik segerombolan anak buah Masamune tengah berdiri mengelilingi tuannya di halaman depan rumah kediaman klan Date. Penasaran apa yang sedang dibicarakan oleh mereka, Sasuke memutuskan untuk menguping pembicaraan mereka dari balik semak-semak.
“Bagaimana Krisan bisa menghilang?” tanya Masamune raut wajahnya terlihat begitu serius.
Apa? Krisan-san menghilang? Bagaimana bisa—
“Kami juga tidak tahu. Yang pasti Krisan-sama tidak ada di desa ini.”
“Kenapa kalian begitu yakin?” tanya Koujiro yang berada di samping Masamune.
“Kami sudah mencarinya ke seluruh desa bahkan sampai keluar.” jawab Si Megane sedih.
“Tapi kami tetap tidak menemukannya.” sambung Si Gendut matanya berkaca-kaca.
Cih! Kemana lagi si Bunga Krisan sialan itu?!, terdengar gemerutuk dari gigi Masamune yang menahan emosi karena kesal.
“Oh iya!” seru salah seorang anak buah Masamune teringat sesuatu. “Kalau tidak salah tadi malam aku melihat Ao masuk ke kamar Krisan-sama.” sontak seluruh penghuni halaman depan menatap Ao yang juga ikut berkumpul disana. Jantung Ao berdegup kencang mendengar namanya disebut-sebut.
“A-apa? Aku? Kau salah lihat mungkin!” jawab Ao gagap.
“Memangnya semalam kau ada dimana?” tanya Si Tikus bingung.
“Semalam? Aku?” nampak wajah Ao terlihat grogi. Koujiro menatapnya curiga, Masamune menatapnya datar sedang yang lain menatapnya penasaran.
Hei hei! Orang yang bernama Ao itu yang mana?!, tanya Sasuke entah kepada siapa.
Ketika diamati orang yang paling mencurigakan gerak-geriknya barulah Sasuke mengetahui orang yang bernama Ao itu.
Hoo~ Jadi dia orangnya.
“Semalam...semalam aku tidak kemana-mana, kok. Sungguh!” balas Ao berusaha untuk tidak terlihat mencurigakan.
“Kau yakin?” tanya Koujiro tak percaya.
“Percayalah padaku, Katakura-sama!” pinta Ao memohon.
Untuk sementara Koujiro melepaskan calon tersangkanya itu karena melihat tuannya sudah tidak sabaran. Tak ingin amukan sang naga kembali terulang seperti kemarin, Koujiro segera mengambil tindakan.
“Kalau begitu kalian semua! Cari kembali Krisan-san baik itu di desa ataupun di luar desa. Kalau perlu cari sampai ke Desa Kai!”
“Baik!”
Sedang yang lain berpencar mencari-cari sosok Krisan, Ao sendiri malah pergi menuju gerbang desa berniat untuk melarikan diri dari kejaran tangan kanan tuannya. Ao menyadari jika dirinya sekarang sudah dicurigai oleh Koujiro, maka dari itu dengan cepat dirinya berlari menuju hutan belantara mencari tempat persembunyian yang aman.
“Aku harus kabur dari sini. Jika tidak—”
Syuut! Tuk!
Sebuah kunai menancap di tanah tepat di depan matanya. Kaget ada serangan mendadak entah darimana, Ao sampai terjatuh saking takutnya.
“Si-si-siapa yang menyerangku?”
“Kau mau lari kemana, Ao-san?” terdengar suara ala ABG menggema di telinganya.
“Siapa disana?!” teriak Ao tajam.
“Jangan basa-basi. Langsung ke intinya saja.” akhirnya pria bersuara alaABG itu memperlihatkan batang hidungnya.
“Kau...!”
“Apa benar kau mata-mata dari klan Kira?” Ao tak berkutik ditanyai pertanyaan seperti itu. “Jika kau tidak menjawab berarti itu benar.”
“Aku tanya siapa kau sebenarnya?!” tanya Ao mengalihkan perhatian.
“Aku?” tunjuk pria bersuara ala ABG itu pada dirinya sendiri. “Aku—”
“Apa yang sedang kau lakukan disini, Sarutobi Sasuke?”
“Eh?!” Sasuke menghadapkan wajahnya dan mendapati jika tangan kanan Masamune berada di belakang Ao. “O-oh, halo..Katakura Kou—”
“Jawab pertanyaanku jika kau tidak ingin mati disini.” potong Koujiro cepat.
Astaga, tangan kanan sama tuannya sama saja.
Sasuke cengengesan menjawab pertanyaan tajam Koujiro.
“Koujiro-danna, kita ini di pihak yang sama.”
Koujiro mengerutkan keningnya tak mengerti. ”Maksudmu?”
“Aku disini untuk mengawasi Krisan-san.”
“Mengawasi?”
“Iya. Biasalah,perintah atasan.” jawab Sasuke santai.
Takeda Shingen, mau apa dia?
“Kami, orang-orang dari Kai berhutang nyawa pada Krisan-san karena sudah memberitahukan rencana klan Kira pada kami.” dirasa informasi ini tidak didapatkannya dari siapapun, Koujiro mengorek pernyataan Sasuke lebih dalam hingga akhirnya mendapat penjelasan alasan mengapa Krisan menjadi buronan klan Kira.
Di Kastil Zenboku...
“Hahahaha! Aku tidak menyangka akan semudah ini menangkapmu.” tawa Sakamoto membahana di ruang tengah kastil. Disana tidak hanya ada Sakamoto saja, Oboro dan Krisan—dengan tangan masih terikat ke belakang tengah duduk bersimpuh tak jauh dari tahta kursi kerajaan milik Sakamoto—pun ikut menemaninya.
“Kelihatannya kau sangat senang.” ucap Krisan tersenyum kecut.
“Tentu saja! Akhirnya aku bisa menangkapmu hidup-hidup.” balas Sakamoto bersukacita.
“Tapi aku takut jika rasa senangmu akan digantikan dengan kekecewaan.” balas Krisan percaya diri. Sakamoto menatap mangsanya bingung.
“Maksudmu?”
“Tidakkah kau berpikir jika aku sudah memberitahu Desa Kai kalau mereka akan diserang oleh kalian?” Krisan tak menyadari jika dirinya menggali kuburannya sendiri. “Kalau sampai itu terjadi bagaimana—”
“Aku akan memenggal kepalamu.” potong Sakamoto masih menampakkan wajah sukacitanya. Krisan terpaku menatap pria berwajah gorila dihadapannya yang duduk manis di atas tahta kebanggaannya.
“Kenapa? Kau takut?”
“Tidak mungkin kau—”
“Aku serius.” Sakamoto kembali memotong. ”Rencananya aku akan memajang kepalamu di depan pintu masuk kastil. Bagaimana? Bagus bukan?” kembali Sakamoto membuka mulutnya selebar kudanil tertawa akan rencana yang dibuatnya.
Dia...dia sudah gila ya?, pikir Krisan heran.
Oboro yang sedari tadi berdiri disamping tuannya memotong tawa membahana pemimpin klan Kira tersebut.
“Sakamoto-sama, maaf atas kelancanganku. Hanya saja...”
Sejenak Sakamoto berhenti dari rutinitasnya. ”Ada apa?”
“Kemungkinan kita tidak hanya melawan orang-orang dari Kai saja. Aku yakin Tokuganryu pasti akan ikut menyerang.” jelas Oboro pada tuannya. “Jika kekuatan klan Date dan klan Takeda disatukan kita bisa—”
“Tidak mungkin.” potong Sakamoto membuat Oboro dan Krisan yang mendengarnya terkejut. “Tidak mungkin klan Date mau bekerja sama dengan klan Takeda. Si Tokuganryu sialan itu bukan tipe orang yang mau bekerja sama. Dia akan menjadikan klan Takeda sebagai batu loncatan untuk melawan kita.”
“Tapi, tetap saja—”
“Batalkan jadwal penyerangan kita melawan Desa Kai besok.”
Apa?! Mereka mau menyerang Desa Kai besok?
“Kita undur jadi dua hari lagi untuk menyerang mereka.” perintah Sakamoto mulai mengatur strategi penyerangan yang baru.
“Astaga!” komentar Krisan mengalihkan pandangan Sakamoto dari Oboro. “Kau takut berhadapan dengan dua musuh sekaligus, ya?” pancing Krisan menyulutkan api emosi pemilik baru Kastil Zenboku. “Pria yang dijuluki Si Raja Iblis takut menghadapi dua mus—”
Dor!
Satu buah peluru melesat melewati telinga sebelah kiri Krisan. Tubuh Krisan membatu mendapat serangan mendadak dari musuhnya. Setetes keringat mengalir di pelipis kanan miliknya.
Kalau aku bergerak sedikit saja, aku pasti akan mati!
“Kau pikir Tokuganryu sialan itu akan menyelamatkanmu?” pertanyaan Sakamoto menyadarkan Krisan. Ditatapnya wajah gorila Sakamoto dengan tajam. “Hanya 1 persen kemungkinannya jika dia berniat datang untuk menyelamatkanmu!”
“Tidak...tidak mungkin Masamune-sama—”
“Apa aku harus percaya padamu juga?”
“Sekarang..bagaimana aku bisa mempercayaimu jika kau sudah membuatku kecewa seperti ini?!”
“Enyahlah kau!”
Sejenak kata-kata pahit pujaan hatinya terlintas dibenak Krisan. Teringat akan hal itu membuat air mata Krisan ingin keluar dari persembunyiaannya. Lambat laun Krisan mulai terpengaruh akan perkataan dari Sakamoto.
Yang dikatakannya...bisa saja benar, kan? Masamune-sama..mana mau menyelamatkanku...
Melihat wajah terpuruk mangsanya, senyum jahil terpancar dari wajah sang gorila.
“Itu benar, kan? Mustahil dia datang menyelamatkanmu. Kecuali dia benar-benar mencintaimu akan lain lagi ceritanya.”
Cinta? Cih!, kepala Krisan tertunduk menertawai dirinya sendiri. Dia bahkan tidak membalas perasaanku.
“Daripada kau sengsara di dunia karena orang sialan itu, lebih baik aku membunuhnya saja.”
“Apa?!” kepala Krisan langsung terangkat mendengar Sakamoto berniat membunuh pujaan hatinya.
“Jika Tokuganryu sialan dan anak buahnya datang menyerang, jangan segan-segan untuk—”
“Jangan membunuhnya!” teriak Krisan memotong perintah pemimpin klan Kira pada tangan kanannya. Kedua kaum adam itu serentak menoleh ke asal suara.
“Aku mohon jangan membunuhnya!”
“Kau ingin kedua telingamu jadi tuli, ya?!” balas Sakamoto geram.
“Aku..aku akan melakukan apapun perintahmu asal jangan membunuh Masamune-sama!” pinta Krisan memelas.
Matanya sudah mulai berkaca-kaca, harga dirinya tampak jatuh memelas bagai pengemis kepada pihak musuh. Tapi ini harus dilakukannya tidak peduli apakah dirinya akan diselamatkan atau tidak. Yang penting orang yang dicintai dan disayanginya selamat.
“Jangan membunuh Koujiro-san dan orang-orang dari Kai juga. Aku mohon..aku akan melakukan apa saja! Anggap ini permintaan terakhirku pada klan Kira.”
“Sakamoto-sama.” panggilan Oboro dihentikan oleh salah satu tangan tuannya yang menyuruhnya untuk diam. Lama Sakamoto memikirkan pernyataan wanita berjari lentik itu tapi tak lama kemudian seringai iblis muncul di kedua bola mata Krisan.
“Permintaan terakhir, ya?” ulang Sakamoto memainkan pistol di salah satu tangannya yang lain. “Jadi, kepalamu sudah siap untuk dipenggal?” mata Krisan melotot mendengar pertanyaan pria yang ada dihadapannya.
“Jik-jika itu yang kau inginkan.” jawabnya pasrah. “Selama kau tidak membunuh—”
“Aku tidak bisa berjanji untuk tidak membunuh tangan kanan Si Tokuganryu sialan itu dan orang-orang dari Kai. Tapi...” Sakamoto sengaja menggantungkan kalimatnya bermaksud membuat Krisan mati penasaran.
“...aku bisa berjanji untuk tidak membunuh Tokuganryu sialan itu.” mendengar kabar baik itu mata Krisan langsung berubah berbinar, senyum sumringah terpancar diwajah cantiknya.
“Namun sebagai gantinya”... Sakamoto bangkit berdiri, meminta pistol baru kepada Oboro, setelah diterima Sakamoto melangkahkan kakinya mendekati Krisan, membungkukkan sedikit badannya dan menyerahkan pistol baru itu kepada Krisan.
“...kaulah yang akan membunuh Tokuganryu sialan itu.”
Wajah Krisan langsung berubah pucat mendengar pernyataan dari pemimpin klan Kira. Dari kejauhan Oboro sudah tersenyum penuh kemenangan, menantikan duel antara wanita berjari lentik dengan pemimpin klan Date. Krisan tak bisa berbuat banyak. Tidak mungkin dirinya membiarkan pujaan hatinya mati di tangan musuhnya. Toh juga masalah ini tidak menyangkut pihak ketiga, tapi dengan pemikiran pemimpin klan Kira bagai ular, Sakamoto bisa membalikkan keadaan.
Lama Krisan menatap pistol baru itu berada di udara, menimbang-nimbang apakah keputusannya sudah benar. Jika sedikit saja dia melakukan kesalahan, habislah nyawa Masamune.
“Jika itu bisa menyelamatkan nyawa satu orang...” gumam Krisan pelan. “Jika itu bisa menyelamatkan nyawa Masamune-sama...” dengan tangan bergetar dan penuh keraguan, Krisan mengambil pistol baru itu dari tangan Sakamoto.”Aku bersedia.” jawab Krisan pada dirinya meyakinkan sekali lagi akan keputusannya.
“Aku...akan membunuh Masamune-sama.”
**********
“Oyakata-sama.” panggil Sasuke dari balik pintu ruang tamu utama.
“Bagaimana, Sasuke?”
Greek!
Sasuke membuka daun pintu ruang tamu utama dan memulai laporannya.
“Krisan-san diculik oleh klan Kira.”
“Apa?! Krisan-dono...!” teriak Yukimura rupanya berada didalam bersama pemimpin Desa Kai.
“Ya. Tadi malam dia diculik oleh salah satu anak buah Tokuganryu yang merupakan mata-mata bayaran milik klan Kira.” lanjut Sasuke kembali. “Krisan-san dibawa ke Kastil Zenboku.”
“Kastil Zenboku?!” teriak Yukimura kembali heboh.
“Bagaimana bisa salah satu anak buah Tokuganryu berani mengkhianati tuannya?” tanya Shingen mulai ikut bersuara.
“Orang itu pasti diancam.” ucap Yukimura yakin.
“Itu benar, Danna.” jawab Sasuke membenarkan.
“Bagaimana dengan Tokuganryu sendiri? Apa klan Date mau bekerja sama dengan kita?” tanya Shingen lagi.
Kedatangan Sasuke tadi ke Desa Oushuu selain mengawasi juga ingin mengajak klan Date untuk bekerja sama dalam menghadapi Kira Sakamoto.
“Tangan kanan Tokuganryu mengatakan akan mengurus anak buah mereka yang terlibat dengan klan Kira. Dan mengenai kerjasama...” Sasuke tak melanjutkan ucapannya melainkan menggelengkan kepalanya pelan.
“Begitu, ya...” angguk Shingen memahami gelengan kepala anak buahnya itu.
“Krisan-dono...” Yukimura mengepalkan tangannya erat, menahan emosi yang membara bagai nyala api didalam dirinya mendengar pahlawan kesasar desanya diculik oleh Si Raja Iblis.
“Yukimura, Sasuke!”
“Ya, Oyakata-sama!”
“Aku perintahkan kepada kalian untuk membantu klan Date menyelamatkan Krisan dan bawa pulang dia ke Desa Oushuu segera!” perintah Shingen dengan suara tegas dan lantang.
Walau kita tahu mereka tidak membutuhkan bantuan kita, kalian harus tetap membantunya karena tujuan kita sama. Menyelamatkan Krisan dari tangan Si Raja Iblis.”
“Baik!” jawab mereka kompak.
“Tapi—” disela-sela itu Yukimura sempat bertanya kepada tuannya.
“Bagaimana dengan Oyakata-sama sendiri?” tanyanya ragu.
“Sebenarnya aku ingin pergi bersama kalian ke Kastil Zenboku, mengingat janji yang kubuat padanya.” jawab Shingen merasa bersalah pada Krisan karena tidak dapat menepati janji yang dibuatnya. “Aku khawatir jika Sakamoto akan menyerang daerah kita sedangkan tangan kanan barunya yang akan mengambil alih kemudi kastil dan anak buahnya...”
“Itu tidak boleh terjadi!” balas Yukimura menggebu-gebu. “Daerah kekuasaan kita tidak boleh jatuh ke tangan siapapun!”
“Karena itu kuserahkan nyawa Krisan pada kalian berdua.” ucap Shingen mengelus kepala Yukimura lembut. Sasuke tidak mendapat bagian karena jaraknya yang cukup jauh dari jangkauan tangan besar Shingen.
“Sasuke, kirimkan aku pesan melalui burung gagak milikmu jika Sakamoto dan tangan kanan barunya berada di Kastil Zenboku. Aku akan langsung ke sana menyusul kalian.”
“Saya mengerti.”
“Aku akan menunjukmu sebagai pemimpin penyerangan ini, Yukimura.” kata Shingen serius. Wajah Yukimura menampakkan ekspresi terkejut mendengarnya.
“Sa-saya?” tunjuknya pada diri sendiri.
“Aku percayakan padamu...”
“Danna!” panggil Sasuke ditengah-tengah peperangan.
“Huh?”
“Awas!”
“Hiyaaa!”
Jleb!
Sebelum salah satu anak buah klan Kira datang menyerang Yukimura, Sasuke berhasil membunuh salah satu musuh yang ingin menyerang tuan mudanya dengan kunai di tangannya. Orang itu akhirnya tumbang di tanah dengan darah yang bercucuran dimana-mana.
“Danna! Ini bukan saatnya untuk melamun ketika sedang berperang!” kata Sasuke jengkel.
Itu benar, yang dikatakan Sasuke barusan benar. Saat ini beberapa pasukan klan Takeda yang dipimpin langsung oleh Sanada Yukimura tengah sibuk beradu pedang di wilayah kekuasaan klan Kira, Kastil Zenboku. Tidak hanya klan Takeda saja yang datang melawan, klan Date pun tak mau kalah menunjukkan taring naga milik mereka. Beberapa detik sebelumnya kegiatan melamun digunakan oleh Yukimura bukan karena dirinya tidak percaya ditunjuk menjadi pemimpin pasukan penyerangan melawan klan Kira, melainkan dirinya terlihat putus asa menghadapi Si Raja Iblis nanti. Dirinya yang selalu diliputi rasa semangat 45 mendadak mulai runtuh akibat krisis kepercayaan diri.
“Danna!” panggil Sasuke lagi sembari kedua tangan dan tubuhnya cekatan menusuk dan menghindar dari serangan musuh. “Apa kau takut menghadapi Si Raja Iblis?”
“I-i-itu...” Yukimura—yang sudah aktif melakukan rutinitas seperti Sasuke—menjawab dengan gagap. Dibeberapa kesempatan, Sasuke mengalihkan pandangannya melihat raut wajah tuan mudanya dan berusaha menyemangatinya kembali.
“Aish, Danna ini! Padahal aku dan Oyakata-sama sudah percaya penuh jika kau bisa menyelamatkan dan membawa pulang Krisan-san. Tapi yang terjadi malah sebaliknya.” sial bagi Sasuke. Yang keluar dari mulutnya adalah pernyataan rasa sedikit kekecewaannya. Langsung saat itu juga pertahanan didalam diri Yukimura hancur berkeping-keping.
“Sasuke, kenapa..kau tega mengatakan hal itu..padaku...”
“Tidak-tidak! Sungguh, aku tidak bermaksud berkata seperti itu, kok!” Sasuke berusaha mengelak.
“Jangan bohong.” mendengar hal itu Sasuke bergidik dan hampir saja kepalanya terputus dari tubuhnya—ketika musuh kembali menyerang namun berhasil dilumpuhkan—jika instingnya tidak setajam silet.
“Fiuh, hampir saja~ Uh?”
Dari tempatnya berdiri, Sasuke bisa melihat perjuangan Koujiro yang berusaha melawan musuh dihadapannya guna memberikan kesempatan bagi Masamune—yang ikut membantu tangan kanannya melawan musuh di belakangnya—masuk mencari sosok wanita berjari lentik itu.
“Danna, kau lihat Tokuganryu disana?” Yukimura berpaling mencari Masamune saat musuh tidak menyerang dirinya. “Walaupun dia tahu kekuatannya tidak selevel dengan Si Raja Iblis, tapi dia tetap datang kesini menyelamatkan Krisan-san dengan modal nekat dan semangat pantang menyerah.”
Jleb!
“Bhuaak!” akhir kalimat Sasuke sembari menusuk dada musuhnya. Yukimura yang mendengarnya menatap temannya berbinar-binar.
“Sa-sasuke...”
“Kau harus seperti dia juga. Bermodalkan nekat dan semangat pantang menyerah.” sambungnya lagi. “Jadi bantu Tokuganryu dan bawa kembali Krisan-san ke Desa Oushuu. Aku yang akan mengurus disini, sisanya kuserahkan padamu, Danna.”
Mendapat berkah dari perkataan temannya, semangat berapi-api Yukimura yang sebelumnya hancur kini kembali utuh. Dirinya sudah tidak merasakan keputusasaan lagi melainkan keinginan untuk membunuh pemimpin klan Kira.
“Terima kasih banyak atas dukunganmu, Sasuke. Aku, Sanada Yukimura akan membawa kembali—”
“Sudah-sudah, sana pergi! Nanti Krisan-san keburu mati.” potong Sasuke tak sabar.
“Ba-baik!” segera saja Yukimura pergi ditengah-tengah lautan api manusia dan tumpukan mayat mengejar Masamune dan Koujiro yang berlari masuk menuju lantai dua Kastil Zenboku.
Di lantai dua Kastil Zenboku...
“Tunggu, Masamune-sama.” tiba-tiba Koujiro berhenti berlari. Tangan kirinya sudah direntangkan lebar-lebar seakan-akan memberi isyarat pada tuannya untuk tetap berdiri dibelakangnya.
“Ada musuh, ya?”
Prok! Prok! Prok!
“Anda sangat hebat sesuai dengan julukan Anda, Tokuganryu.” Oboro muncul dari pintu seberang sembari memberikan tepuk tangan selamat atas benarnya tebakkan dari Masamune. Selain Oboro, mulai bermunculan satu per satu anak buah Sakamoto yang lain.
“Dimana Krisan-san?” tanya Koujiro berteriak.
“Oh, kalian ingin mencarinya?”
“Bukankah kalian setuju akan membeli Krisan dari kami jika dia kembali pulang?” imbuh Masamune menahan emosinya yang meluap-luap.
“Sejak kapan aku menyepakati pernyataan klan Date?” tanya Oboro pura-pura bodoh.
“Jangan pura-pura—”
“Ah, jika maksud Anda yang kemarin, itu hanya candaan semata, kan?”
Apa?!
Shit! Orang ini—
“Kedatangan kalian sungguh menggannggu rencana kami.” Oboro segera mengeluarkan sebilah katana dan pistol sebagai senjatanya. Anak buahnya yang lain juga sudah bersiap untuk bertarung.Jika dilihat dalam hal jumlah tentu pihak Masamune-Koujiro akan kalah karena perbandingannya 1:1000. Tapi jika yang dilihat dari segi kekuatan, itu patut diuji coba siapa yang paling hebat diantara mereka bertiga.
“Jadi, diantara kalian berdua siapa yang akan menjadi santapanku terlebih dahulu?”
“Cih! Dia benar-benar mengganggu!”
“Anda pergi saja duluan, Masamune-sama.” ucap Koujiro tengah memasang kuda-kuda, sudah siap bertarung melawan musuh yang ada dihadapannya.
“Ah, jadi tangan kanannya duluan, ya.”
“Tapi, Koujiro—”
“Masamune-dono! Koujiro-dono!”
Semua orang menoleh mendengar suara memanggil Yukimura bergema di seluruh ruangan lantai dua.
“Tunggu, Masamune-dono!!” teriak Yukimura lagi.
“Masamune-sama, pergilah bersama dengan Macan dari Kai.”
“Tapi—”
“Tolong dengarkan saya, Masamune-sama!” Masamune sedikit terkejut mendengar teriakkan frustasi dari tangan kanannya. Merasa jika nadanya terlalu keras, Koujiro menurunkan satu oktaf suara beratnya.
“Kira Sakamoto sangatlah kuat. Anda sendiri tidak akan bisa melawannya.” lanjut Koujiro sesekali menolehkan kepalanya ke belakang memandang Yukimura yang berlari mendekat ke arah mereka. “Jika dua orang yang melawan, resiko kematian bisa diminimalisir. Jadi—”
“I see.” potong Masamune tak tahan. “Kastil ini ada berapa lantai?” tanyanya mengganti topik pembicaraan.
“Ao bilang kastil ini hanya ada tiga lantai. Kemungkinan besar Krisan-san ada di lantai tiga.” jelas Koujiro mengingat interogasinya beberapa jam yang lalu pada Ao.
“Oi, Macan dari Kai!”
“Masamune-dono?” jawab Yukimura bingung.
“Percepat langkah kakimu jika kau tidak ingin ketinggalan kereta!” balas Masamune mulai berlari menerobos pasukan yang ada dihadapannya termasuk Oboro sendiri.
Tak ingin mangsa lewat dengan mudah, Oboro mengambil tindakkan dengan menghalangi jalan masuk agar Masamune dan Yukimura tidak berhasil lewat. Namun pertahanannya harus roboh akibat serangan Koujiro.
“Kau..!”
“Lawanmu adalah aku.”
“Cuh!” Oboro sempat meludah mengeluarkan sedikit darah lantaran serangan dari Koujiro tadi yang mengenai perutnya. “Kurang ajar!” balas Oboro geram. Koujiro yang melihatnya malah tersenyum penuh kemenangan.
“Itu belum seberapa.”
“Jangan sombong dulu kau!” Oboro mulai memasang kuda-kudanya siap untuk melawan Koujiro. Karena tidak ada pilihan lain, Oboro terpaksa meloloskan dua mangsanya, toh juga dirinya yakin jika Masamune dan Yukimura akan mati di tangan tuannya.
Drap! Drap! Drap!
“Hiyaaa!!”
Suara langkah kaki berlari menggema di seluruh ruangan, masing-masing senjata yang dipegang entah itu pistol, anak panah atau katana sudah siap menyerap darah para pendosa.Teriakkan, ketegangan, ketakutan dan keberanian bercampur menjadi satu. Adu pedang satu lawan seribu pun dimulai.
**********
“Satu..dua...”
Di lantai tiga Kastil Zenboku tepatnya di ruang tengah, terlihat Sakamoto di atas kursi tahtanya sibuk menghitung bidak catur yang ada dihadapannya. Krisan yang sekarang sudah berdiri disamping pemimpin klan Kira menatapnya heran.
Orang ini benar-benar gila, ya? Apa sih, yang dia hitung?
“Di halaman ada satu orang ninja, di lantai dua ada satu orang sedang melawan Oboro dan dua orangnya lagi...”
Orang ini..dia memprediksi kedatangan musuh?, tanya Krisan masih terheran-heran akan Si Raja Iblis.
“Sedang menuju kesini.”
“Apa?” tanya Krisan tak mengerti.
Sakamoto tidak menghiraukan pertanyaan Krisan. Dirinya bangkit berdiri dari tempat duduknya, mengambil katana dan pistol untuk dirinya dan dua pistol lagi dia serahkan kepada Krisan.
“Bersiap-siaplah. Mereka sudah ada di depan kita.”
“Apa maksud—”
Braak!
Seperti yang dikatakan Sakamoto, dua orang yakni Masamune dan Yukimura berhasil mendobrak pintu masuk ruang tengah bersama dengan penjaganya.
“Krisan-dono!”
“Yu-yukimura-san?!” mata Krisan makin terbelalak mendapati pujaan hatinya juga berada disana, menatapnya dengan tajam. “Ma-samune..sama.”
“Apa yang sedang kau lakukan disini, Bunga Krisan sialan?”
“Huh? Bunga Krisan sialan?” beo Yukimura mendengar rivalnya membuka mulut.
Sakamoto terkekeh mendengar pertanyaan musuh barunya.
”Kau lihat? Ucapannya saja sudah kasar padamu, bagaimana bisa kau bertahan hidup jika tinggal dengannya di dunia ini?”
Krisan masih diam terpaku, pikiran dan perasaannya bercampur aduk. Dirinya merasa ini hanyalah mimpi mendapati pujaan hatinya berdiri dengan gagah siap untuk menyelamatkan dirinya. Sepintas perkataan Sakamoto beberapa saat yang lalu terlintas.
“Mustahil dia datang menyelamatkanmu. Kecuali dia benar-benar mencintaimu akan lain lagi ceritanya.”
Mungkinkah..Masamune-sama sebenarnya...
“Kau tidak ingin pulang?” otomatis Krisan kembali tersadar ketika mendengar suara pujaan hatinya bergema lagi di gendang telinganya.
“Aku dan klan Takeda bersusah payah datang kesini untuk menjemputmu.” sambung Masamune lagi. “Kau benar-benar ingin tinggal disini?”
“Daripada kau sengsara di dunia karena orang sialan itu, lebih baik aku membunuhnya saja.”
Pulang? Atau membunuh?, Krisan kembali diperhadapkan dengan pilihan sulit. Lambat laun perasaannya mulai goyah. Tapi, jika aku tidak melakukan perintah Sakamoto, Masamune-sama bisa—
“Oi, Krisan! Kami sudah lelah menunggu!” teriak Masamune tak sabar. Yukimura yang berada disampingnya merasa tak enak melihat orang disampingnya berbicara seperti itu pada pahlawan desanya.
“A-ano, Masamune-dono. Tidakkah..ucapanmu itu terlalu kasar padanya?”
Bahkan Yukimura-san saja bilang begitu.
“Who’s care?” jawab Masamune santai. “Aku hanya menginginkan wanita itu, membawanya pulang dan—”
“Memanfaatkanku kembali.” potong Krisan akhirnya berani membuka mulut. Semua orang terpaku mendengar nada suaranya yang mulai berubah dari biasanya. Masamune menyadari ada yang tidak beres dengan wanita berjari lentik itu.
”Apa aku benar, Masamune-sama?” tanya Krisan menampakkan deretan gigi putihnya yang berkilauan.
“Apa yang terjadi padamu, Krisan?”
Krisan tertawa mengejek. “Hah! Aku?”
Kedua kakinya dilangkahkan ke depan sampai berada di tengah-tengah ruangan. Diangkatnya kedua tangannya yang penuh dengan pistol dan diarahkan moncong senjata dari barat itu tepat dihadapan pujaan hatinya. Kedua pria itu langsung memasang kuda-kudanya, tangan kiri Masamune bersiap untuk mengambil katana di sebelah kanannya sedang Yukimura siap menyerang dengan tombak merah bermata tiga di kedua tangannya.
“Aku baik-baik saja.” sambung Krisan dimata Masamune terlihat ragu.
“Kau yakin?”
“Krisan-dono! Tolong..turunkan senjatamu! Kami datang untuk menyelamatkanmu.” pinta Yukimura mulai bernegosiasi.
“Harusnya kalian mengkhawatirkan diri kalian sendiri.” balas Krisan kedua tangannya mulai menarik pelatuk dari senjata yang dipegangnya.
“Bisa saja aku menembak kalian kapan saja.”
“Huh! Jangan sombong dulu!” bantah Masamune galak. “Bagaimana bisa kau menembak kami tepat sasaran kalau kakimu saja sudah bergetar begitu.”
Krisan baru menyadari jika kakinya bergetar ketakutan. Takut jika pujaan hatinya benar-benar akan mati ditangannya.
“Turuti perkataan Yukimura. Turunkan senjata—”
Dor!
Suara tembakan bergema di ruang tengah Kastil Zenboku. Semua orang terpaku melihat Krisan berhasil meluncurkan satu peluru walau harus meleset sedikit dari pipi kiri Masamune. Darah segar mulai membasahi pipi yang pernah dielus wanita berjari lentik itu.
“Krisan-dono!” panggil Yukimura berteriak.
“Ma-ma-masa..mune..sama...” ucap Krisan tak percaya pada dirinya sendiri.
Sakamoto memberi tepuk tangan meriah sembari melangkah mendekati buronannya dengan wajah memuaskan.
“Kau hebat berani menembak Tokuganryu sialan itu. Tidak sia-sia aku—”
“Kau...! Pak Tua Gorila..!.” panggil Masamune geram. Sakamoto menoleh ke asal suara.
“Apa..apa yang sudah kau lakukan pada Krisan?!” tanya Masamune garang. Sakamoto mengangkat kedua bahunya.
“Aku tidak ada melakukan apapun padanya.”
“Bajingan! ” umpat Masamune di ambang batas. “Mati saja kau! Hiyaaa!!!”
Masamune berlari hendak menyerang Sakamoto dengan katana di tangannya tapi suara tembakan itu kembali terdengar. Kali ini tidak hanya satu tapi tiga sampai empat peluru meluncur dan berhasil ditangkis olehnya. Beruntung bagi Masamune tidak ada satupun peluru yang melukainya lagi.
“Krisaan...!” panggil Masamune tak tahan.
“Hadapi aku, Masamune-sama!” tantang Krisan mulai terlihat berani.
“Jadi kau berniat ingin membunuhku?” Krisan tak menjawab.
“Masamune-dono! Jangan bilang—”
“Yukimura!”
“?!”
“Kau lawanlah dulu Pak Tua Gorila itu. Kalau Krisan biar aku yang menyadarkannya.”
“Ta-tapi...”
“Apa? Bocah tengik ini akan menjadi lawanku??” ejek Sakamoto merendahkan. "Cih! Harusnya tadi aku pergi ke Desa Kai untuk membunuh Takeda Shingen daripada harus membuang-buang waktuku melawan bocah sepertimu!"
“Kau..!” Yukimura menjadi naik pitam mendengar orang yang selama ini dikagumi dan dihormatinya dikatai seperti itu. “Tidak akan bisa membunuh Oyakata-sama sebelum melangkahi mayatku!!!”
Cling! Cling! Trang! Trang! Dor! Dor!
“Huh, sepertinya disana sudah terjadi pertarungan sengit, ya!" ucap Masamune menatap Krisan percaya diri. “Jadi, kau masih tetap berpegang teguh pada pendirianmu yang ingin membunuhku?”
Krisan memegang kedua pistolnya erat.
“Aku tidak akan menarik kata-kataku kembali!”
“Hoo~ Punya nyali juga kau!" Masamune mulai bergerak menyerang Krisan. “Kalau begitu terima seranganku!”
Tidak mau kalah dengan pertarungan disebelah, pertarungan yang sesungguhnya berat sebelah antara Masamune dan Krisan pun makin serius. Walau tidak mengeluarkan keenam pedangnya seperti menghadapi musuh-musuh yang lainnya, Masamune tak segan-segan untuk menusuk beberapa tubuh Krisan entah itu bagian perut, tangan ataupun kaki. Ini sengaja dilakukannya agar wanita berjari lentik itu tidak mati sungguhan. Krisan sendiri hanya bisa menghindar dan bertahan selama penyerangan pujaan hatinya itu. Jika ada kesempatan, Krisan akan meluncurkan beberapa peluru ke arah sasaran. Itupun ada yang berhasil mengenai Masamune—seperti tangan, dada, perut dan paha—dan ada juga yang meleset.
“Haha! Tidak buruk juga bertarung dengan pemula sepertimu.” puji Masamune ditengah-tengah pertarungan.
“Ini sebuah mujizat tubuhku bisa bertahan melawan Tokuganryu.” balas Krisan terlihat kehabisan napas.
“Penyeranganku belum seberapa. Ini baru—ugh!” tiba-tiba tubuh Masamune roboh di tempat.
“Masamune-sama!” teriak Krisan panik melihat pujaan hatinya tengah memegang beberapa bagian tubuhnya yang terkena pelurunya.
Mendadak Masamune merasakan sakit disertai kejang-kejang di tubuhnya, kepalanya terasa pusing, rasanya juga mau mual. Krisan ingin mendekati pujaan hatinya tapi otaknya memberi perintah padanya untuk tidak mendekati Masamune.
“A-a-apa...apa yang terjadi...?”
“Wah wah wah, rupanya sudah dimulai, ya?”
Disela-sela situasi panik dan takut yang menyerang, suara Sakamoto menggema di ruang tengah Kastil Zenboku. Krisan mendapati jika pemimpin klan Kira tengah berjalan mendekati mereka berdua. Tidak hanya itu saja, bola mata Krisan juga melihat Macan dari Kai sudah terkapar bersimbah darah di lantai. Jika tidak diselamatkan kemungkinan Yukimura bisa mati kehabisan darah.
“Yu-yukimura..san juga...”
“Tak kusangka racun itu ampuh menaklukkan Tokuganryu sialan ini.”
“Racun?” ulang Krisan matanya menatap Sakamoto hampa.
“Iya, racun. Di dalam peluru itu kan, ada racunnya!”
“Ba-bagaimana bisa...” Krisan sudah seperti orang bisu yang tak mampu berbicara lagi.
“Aku menyuruh Oboro merakit peluru yang berisi racun dan kuserahkan padamu. Racun itu akan mulai bekerja setelah tiga menit. Efek sampingnya mulai dari kejang-kejang, pusing, mual dan jika tiga hari tidak diselamatkan dia akan mati.” Sakamoto bertanya diiringi seringai manis kepada Krisan.
“Kau pikir aku ini bodoh apa? Aku tahu tidak mungkin kau berniat membunuh Tokuganryu sialan itu. Daripada aku yang membunuhnya, pfft!” Sakamoto membungkam mulutnya sendiri menahan tawa. Entah apa yang lucu baginya.
“Jadi...jadi kau...”
Krisan merasa dirinya telah diperalat, bahkan cara ini lebih kejam dibandingkan cara pujaan hatinya yang memanfaatkannya. Dirinya lebih memilih dimanfaatkan daripada dipermainkan layaknya boneka jika tahu akan seperti ini jadinya.
“Tidak mungkin...!”
“Hahahaha!! Betapa mudahnya menipumu. Hahahaha!!” Sakamoto benar-benar beruntung karena dewi fortuna memberkatinya sepanjang hari ini.
“Seperti yang kau janjikan padaku.” ucap Sakamoto sesampainya di dekat Krisan, dia memberikan pistol miliknya pada wanita berjari lentik itu. “Sekarang dia sudah terkapar. Jadi kau bisa membunuhnya dengan mudah.”
“Bagaimana jika aku berubah pikiran?”
“Kau berniat menolak tawaranku sebelumnya?”
“Memang kenapa?” Krisan menatap pemimpin klan Kira bengis.
“Kau tinggal pilih, kepalamu atau kepalanya yang akan kuambil.” balas Sakamoto santai.
“Brengsek kau!” umpat Krisan dibalas todongan katana oleh Sakamoto.
“Aku bisa membunuhmu kapan saja, lho!'
Karena tidak tahu harus bagaimana dan memikirkan apa lagi, Krisan mengambil pistol yang ditodong oleh pemimpin klan Kira, melangkahkan kakinya dengan berat mendekati tubuh terkapar Masamune yang sudah dihiasi beberapa liter darah dan busa air ludah. Sejenak Krisan menatap pujaan hatinya nanar, diamati wajah pucat bagai mayat hidup milik Masamune lalu ditodongnya pistol itu tepat di atas kepala pujaan hatinya.
“K-k-kri...san...” terkejut bukan kepalang Krisan dan Sakamoto mendengar Masamune masih bisa mengeluarkan suaranya walau terpotong.
“Masa...mune...sama...” panggil Krisan luluh.
“K-kri...sa—”
“Cepat tembak kepalanya, Krisan!” perintah Sakamoto tak sabar.
“Masa...mune...sama...”
Sekuat tenaga Masamune mendongakkan kepalanya ditengah-tengah peperangannya melawan rasa sakit dan tubuhnya yang kejang-kejang tak terkendali. Dirinya bisa melihat Krisan tengah berdiri dengan tubuh bergetar, kepala tertunduk dan pistol di tangan Krisan mengarah tepat padanya. Masamune membuka mulutnya ingin mengatakan sesuatu tapi tidak ada suara yang keluar. Yang bisa dilakukannya hanyalah melihat. Melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Cepatlah, Krisan!”
Krisan menarik pelatuk di pistolnya dan sebelum dirinya meluncurkan satu peluru ke pujaan hatinya, ada beberapa kata terakhir yang diucapkannya dengan suara berbisik. Entah bagaimana caranya Masamune bisa mendengar bisikkan terakhir Krisan.
“Aku minta maaf.” ucapnya mengakhiri semuanya. "Dan juga...”
Masamune melihat wajah wanita berjari lentik itu kini sudah kembali tegak, memperlihatkan kedua matanya yang berwarna merah dan pipinya yang basah oleh air mata.
“Aku mencintaimu, Masamune-sama.”
Dor!