Semenjak kejadian yang terjadi tempo hari baik Tania maupun Trian sudah tidak saling bertemu lagi hal itu membuat Sabelia ataupun Nadia sangat senang menyaksikanya orang yang di suka mereka tidak dekat dengan gadis yang menjadi musuh keduanya
Tania merasa kehilangan sosok yang sering menganggunya di sekolah, entah perasaan apa itu hanya saja Tania merasa aneh.
Contohnya Hari ini Tania berpapasan dengan Trian , laki - laki itu telah berubah ia mengacuhkan Tania begitu saja.
Harus nya Tania merasa senang hanya saja,beberap hari ini terasa monoton baginya
Tinggal dua jam pelajaran tersisa Mili dan Reina sama - sama tak mengungkit masalah yang terjadi tempo hari karena sudah bisa di pastikan Trian dan Tania sama - sama berubah Trian yang menjadi cuek dan Tania yang kembali menjadi seseorang yang jarang bicara.
Saat Reina dan Jemie bertemu di kantin pun mereka terasa kehilangan sosok yang biasanya membuat mereka merasa risih yaitu Tania dan Trian, Tania semenjak kejadian itu tidak mau di ajak paling- paling gadis itu menghabiskan waktu di perpustakaan sementara Trian laki - laki itu lebih sering berada di ruang osis untuk mengurusi kegiatan - kegiatan menjelang lengsernya Dimitrian sebagai ketua osis.
"Jem "panggil Reina.
"Apa Rei? "Tanya Jemie yang menghentikan aktifitasnya melahap makanan miliknya.
"Bujuk kak Trian udahan gitu marahnya sama Tania "ucap Reina.
"Suruh Tania aja minta maaf, yang salahkan dia juga "jawab Jemie
"Loh kamu malah nyalahin Tania sih "
"Aku gak nyalahin emang fakta kan "
Percekcokan antara Tania dan Trian ternyata berimbas kepada hubungan Reina dan Jemie buktinya sekarang pasang itu lebih sering bertengkar ganya karena membahas Tania dan Trian
"Terserah kamu deh capek aku "ucap Reina yang langsung pergi mengakhiri pertengkaranya.
Mili dan Dion yang tidak tahu apa - apa langsung saling bertatapan.
"Gue kejar Reina dulu deh yah "kata Mili yang langsung bangkit untuk mengejar sahabatnya itu.
" kenapa lo berdua jadi sering berantem sih Jem? "Tanya Dion
"Tau deh, cewek emang begitu temannya yang salah gak mau di salahin "tutur Jemie
"Tapi kata Reina bener deh gimana kalau kita bujuk si Trian supaya udahan marah sama Tania, yang gue heran tuh si Trian kan suka banget sama si Tania kok sekarang malah udah hampir seminggu dia diem - dieman kaya gitu "tutur Dion
"Iya juga yah, emang kejadian nya parah banget ya sampe si Trian murka? "
"Mana gue tau, cewek lo tuh yang tau "
"Udah ah cabut gue udah males makan "ajak Jemie
Keduanyapun berlalu.
Tania menatap gawainya beberapa detik kemudian mengusap mukanya dengan tangan,sementara buku yang ia ambil dari rak buku masih terbuka di halaman awal tak berganti sedikitpun.
"Eh Tania, kebetulan ada kamu "ucap seorang guru yang menyadari ada Tania di dalam perpustakaan
"Eh iya bu ada apa? "
"Tolong bantu ibu yah bawa buku -buku ini ke perpustkaan yang ada di bawah "
Sekolah Tania memiliki dua ruangan perpustkaan yangs satu berada di kawasan kelas sebelas dan duabelas dan yang satu lagi berada di kawasan kelas sepuluh
"Iya bu "Tanpa pun menerima tumpukan buku yang lumayan berat sementara satu tumpukan buku lagi di bawa oleh bu Meti sendiri Tania mengekor di belakang guru tersebut.
Lorong - lorong yang Tania lewati sudah sepi karena bel masuk sudah berbunyi 5 menit yang lalu.
"Dimitrian "panggil bu Meti kepada Trian yang baru saja menuruni anak tangga
"Ia bu "jawab Trian sambil mendekat ke arah bu Meti.
"Tolong bawa buku ini yah, ibu mau ambil satu tumpuk lagi "titah bu Meti sambil memberikan buku yang ia pegang kepada Trian
Tania masih diam di belakang bu Meti sambil tertunduk.
"Kamu bawa yah Tania ,DimiTrian, makasih sebelum nya "ucap bu Meti.
Taniapun berusaha bersikap biasa saja di hadapan Trian iapun berjalan terlebih dahulu tapi langkahnya masih bisa tersusul oleh Trian
"Buku nya bagi dua lagi "ucap Trian membuat Tania berhenti.
"Apa? "
"bukunya biar gue yang bawa "ucapnya datar
"En.. Gak usah "ucap Tania menepis tangan Trian tapi laki - laki itu tetap memaksa agar buku yang di bawa oleh dirinya di berikan kepada Trian
"Dengan terpaksa Tania memberikan sebagian buku tersebut kepada Trian
Tania dan Trian jalan saling beriringan tapi keduanya sama - sama bungkam, akhirnya keduanya sampai di perpustakaan kemudian langsung menyerahakn buku - buku tersebut kepada seorang guru yang sedang merapikan buku - buku disana
Gawai milik Tania pun bergetar, iapun mulai menjauh dari Trian
"Halo"
"Halo vin ada apa? "Tanya tania
"Kata bokap gue nyokap lo ada sedikit masalah Tan, bokap gue tadi ngabarin gue "
"Kok om Wisnu gak telpon gue "
"Lo tenang aja kakak lo udah dateng buat cek keadaan nyokap lo, tapi abis itu pergi lagi ".
"Oh gitu ya udah, om Wisnu ngajak gue ketemuan gue udah janji-janji terus tapi ya gitu gue cancel lagi apa mau bahas masalah itu yah?
"Terus lo mau ketemuan sama dia kapan? "
"mmm.. bilangin deh ke om Wisnu, jumat kayaknya gue bisa ketemu sama dia "
"Oke sipp deh, kalau gitu bye Tan "
Klik sambungan pun terputus
Diam- diam Trian mengikuti Tania dan menguping pembicaraan Tania karena perkataan Juna sampai detik ini masih terngiang di benaknya
Oh jadi namanya om wisnu, jumat ini mereka mau ketemuan apa gue ikutin yah?. Ucap batin Trian
Tania buru - Buru berlari untuk menjauh selepas bertelpon tadi Tania yakin Trian. Masih berada di depan Perpustakaan jadi agar ia tidak bertemu ,Tania pergi dan lari cara yang tepat untuk menjauh tapi sialnya sepatu yang ia kenakan talinya terpelas membuat ia terjatuh menabrak tembok.
Tania mencoba bangkit dan mengusap usap pelipisnya yang terasa sakit, ternyata cairan merah mengalir begitu saja di kepalanya.
Dimitrian yang sejak tadi memang mengamati Tania langsung mendekat , ia merasa khawatir hanya saja tidak di tujukan oleh nya.
"Tania lo gak papa? "
Tania melirik, tanganya masih menutupi area dahinya yang terluka.
"Engak papa "ucap Tania pelan, gadis itu ingin segera bergegas pergi, tapi Trian masih menghalanginya, tanganya terulur membuka tangan Tania yang menutupi dahinya.
"Dasar bego, gak papa gimana berdarah gitu "bentaknya ke pada Tania
Tania hanya terdiam dan menurut saat tanganya di tarik Trian entah kemana karena Tania sejak tadi hanya menunduk
"Gila ya anggota pmr gak ada satupun, untung ruangan gak di kunci "keluhnya
"Duduk "titah Trian kepada Tania saat keduanya telah berada di dalam ruangan unit kesehatan sekolah (uks) sementara itu Trian mnegedarkan pandanganya mencari obat -obat yang ia perlukan dan berhasil mendapatkannya setelah itu mendekat lagi kepada Tania.
Dengan lihai tanganya mulai mengoleskan obat merah kepada luka Tania, Tania menutup matanya menahan perih yang terasa
"Tahan ya Tan "ucap Trian yang hanya mendapat anggukan dari orang yang di ajak bicaranya, Trian bisa melihat dengan jelas wajah Tania yang sedang menahan sakit karena posisi mereka cukup dekat.
"Udah selesai, lo bisa buka mata "titah Trian
Taniapun membuka mata disaat Trian sedang sibuk membereskan obat - obat yang di gunakanya tadi.
Tania menatap Trian "maaf "kata yang keluar dari mulut Tania, membuat Trian menghentikan aktifitasnya dan menoleh ke arah gadis itu .
"Gue minta maaf "
Trian hanya diam "buat apa? Gue yang salah "jawabnya datar
"Gue yang salah, mangkannya minta maaf gue harap lo udah gak marah sama gue "
"Adanya gue yang nanya gitu Tan, lo masih benci kan sama gue, apa lo mau maafin gue? "
Tania terdiam
"Lo diem tandanya lo masih belum bisa maafin gue "Trian menaruh kotak obat kemudian keluar Tania yang melihat itu langsung bangkit dan mengejar Trian
"Gue... Gue udah maafin lo kok, dan lo gak salah gue yang salah gue minta maaf gue harap lo udah gak marah sama perkataan gue "jelas Tania membuat langkah Trian terhenti.
"Gue gak marah sama lo Tania "ucapnya
"Gak marah? Terus lo ngejauh tanda nya bukan marah? "
"Gue gak ngejauh dari lo "
"Tapi gue ngerasa lo ngejauh, lo berubah Trian "ucap tania pelan
"Dari awalkan gue ngejar - ngejar lo karena gue mau minta maaf sama lo "ucapnya "kalau lo gak mau maafin gue buat apa gue selalu gangguin lo yang malah ngebuat lo makin marah sama gue, kata maaf yang tulus aja udah cukup kan? "Jelas Trian
"Oh iya gue lupa, lo cuman mau kata maaf dari gue "ucap Tania lirih "gue udah maafin lo kak Trian "lanjutnya kini memanggil Trian dengan semestinya.
Trian langsung meninggalkan Tania, tanpa Tania sadari Trian tersenyum mendengar kata terakhir untuknya sambil berjalan meninggalkanya sementara sebaliknya hati Tania terasa sakit karena terngiang-ngiang kata kata Trian dari awalkan gue ngejar - ngejar lo karena gue mau minta maaf kenapa kata kata itu malah membuat Tania merasa sakit, ternyata pemikiranya bahwa Trian menyukainya itu salah dan sepertinya karma sedang bekerja Tania yang membenci Trian kini malah memiliki sebuah rasa yang aneh dan sebaliknya, itulah persekulasi yang ada di benak Tania.
"suka? Ngaca deh Tan "gumamnya kemudian pergi.
Sebuah pesan singkat masuk dari Peter membuat mood Tania semakin buruk.
Gue jemput ya :) , gue chat lo diline di wa sama aja gak di bales bales, gak punya kuota?
Tania lo masih hidup kan?
Heloo!
"Ini lagi manusia satu kenapa lagi, sehari aja gak ngechat gue gatel apa yang tuh tangan dasar mantan "ucap Tania bermonolog sambil berjalan terus.
Langkah kaki Tania terhenti setelah Sabel memghalanginya.
"Eh ada setan, jidat lo kenapa di cium aspal? "Tanya Sabelia meledek
"So tau lo! "Jawab ketus Tania.
"Emang gue tau "
"Pergi sono gue mau lewat, gue itung ya kalau sampe itungan ke tiga lo belom minggir siap siap kaki lo pincang "ancam Tania
"Dasar pereman pasar "umpatnya
"Lo tukang sapu sapu di pasar "ledek Tania kepada Sabeli.
Dengan sebal, Sabelia pergi meninggalkan Tania mungkin mood nya juga sedang buruk sehingga tidak biasnya sabel mengakhiri peryengkaran mereka tapi kali ini ia pergi begitu saja, Tania pun tidak mau ambil pusing oleh hal itu iapun melanjutkan perjalanannya.