“Sebenarnya... apa yang kumiliki, hanyalah mimpi buruk. Mimpi buruk yang ternyata adalah kenyataan..” – Akasia
“Kuat hanyalah topeng untuk menyembunyikan kerapuhan, semakin kamu kuat semakin rapuhlah dirimu...
Percayalah, aku sudah memakan mentah-mentah pahitnya dunia ini..” –Rose’
Ini cerita mengenai dua sosok perempuan. Akasia dan Rose’. Kehidupan yang tidak pernah mendukung mereka untuk bersyukur, kehidupan yang membuat mereka menjadi kelam dan tak berperasaan, kehidupan yang membuat mereka bernasib sial. Dan definisi mereka tentang dunia adalah sama, Tempat semua penjahat berkumpul.
Mereka sama, dengan cerita yang berbeda. Akasia, kenyataan sepertinya suatu hal yang sudah sangat buruk baginya, karena ia hanya berkutat pada visi yang begitu menyakitkan. Di saat seperti ini, biasanya orang akan lebih memilih untuk bermimpi, tapi tidak untuknya, dia bahkan tidak pernah ingin tidur dan bertemu dengan bunga tidurnya yang begitu laknat. Karena mimpi dan kenyataan baginya adalah hal yang tidak ada bedanya. Sama-sama buruk dan merupakan suatu kutukan.
Sementara Rose’, nama yang tercermin dalam dirinya, menunjukkan suatu kekuatan namun juga kerapuhan di saat yang bersamaan. Jangan pernah tanyakan bagaimana hidupnya. Karena selama ini yang dia terima hanyalah pukulan, makian, sakit hati dan dendam. Ibunya terlibat dalam hutang yang sangat besar pada seorang rentenir. Dan tanpa dosanya meninggalkan Rose’ yang masih delapan tahun bersama ayahnya yang lumpuh. Semenjak saat itu, dia menerima lebam di wajah dan di sekujur tubuhnya. Tidak ada yang berharga lagi dari dirinya. Kecuali ayahnya.
Mereka berdua seperti sebuah konstelasi hidup, sama tapi berbeda arah. Menjalani kehidupan buruk mereka masing-masing. Dengan jalan yag tidak akan pernah mereka tahu.
“Dunia itu kejam, sekejam itu sampai harus ada pengorbanan dalam suatu cerita.”