Aku selalu terbangun dengan mimpi yang sama
Mimpi yang tidak sesuai denganku
*****
Dream
Udara sejuk. Angin semilir berhembus dari arah timur laut. Sudah beberapa menit ia duduk di tempat ini. Sendirian. Di akhir pekan, biasanya banyak wisatawan yang memadati kawasan ini. Entah tempat ini sudah kehilangan daya tariknya atau apa, April juga tidak mengerti. Ia hanya memandangi beberapa pedagang yang terus menjajakan barang dagangannya ke pengunjung yang lewat.
Detik semakin berlalu. April masih saja termenung sendirian. Menatap latar gunung menjulang tinggi di belakangnya. Indah. Suasana pegunungan selalu bisa membiusnya dalam ketenangan. Ia menarik napas. Menikmati aroma dingin pegunungan. Oksigen yang mulai menipis di daerah tinggi ini sempat membuatnya kesulitan bernapas. Beruntung ia bisa cepat menyesuaikan diri.
Tapi, ada satu hal yang mengganggu, kenapa ia ada di sini? Gadis itu bahkan tidak mengingatnya. Ia bukan tipe gadis yang suka menghabiskan waktu di luar rumah, lalu kenapa ia bisa sampai ke sini? Apa ia ada janji dengan seseorang? Tapi, kapan?
April mulai kebingungan. Ia bangkit dari tempatnya duduk, menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Bagaimana ia pulang nanti? Ia menggigit ujung kukunya. Di tengah kecemasannya, sang gadis dikagetkan dengan kehadiran seseorang yang tiba – tiba menepuk pundaknya dari belakang. April membalikkan tubuhnya. Mereka berhadapan.
“Kamu, sudah lama menunggu?” seorang pemuda tinggi berparas tampan mengenakan kemeja putih berdiri tegap di hadapannya. Gadis itu terkejut. Bagaimana mungkin? Jadi, ia kesini untuk bertemu pemuda itu?
Kemudian April hanya mengangguk. Ia seperti melupakan segala kegelisahan yang sempat meliputinya tadi. Semuanya mendadak lenyap ketika pemuda itu datang.
Melihat tingkah laku sang gadis, pemuda itu hanya tersenyum.
“Ayo kesana.” pemuda itu menunjuk bangku kayu di taman sekitar mereka.
April berjalan dengan tangan pemuda itu menggenggamnya. Tanpa sadar, mereka mengenakan pakaian berwarna senada. April dengan dress putih selutut berlengan panjang.
“Bagaimana kabarmu? Maaf, aku butuh waktu yang lebih lama untuk menemuimu. Maafkan aku,” kata pemuda itu mengawali pembicaraan ketika mereka baru mendudukkan diri di bangku taman.
Kabarku? Bukankah kita sudah bertemu setiap hari?
April terdiam.
“Jawab aku, apa kamu sudah bertemu orang lain?” si pemuda meraih tangan April dan menatapnya hangat.
“Tidak, bagaimana mungkin? Aku hanya melihatmu sedangkan kamu terus mengalihkan pandanganmu? Kau bisa bayangkan bagaimana bisa aku hidup seperti itu?” April masih membiarkan pemuda itu menggenggam tangannya, sementara ia ingin merutuki dirinya sendiri atas kalimat yang dikatakannya barusan. April ingin menarik kata – katanya. Sekarang, pemuda itu tahu perasaannya seluruhnya, sedangkan ia sama sekali tidak tahu apa yang dipikirkan oleh si pemuda.
Pemuda itu tersenyum. Tapi cahaya matanya memancarkan sedikit kesedihan.
Kenapa?
Pemuda itu masih saja tersenyum, sementara April tidak mampu mengartikannya. Ini terlalu sulit. Bagaimana tidak. Pada awalnya pemuda ini begitu baik padanya, setidaknya pemuda ini ramah. Lalu, kemudian sang pemuda beranjak pergi, menjauh darinya. Dan sekarang, sang pemuda datang kembali. Bahkan kali ini sang pemuda menggenggam tangannya. Ini semua benar – benar membuatnya sakit kepala. Tanpa sadar ia melepaskan genggaman pemuda itu, bulir – bulir air mata mulai menggenang di sudut matanya, siap untuk diluncurkan.
“Apa maumu sebenarnya?” April menatap pemuda itu sedih. Ia mulai terisak.
“Tunggu, jangan menangis, aku benar – benar minta maaf.” sang pemuda sendiri bingung akan apa yang dilakukannya. Ia tahu ia sudah terlambat. Tapi, apakah gadis di hadapannya ini sama sekali tidak bisa mengingat kenangan mereka di masa lalu sedikitpun? Sungguh, ia sendiri juga merasakan sakit yang sama. Sang pemuda terdiam.
“April! Kembalilah ke sisiku, ke sisi kami! mendadak, teriakan seseorang dari jauh memecah keheningan.
“Sudah kubilang, jauhi dia!” orang itu berteriak lagi, sambil terus berlari ke arah mereka. April mengerjap – ngerjapkan matanya. Ia tidak salah lihat.
Cowok itu? Dia juga ada di sini?
*****
Jam di rumah berdentang dengan keras. Hujan masih mengguyur di luar. April terbangun, napasnya memburu. Ia bermimpi. Itu semua hanya mimpi. Matanya menyapu ke seluruh ruangan. tidak ada apa – apa.
Tapi, mimpi apa tadi? Gadis itu sama sekali tidak mengingatnya. Mimpi seperti apa yang bisa membuatnya terbangun penuh keringat seperti ini. Yang dia ingat Cuma pertemuannya tadi dengan Nata, sebelum hujan kembali turun. Ia bertemu dengan Nata di atap rumah tadi.
*****
@Retha_Halim terima kasih :)
Comment on chapter My Walkways