Tiga hari berlalu sejak pertemuan Sakura dengan Mirae. Dia berulang kali menghubungi nomor ponsel yang diberikan Mirae padanya. Mirae bilang dia harus berhubungan langsung dengan sepupunya yang aktor itu untuk membahas pekerjaan barunya. Tapi, sudah berkali-kali Sakura melakukan panggilan tapi tetap saja tidak ada yang mengangkatnya. Akhirnya, dia bertanya lagi kepada Mirae, barangkali sepupunya itu punya nomor ponsel yang lain.
“Ah, mianne unni, sepupuku itu memang selalu begitu. Mungkin dia pikir nomor unni adalah nomor ponsel orang-orang iseng, jadi dia tidak mengangkatnya. Aku juga sering diperlakukan seperti itu jika menelponnya dengan nomer lain,” jelas Mirae waktu ditelponnya.
Dan kini Sakura pun dapat nomor yang baru lagi. Nomor manajer sepupu Mirae. Dan ketika Sakura melakukan panggilan, seseorang di seberang sana mengangkatnya dan berbicara dengannya. Setelah berbicara panjang lebar lelaki itu menyuruh Sakura mendatangi rumah aktor itu. Karena urusan kostum aktor tersebut tidak mau orang lain ikut campur, dia lebih senang menggunakan apa yang pantas untuknya, menurutnya tanpa peduli pendapat orang lain.
Dengan membawa beberapa baju yang hendak diperlihatkannya itu Sakura bergegas untuk menunggu bus yang akan mengantarkannya ke alamat yang tengah dipegangya itu. Meskipun sedikit berat karena baju-baju itu, dia tidak merasa kesulitan sedikitpun.
Apartemen itu nomor 205, dan terletak di lantai 2. Dia memencet bel dengan sangat lama sebelum akhirnya seseorang di balik pintu yang ada di hadapannya itu membukakan pintunya.
“Annyong, Na-neun Sakura imnida. Aku kesini untuk mengantarkan beberapa contoh baju,”
“Oh, ya baiklah, masuklah,”
“Anda.... sakit? “ tanya Sakura ketika mendapati laki-laki yang tengah berada didepannya itu tampak pucat.
“Tidak apa. Letakkan saja bajunya di situ dan pergilah. Nanti kalau ada yang tidak cocok aku akan memberitahumu,” ucap lelaki itu, dengan dirinya tanpa menghiraukan Sakura yang masih mematung keheranan akan sikapnya.
“Baiklah,” Sakura meninggalkan baju itu ditempat yang lelaki itu minta dan segera pergi. Memangya siapa yang mau berlama-lama di rumahmu. Aku juga akan segera pergi. Memangnya karena kau artis kau bisa berbuat seenaknya. Kalau saja bukan karna permintaan Mirae aku tak sudi melayanimu,” desah Sakura dalam hati karena mendapati kehadirannya di rumah itu tak ada sambutan sama sekali. Dia pergi dengan hati sedikit dongkol. Pasalnya ini baru pertama kalinya dia diperlakukan seperti itu oleh orang lain.
Dia berjalan gontai menuju butiknya di Dongdaemon. Eun Jung yang mendapati wajah kusut sahabatnya itu, merasa heran. Tidak ada angin, tidak ada hujan, apa yang tengah membuat sahabatnya yang biasanya ceria itu kini tampak murung dengan muka ditekuk.
“Kamu kenapa, Sakura?” Eun Jung yang penasaran dengan apa yang terjadi pada sahabatnya itu langsung menghujani sahabatnya dengan beribu pertanyaan tanpa mempersilahkan sahabatnya itu untuk istirahat terlebih dahulu. Oh, ya bajunya sudah kau antar kan? Terus gimana wajah aktor itu, tampan kah?” ucap Eun Jung dengan rasa ingin tahu yang besar dan tak sabar mendengarkan cerita dari sahabatnya itu.
“Ya, sudah ku antar. Kalau kau bertanya dia tampan atau tidak, ya dia tampan. Tapi ku rasa ketampanannya itu tidak cocok untuk pria seperti dia?”
“Maksudmu?”
“Bagaimana mungkin dia tidak menghormatiku sama sekali. Saat aku tiba disana aku menunggu setengah jam sampai dia membuka pintu rumahnya. Dan setelah dibukanya, dia menyuruhku masuk dan meletakkan baju-baju itu ditempat yang dimintanya. Siapa yang gak sebel coba,”
“Oh, karena itukah raut mukamu jadi asam begini,”
“Ya, iyalah,”
“Itulah apa ku bilang. Seharusnya aku saja yang mengantar baju-baju itu. Kalau aku, pasti udah kebal di perlakukan seperti itu,” kekeh Eun Jung.
“Oh, ya aku jadi penasaran aktor yang mana yang jadi klien kita itu,” tukas Eun Jung.
Sakura yang mendengar itu tiba-tiba mengingat sesuatu. Ingatannya kembali pada wajah dingin yang ditemuinya tadi siang. Dan sepertinya wajah itu tak asing lagi baginya, seolah dia pernah melihat orang itu sebelumnya. Dan setelah semua ingatannya terkumpul dia barulah yakin bahwa dia benar-benar pernah bertemu dengan orang itu sebelumnya.
“Eun Jung, kurasa aku pernah bertemu orang itu sebelumnya,”
“Siapa?”tanya Eun Jung yang tengah melamunkan dan mengira-ngira siapa aktor, yang menjadi pelanggan baru di butik sahabatnya itu.
“Ya, siapa lagi kalau bukan aktor itu,”
“Benarkah? Dimana? Siapa namanya?” Eun Jung yang memang sangat antusias jika berbicara tentang laki-laki tampan itu terlebih artis menghujani Sakura beribu pertanyaan.
Sakura pun menceritakan pertemuannya dengan aktor menyebalkan yang membuat dahinya mendapatkan sedikit luka. Memang benar sih tidak sepenuhnya salah orang itu. Tapi, karena para penggemar orang itu yang berdesakan membuatnya terjatuh dan mendapat luka itu. Dia pun menceritakan pula kisah tragis stiletto kesayangannya yang haknya patah. Dan dia harus menepi dengan kaki telanjang tanpa mengenakan alas kaki agar tidak terjatuh lagi oleh desakan orang.
“Benarkah itu Sakura, hahaha...” kekeh Eun Jung mendengar cerita sakura.
“Kau itu, temannya dapat musibah malah ketawa,”
“Aku nggak nyangka kalau kedatanganmu ke dari Jepang ke Korea ini disambut banyak orang,” ucap Eun Jung dengan masih terkekeh.
“Apanya yang disambut banyak orang, mereka malah seperti sekumpulan orang-orang yang hendak menerkamku,”
“Oh, ya terus kau bilang katanya orang itu sempat melihatmu terjatuh. Terus apa yang dilakukannya,”
“Eh, bukannya menolong orang itu malah asyik dengan penggemarnya. Dasar artis menyebalkan,” celoteh Sakura.
“Eh, tunggu deh, kamu bilang dia juga datang dari Jepang?”
“Iya, kalau tidak salah memang dia juga turun bersamaan denganku dari pesawat. Tapi aku tidak tahu sebelumnya kalau dia artis. Namanya kalau tidak salah Lee,,,Ju...ung,,,,”
“Lee Jung Soo kan?” pekik Eun Jung.
“Ya sepertinya itu,”
“Wah, berarti klien kita adalah aktor yang lagi naik daun dong,”
“Maksud kamu?”
“Iya dia itu aktor yang sangat terkenal. Dia membintangi banyak sekali drama korea. Kalau melihat aktingnya di layar kaca kau tak akan percaya bahwa itu hanyalah sandiwara, aktingnya benar-benar alami dan sempurna,” ucap Eun Jung panjang lebar. Eun Jung menceritakan sangat detil tentang aktor favoritnya itu. Dari drama korea pertama yang pernah dibintanginya hingga beberapa film yang pernah ditangkan di bioskop.
Sementara Eun Jung masih asyik berceloteh, Sakura yang tidak tega membiarkan sahabatnya itu berceloteh sendiri, dia hanya mengangguk-angguk kecil untuk mengiyakan. Sakura berharap bahwa ada sesuatu yang bisa menghentikan celotehan Eun Jung. Karena dia tahu jika sahabatnya ini tengah berceloteh saat malam tiba pun dia tak akan pernah berhenti. Seperti yang saat ini, tapi untunglah tiba-tiba datang seorang pelanggan yang dapat menghentikan ocehannya itu.
Eun Jung yang telah berhenti berceloteh itu melayani pelanggannya dengan setia dan ramah. Sementara Sakura tenggelam dengan pensil dan kertas-kertasnya untuk menggambar desain baju-baju baru yang hendak diluncurkannya juga yang hendak di perlihatkannya pada aktor menyebalkan yag ditemuinya tadi siang.
Di apartemennya Lee Jung Soo baru bangun dari tidurnya ketika hari sudah sore. Perutnya lapar bukan main, dan kepalanya juga masih pusing. Dia meraih ponselnya dan segera melakukan panggilan ke manajernya.
“Hyongnim, bisa kesini? Aku lapar dan pusingku masih belum hilang. Bawakan aku beberapa makanan dan Obat,” ucapnya sambil menutup telponnya tanpa mendengar jawaban apapun dari lelaki yang tengah ditelponnya di seberang sana.
Park Hyo Joo yang memang sudah hafal betul akan sikap artisnya itu tak mempedulikan kelakuannya. Dia hanya melakukan apa yang diminta oleh Jung Soo. Karena dia sendiri tahu betapa padat jadwal Jung Soo akhir-akhir ini. Sampai-sampai dia mendapat beberapa rasa sakit dikepalanya.
Tiga puluh menit setelah Jung Soo menelpon, Hyo Joo pun tiba di apartemen Jung Soo. Dia yang telah hafal pin rumah Jung Soo itu, langsung masuk dan bergegas untuk menghampiri Jung Soo. Bak seorang kakak yang sedang mengkhawatirkan adiknya, Hyo Joo pun berlaku demikian. Dia langsung menanyakan keadaan Jung Soo dan seberapa besar rasa sakit dikepalanya.
“Benar tidak perlu ke rumah sakit?” tanya Hyo Joo pada Jung Soo.
“Tidak perlu Hyongnim, setelah makan dan minum obat aku pasti baikan. Ini cuman sakit kepala biasa, mungkin karena kecapekan,”
“Baiklah kalau begitu,” ucap Hyo Joo. Bajunya sudah diantarkan?” tanya Hyo Joo yang mendapati baju-baju itu di Sofa. Dan segera membereskannya.
“Ya,”
“Wah, modelnya lumayan juga. Benar kata Na-Na desainer baru itu cukup berbakat,”
Jung Soo yang tak percaya dengan perkataan manajernya itu langsung pergi menghampiri manajernya itu sehabis makan dan minum obat.
“Ya, lumayan lah. Awas aja kalau Na-Na merekomendasikan desainer yang buruk aku pasti akan menyiksanya. Tapi, kurasa itu tak perlu lagi sekarang,”ucap Jung Soo setelah melihat baju itu.
“Terus bagaimana orangnya? Kata Na-Na cantik, benarkah?”
“Apa? Bukannya asistennya yang mengantarnya kemari tadi?”tanya Jung Soo heran.
“Bukan, dia sendiri yang mengantarkannya. Tadi dia menelponku, jadi kusuruh saja dia langsung ketempatmu. Jadi kau benar-benar tidak tahu dia cantik atau tidak?”
“Aku tidak tahu, tadi aku tidak begitu memperhatikannya karena kepalaku sangat pusing. Aku menyuruh dia meletakkan bajunya di sini dan segera menyuruhnya pergi. Tapi, tadi seingatku dia menyebutkan namanya Sakura bukan Jenny,”
“Ah, benarkah? Tapi, dia bilang dia sendiri yang mau mengantarkannya. Tapi, meskipun itu bukan dia kelakuanmu itu juga tidak boleh seenaknya begitu. Cobalah untuk menghargai orang lain meskipun orang itu berada di bawahmu Kalau padaku tak masalah, tapi pada orang lain cobalah menghormat sedikit,” pesan hyongnimnya.
“Ya, baiklah hyongnim,”
“Jadi kau beneran jadi mengambil baju-baju ini? Aku rasa semua ini sudah cocok dengan seleramu bukan?”
“Iya, tapi aku masih butuh beberapa pasang lagi, dan menyuruhnya untuk segera menyiapkannya. Aku akan memberitahukan itu pada Na-Na terlebih dahulu,”
“Ya, baiklah terserah apa katamu,”
Kim Eun Jung masih memperhatikan sahabatnya yang bergelut dengan pensil warna dan kertas-kertas yang berada di tangannya itu. Sejak pembicaraan tentang tadi raut wajah gadis itu masih belum berubah. Dia masih saja cemberut kesal karena merasa tidak di hargai oleh kliennya yang aktor itu. Dia malah di perlakukan seperti pesuruh yang mengantarkan barang dan langsung menyuruhnya pergi tanpa basa basi. Karena itulah Kim Eun Jung tidak berniat untuk memberitahukan pada sahabatnya itu bahwa dia mengenal Lee Jung Soo dengan baik. Lee Jung Soo adalah temannya di SMA, dia juga berpacaran dengan teman baiknya Han Seo Young yang kini telah pergi untuk selama-lamanya.
Dia tidak bisa menyalahkan kepergian teman baiknya itu pada Lee Jung Soo karena sesungguhnya dalang yang sebenarnya di balik semua itu adalah orang tua Lee Jung Soo. Tapi, tetap saja hingga kini dia masih kecewa karena Lee Jung Soo yang mengaku sangat mencintai sahabatnya itu tidak bisa melindunginya hingga akhir dan dia harus meninggal dengan cara yang mengenaskan seperti itu.
Kim Eun Jung juga merupakan saksi bisu yang mengetahui semua perlakuan orang tua Lee Jung Soo terhadap Han Seo Young dan keluarganya. Untuk melindungi perusahaannya ayah Lee Jung Soo bahkan melakukan hal kejam terhadap ayah Han Seo Young yang merupakan jaksa yang menyelidiki kasus tentang perusahaan ayah Lee Jung Soo yang menimbulkan kerugian banyak orang dan juga cara-cara kotor yang kerap dilakukan oleh ayah Lee Jung Soo untuk kemajuan perusahaannya.
Ayah Han Seo Young di penjara karena dijebak oleh ayah Lee Jung Soo, sementara itu ibu Han Seo Young meninggal karena serangan jantung saat mendengar kejadian itu. Ayah Han Seo Young yang mendekam di penjara pun tidak bisa bertahan lama dan meninggal karena penyakit setelah 5 tahun mendekam di sana. Dan itu semua membuat Han Seo Young stress berat dan kehilangan kesadarannya hingga menjadi gila. Dan meninggal karena sesuatu hal yang tidak di mengerti oleh Kim Eun Jung sendiri.
“Sebaiknya, aku menyembunyikan hal ini darimu Sakura. Kau sudah banyak masalah, dan aku tidak ingin membebanimu dengan hal yang tidak berarti dan tidak terkait denganmu ini,” batin Kim Eun Jung.
Dia pun segera menggoda Sakura yang tengah serius mencari inspirasi untuk membuat desain baju. Sakura pun mau tidak mau membuyarkan konsentrasinya dari kertas-kertas yang penuh coretan di tangannya itu.