Kevan melajukan mobilnya dengan cepat melewati gerbang, hingga nyaris akan menabrak pak Satpam yang hendak menutup gerbang, kalau saja Kevan tidak membunyikan klaksonnya.
Sebenarnya Kevan tidak tahu harus mencari Kinara ke mana. Kevan tidak tahu, ke mana Rega membawanya. Kevan panik dan juga sangat mengkhawatirkan Kinara, sebab Kevan tahu, Rega itu tipikal orang yang tega dan mampu berbuat apa saja. Kevan marah pada dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia kecolongan oleh Rega?!
Pikiran Kevan terus bekerja keras, berpikir, ke mana tempat yang memungkinkan untuk dia datangi sekarang. Kemudian terlintas satu tempat yang Kevan yakin, Rega pasti akan membawanya ke sana.
Sebuah rumah kosong di ujung gang, yang tak jauh dari rumah papa-nya. Kevan pernah melihat Rega membawa korbannya ke sana. Tidak salah lagi, pasti saat ini Rega juga akan membawa Kinara ke sana. Pikirnya.
**
Sementara di sebuah rumah kosong di ujung jalan, sebuah tempat di mana Kinara berada. Kinara tidak habis pikir, untuk apa kakak tiri Kevan -yang Kinara ketahui bernama Rega- menculiknya dan membawanya ke sini.
Kondisi Kinara saat ini sedang terduduk di atas sebuah kursi kayu, dengan kedua tangannya terikat ke belakang, kakinya juga diikat oleh tali, serta mata yang ditutupi oleh kain hitam. Jantungnya berdetak cepat, napasnya memburu dan keringat yang membanjiri tubuhnya.
"Lepasin!!!"
Teriak Kinara dengan suara yang sudah hampir habis, karena sudah dari tadi Kinara terus berteriak. Namun yang Kinara dengar hanyalah suara tertawa Rega dan kedua temannya, Dio dan Bagas.
"Heeyy lo ga capek apa dari tadi teriak mulu?? Gue aja capek dengernya." Ucap Dio yang sekarang sibuk memainkan games di handphonenya.
"Biarin aja, nanti juga berhenti sendiri kalau dia capek." Ucap Bagas yang sedang duduk sambil menikmati rokoknya.
Kemudian masuklah Rega yang memakai setelan serba hitamnya. Tercetak senyum miring di bibirnya ketika melihat Kinara. Dalam hatinya dia berharap agar Kevan segera menemukannya, supaya Rega bisa menyaksikan penderitaan Kevan melalui Kinara.
"Pinter juga adik gue nyari cewek." Katanya.
Kemudian Rega melangkah mendekati Kinara. Namun sebelum itu, Rega memberi isyarat kepada Dio dan Bagas agar mereka berdua keluar. Hingga kini tinggalah Kinara dan Rega di dalam.
Rega memutari Kinara, matanya terus tertuju padanya. Diusapnya rambut Kinara yang dikuncir kuda tersebut. Kemudian Rega berhenti di hadapan Kinara. Wajahnya dia dekatkan ke telinga Kinara agar dia bisa membisikkan sesuatu dengan mudah, namun hal tersebut membuat ketakutan Kinara meningkat drastis.
Dalam hati Kinara terus berdoa agar dia bisa selamat dari seseorang yang kini berada di hadapannya. Semoga Rega tidak akan berani macam-macam padanya.
Rega meniup telinga kanan Kinara, sementara jari tangan kanannya menyusuri wajah Kinara, dari mulai pelipis, ke pipi, lalu turun ke lehernya, dan terus hingga ke lengannya. Hal itu membuat Kinara merinding di buatnya.
"Kita lihat, bagian mana dulu yang akan gue mainkan."
Suara itu begitu dekat, sehingga Kinara dapat merasakan deru napas Rega. Kalau saja kondisinya sedang tidak terikat, sudah pasti Kinara akan menamparnya. Sebab Rega sudah berani menyentuhnya.
Rega membuka penutup mata Kinara, lalu membuangnya ke sembarang arah. Kinara terkejut saat melihat wajah Rega yang benar-benar dekat dengan wajahnya.
"Kamu mau apa? Tolong lepaskan aku.." Kinara panik, namun tubuhnya terlalu lemah. Begitu juga dengan suaranya.
"Lo tanya apa mau gue? Wow amazing!" Rega menjauhkan wajahnya dan bertepuk tangan.
"Gue mau, lo jadi milik gue."
Kinara membuang wajahnya dari Rega. Hanya dengan melihat wajah Rega, itu sudah membuat Kinara takut. Wajahnya tidak buruk, bahkan wajah Rega terbilang tampan. Bulu bulu halus yang ada di rahang tegasnya, membuatnya semakin terlihat dewasa. Namun yang membuat Kinara takut adalah tatapan Rega yang sangat tajam. Mata hitam sekelam malam itu pun menatap Kinara seakan menusuknya dengan tajam. Dan juga dengan senyuman yang terlihat menyeramkan bagi Kinara.
Tetapi, berbeda dengan Kinara yang menatap Rega takut. Rega justru menatap Kinara dengan tatapan setajam mata elangnya, dia juga tersenyum senang dan juga penuh kemenangan, ketika melihat ketakutan itu tercetak jelas di mata Kinara.
"Kenapa? Lo ga mau?" Rega tertawa sinis.
"Sayangnya lo harus mau." Seketika Rega langsung menarik dagu Kinara dan memegangnya dengan keras menggunakan telunjuk dan juga ibu jarinya, agar Kinara terus menatapnya.
"Lo tau? Pacar kesayangan lo itu sudah merebut semuanya yang gue sayang!" Refleks Kinara memejamkan matanya, karena Rega berteriak tepat di depannya.
"Pertama dia rebut kasih sayang nyokap! Tapi gue pikir, wajar kalau nyokap lebih sayang Dia dari pada gue, karena nyokap emang nyokap kandungnya dia, bukan gue. Tapi kemudian, dia juga rebut kasih sayang bokap dari gue!! Yang faktanya adalah anak kandungnya sendiri! Semua itu ga adil buat gue!!" Rega sangat emosi saat mengatakan itu semua, tetapi juga terluka. Kinara tahu itu. Kinara melihatnya dari mata Rega, meski hanya sepersekian detik, karena lagi lagi Kinara takut untuk menatapnya.
"Dia udah dapetin semuanya! Motor, mobil, bahkan rumah! Dia udah dapetin kasih sayang bokap dan nyokap gue! Dan yang ngebuat gue ga terima adalah kenapa dia bersikap seakan-akan tidak membutuhkan semua itu?! Kenapa?! Di saat gue berjuang mati-matian buat dapet simpati dari bokap, dengan mudahnya dia dapetin itu semua, tapi kenapa malah dia sia-siakan?! Kenapa?! Ini semua ga adil!! Ga adil buat gue!!"
Air mata keluar begitu saja dari pelupuk mata Kinara. Kinara tidak mengerti penderitaan Rega, tetapi dia dapat merasakannya. Rasa cemburu itu hadir di dalam diri Rega, yang kemudian setiap harinya selalu tumbuh.
"Sekarang lo ada di sini, dan itu artinya lo milik gue. Terus, apa gue salah kalau merebut lo dari dia? Dia udah ngerebut kasih sayang bokap sama nyokap, dan gue hanya merebut satu dari dia, yaitu lo. Gue rasa itu belum sebanding, tapi.. ya udahlah ya. Lagi pula lo kan cewek kesayangannya dia, dan gue rasa itu udah cukup, buat dia menderita karena kehilangan lo."
Kinara tidak tahu bagaimana nantinya. Tubuhnya terlalu lemas, suaranya sudah mulai habis, kedua tangan dan kakinya pun terikat. Tidak ada satu hal pun yang dapat Kinara untuk menghindar dari Rega. Kinara hanya berharap Kevan akan datang untuk menyelamatkannya.
Wajah Rega kini berada di telinga Kinara. Kepala Kinara pun menghindar ke arah yang berlawanan, namun hal itu malah membuat wajah Rega semakin bebas untuk menelusuri setiap jengkal lehernya. Hidung Rega mulai menyapu permukaan kulit Kinara, mulai dari telinga dan turun ke leher. Rega mencium leher Kinara, hingga Kinara refleks menenggakkan kepalanya.
Hati Kinara berteriak, Berhenti!! Jangan lakukan itu!! Namun mulutnya terkunci rapat. Sungguh, siapapun!! Tolong Kinara!!
Setelah puas bermain dengan leher Kinara, tangannya menahan tengkuk Kinara agar kepalanya tetap pada posisinya. Sementara wajahnya terus mendekat ke wajah Kinara, hidungnya sudah bersentuhan dengan hidung Kinara, dan hanya tersisa jarak kurang dari satu senti bibir Rega akan bertemu dengan bibir Kinara.
Siapapun!! Tolong aku!!! Batinnya berteriak. Kinara sangat ketakutan.
BRAAKKKK
Pintu terbuka dan refleks Rega menjauhkan wajahnya dari Kinara. Rega berbalik dan mendapati Kevan berdiri di sana dengan sangat marah. Namun Rega tetap menampilkan senyum evil nya.
"Kevan.." ucap Kinara sebelum akhirnya kehilangan kesadarannya.
Kinara pingsan, dan hal itu membuat Kevan semakin murka. Kevan langsung menerjang Rega dan memberikan pukulan-pukulan yang membabi buta.
"Brengsek!! Apa yang lo lakuin ke Kinara?!?! Sialan!!" Kevan meninju keras wajah Rega sehingga dia terhuyung ke belakang. Darah segar pun keluar dari pelipisnya.
"Pukulan lo boleh juga." Kata Rega sambil mengusap darah itu dari pelipisnya.
Kemudian Dio dan Bagas datang. Penampilan mereka sedikit berantakan,karena sebelumnya Kevan sudah menghajar mereka ketika di luar.
Rega kemudian memberi isyarat pada kedua temannya supaya mereka memegangi kedua tangan Kevan. Dio memegang tangan Kiri, dan Bagas memegang tangan kanan Kevan. Kevan terus meronta, namun percuma. Sementara Rega kini sudah berada di hadapan Kevan, menyunggingkan senyum evil padanya.
"Kenapa? Bukannya lo bilang ke gue, kalau cewek itu bukan siapa-siapa lo? Terus sekarang kenapa lo marah saat gue bawa dia ke sini? Gue cuma bawa dia buat main-main sebentar sama gue, boleh kan?"
"Sialan! Dasar brengsek! Lepasin dia!! Urusan lo itu sama gue! Bukan sama dia!"
BUGH
Rega meninju perut Kevan.
"Gue cuma mengambil dia yang katanya bukan siapa-siapa buat lo. Apa gue salah?"
"Dia ga salah apa-apa! Lepasin dia sekarang juga atau-" kalimat Rega menggantung, namun langsung Rega sela.
"Atau apa?! Lo mau aduin gue ke papa?! Iya!!? Silakan!!! Aduin aja sana! Gue yakin kalau dia akan ngebela lo. Secara lo kan anak kesayangannya dia!" Kevan menghembuskan napas kasarnya. Dia mencoba untuk bicara baik-baik pada Rega.
"Gue ga ngerti ya, Ga? Kenapa sih lo sampai sebenci ini sama gue? Apa salah gue ke lo sebenernya?" tanya Kevan dengan mencoba sabar.
"Lo masih tanya salah lo apa?!!" Bentak Rega, tepat di depan wajah Kevan.
"Lo sadar ga sih?! Lo itu udah ngerebut kasih sayang bokap nyokap dari gue!! Lo rebut semuanya dari gue! Bagaimana mungkin gue ga akan membenci lo?!" lanjutnya.
Kevan terkekeh saat mendengar perkataan Rega. Kevan baru tahu alasan kenapa Rega sangat membencinya. Ternyata hanya rasa cemburu?
"Apa lo pikir semua itu lucu?!"
BUGH
Rega kembali memukul Kevan.
"Gue rasa kalau gue ga pernah rebut itu semua dari lo. Bahkan gue ga pernah minta mereka buat sayang sama gue. Gue bahkan ga butuh semua itu! Yang gue butuh cuma satu, kebahagiaan." Kevan tersenyum menatap Rega, sementara Rega terus menatap Kevan dengan tatapan tajamnya.
Padahal sejujurnya Kevan adalah fakir kasih sayang dari papanya. Ya, papa kandungnya.
"Lo benci gue dan itu karena lo merasa takut. Ketakutan lo yang semakin besar akan kehilangan apa yang lo sayang, hingga lo berpikir kalau gue yang udah ngerebut semuanya dari lo. Lo itu lebih tua dari gue, seharusnya lo lebih dewasa. Ga seharusnya lo membenci gue hanya karena lo merasa cemburu."
Rega terdiam. Sadar kalau apa yang dikatakan Kevan itu memang benar. Dia cemburu pada Kevan yang selalu mendapatkan kasih sayang orang tuanya dengan mudah.
"Seharusnya lo pikir, kenapa nyokap bahkan bokap kandung lo sendiri lebih sayang sama gue ketimbang sama lo yang notabene-nya adalah anak kandungnya. Seharusnya lo introspeksi diri, lihat apa yang salah sama diri lo."
Rega merasa apa yang dikatakan Kevan sepenuhnya benar. Selama ini Rega selalu bersikap buruk. Balapan liar, tawuran, mabuk-mabukan, dan bahkan Rega sampai di DO dari kampusnya karena ketahuan mengedarkan narkoba. Beruntung Rega tidak masuk penjara, karena Papanya menjaminkan uang dalam jumlah yang sangat besar untuk kebebasannya. Mungkin karena itu, papanya jadi lebih sayang pada Kevan yang memang lebih baik darinya.
"Cabut!"
Rega pergi dari rumah kosong tersebut, kemudian Dio dan Bagas mengikutinya dari belakang. Sementara Kevan, tubuhnya terkulai lemas. Pandangannya tertuju pada Kinara, meski lemas dia melangkah ke arah Kinara dan melepaskan semua ikatan yang ada di kaki dan tangannya Kinara.
Setelah selesai dengan tali-tali yang mengikat Kinara, Kevan kemudian membopong Kinara untuk menuju ke mobilnya. Meski sulit, namun Kevan tetap melakukannya.
Saat Kevan sudah berhasil mendudukkan Kinara di kursi samping kemudi, Kevan memutari mobilnya dan langsung duduk di kursi kemudi mobinya. Kevan menoleh ke arah Kinara yang masih setia tak sadarkan diri. Sungguh.. Kevan merasa sangat bersalah. Semua yang terjadi pada Kinara semuanya adalah tanggung jawabnya, karenanya Kinara mendapatkan kesulitan seperti ini.
Diusapnya pipi Kinara dengan lembut dengan ibu jarinya.
"Maafkan aku"