"Aku tunggu di parkiran" bisik Kevan saat dia melewati Kinara yang sedang berdiri sambil merapikan alat tulisnya. Mendengar itu, Kinara refleks melihat ke sampingnya. Namun ternyata Kevan sudah berjalan melewati ambang pintu. Cepat sekali Kevan berjalan? Pikirnya.
"Taruhan sama gue, lo pasti bakalan pulang bareng Kevan!?"
Kinara terkejut, itu sangat jelas. Karena dari mana Arul tahu kalau Kinara akan pulang bersama dengan Kevan? Tapi bukan hanya itu, Lilian pun juga ikut menggodanya.
"Ayolah ngaku aja, Ki, kalau lo sama si cowok rese itu udah jadian. Iya, kan????????"
Kinara tidak mau ambil pusing. Jadilah dia cepat-cepat memakai tasnya. "Kalian berdua semangat ya, aku duluan." Katanya.
"Jadi bener kan,Ki?????????"
Kinara melangkah dengan cepat, dia berharap agar cepat terbebas dari kedua temannya itu. Astaga, mereka tidak akan pernah berhenti menyerangku dengan pertanyaan itu, sebelum mereka tahu yang sebenarnya. Batin Kinara.
Mau tidak mau Kinara juga harus tetap menemui Kevan di parkiran. Kinara harus pulang bersama dengannya. Sebab tadi pagi ayahnya juga sudah menitipkan Kinara pada Kevan. Memangnya Kinara itu barang apa pake segala dititip-titip segala? Begitu pikirnya.
Dan ketika langkah kaki Kinara sedikit lagi akan tiba di mana Kevan berada, Kinara berhenti sekitar lima langkah dari belakang Kevan. Sebab Kinara melihat Kevan sedang berbicara dengan seorang laki-laki. Kinara tidak ingin mengganggunya.
Laki-laki yang sedang bersama Kevan itu memiliki tubuh yang lebih tinggi dari Kevan. Usianya mungkin lebih tua dari Kevan, karena jika dilihat dari wajahnya, Ia mempunyai rahang yang tegas dan juga dipenuhi oleh bulu bulu halus. Ia tampan dan terlihat lebih dewasa. Setidaknya itu penilaian Kinara untuk seseorang yang sedang bersama dengan Kevan itu.
Kinara tidak tahu apa yang orang itu katakan pada Kevan. Tetapi jika dilihat dari wajah orang itu, kelihatannya pembicaraan mereka serius?
Namun ketika laki-laki itu menatap ke arah Kinara, Kinara terkejut dan langsung membuang muka. Dan setelahnya Kevan berbalik dan shock saat melihat Kinara di sana.
"Dia siapa? Cewek lo?" Kevan langsung melotot ke arahnya.
"Gue peringatkan sama lo, jangan pernah lo macem-macem sama dia!"
Respon Kevan yang terlihat sangat kesal itu pun semakin membuat laki-laki itu menjadi sangat ingin lebih bermain-main dengan Kevan. Laki-laki itu mendekat ke arah Kinara, dan itu semakin membuat Kinara takut. Sebab dia terlalu asing bagi Kinara.
"Hai.. pacarnya Kevan ya?"
Kinara pun pada akhirnya memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya dan menatap ke arahnya.
"Bukan!! Dia bukan pacar gue!! Lebih baik sekarang lo pergi!"
Kinara sangat terkejut ketika mendengar apa yang baru saja Kevan katakan. Bagaimana bisa Kevan mengatakan hal seperti itu? Jika memang Kinara bukan pacarnya, lalu apa maksud dari perkataannya malam itu? Dan juga, apa maksud dari perlakuan manis, jemputan dan juga bunga mawar tadi pagi? Dan jika Kevan tidak menganggap Kinara sebagai pacarnya, lalu untuk apa Kevan berkata bohong malam itu????
"Iya, aku bukan pacarnya. Permisi." Kinara pun berlari dari parkiran menuju.. entah ke mana. Yang jelas Kinara ingin menjauh dari laki-laki bernama Kevan itu. Kenapa dengan mudahnya Kevan mempermainkan perasaan Kinara???
Kinara merasa sangat sedih, hingga air mata lolos begitu saja dan mengalir di pipinya. Mungkin ini memang salahnya Kinara, dia terlalu cepat mudah percaya pada orang lain yang bahkan baru beberapa hari dikenalnya. Ya, itu memang salahnya.
Sementara Kevan? Dia merasa sangat marah saat ini. Dia tahu kalau perkataannya tadi sangat menyakiti Kinara, tetapi Kevan melakukan itu demi menjaga Kinara dari seseorang yang sekarang tertawa di depannya.
"Gue kira cewek tadi itu pacar lo. Bagus deh. Jadi gue bebas dong, buat deketin dia?" Katanya dengan senyum miring yang tercetak di bibirnya.
"Rega!! Sumpah ya! Lebih baik sekarang lo pergi dari sini, dan jangan pernah gangguin cewek tadi. Kalau nggak-"
"Kalau nggak apa?! Lo mau pukulin gue?! Oh atau lo mau aduin gue ke papa?! Iya?! Silakan!! Gue ga peduli!"
"Ya udah! Lebih baik lo pergi!!!"
"Oke gue pergi! Lagi pula ga betah gue lama-lama di sini." Laki-laki bernama Rega itu pun membenarkan jaketnya.
"Sampai bertemu lagi, ADIK kesayangan."
Rega sialan!! Batin Kevan.
Fyi, Rega itu kakaknya Kevan, tapi bukan kakak kandung. Rega adalah kakak tirinya Kevan. Satu hal yang perlu kalian tahu kalau Rega, benci Kevan.
**
Setelah Rega pergi, Kevan langsung buru-buru masuk ke mobilnya. Kevan ingin mencari Kinara. Kinara pasti sedih, dan itu karenanya. Dan Kevan sangat menyesali itu.
"Kinara Kinara Kinara kamu di mana?!?!"
Kevan terus menyusuri jalan yang akan menuju ke rumah Kinara, berharap kalau dia akan menemukan Kinara dengan cepat. Karena jika Kinara pulang sendiri dan dalam keadaan menangis, sungguh, hidup Kevan tidak akan bertahan lama. Sebab ayahnya Kinara pasti akan menguburnya hidup-hidup?! Begitu pikir Kevan.
Hingga akhirnya Kevan melihat Kinara sedang berjalan di pinggir jalan, dan seperti dugaannya, Kinara menangis. Kevan pun memberhentikan mobilnya tak jauh dari tempat Kinara berada. Kevan langsung turun untuk menemui Kinara. Kevan harus menjelaskan semuanya.
"Kinara???? Kamu ngapain jalan kaki sendirian???? Ayo masuk mobil." Kinara mengabaikan Kevan. Dia terus berjalan sambil mencoba untuk menghapus jejak air mata di wajahnya.
"Kinara??" Kevan menarik lengan Kinara, sehingga mau tidak mau Kinara menghadap ke arah Kevan.
"Aku tahu kamu pasti marah sama aku. Tapi aku mohon, kamu masuk mobil ya, biar aku yang antar kamu pulang?"
"Untuk apa juga kamu anterin aku pulang??? Aku kan bukan siapa-siapa kamu??" Kinara tidak berani menatap mata Kevan saat mengatakan itu. Kinara tidak ingin rasa itu kembali muncul, padahal saat ini Kinara sedang kecewa pada Kevan.
"Kamu itu pacar aku, kamu milikku. Tolong jangan ngomong kayak gitu lagi, ya?" Kinara tetap diam dan membuat Kevan menghela napasnya.
"Oke aku ngaku salah, tolong maafkan aku. Tapi aku mohon, masuk mobil ya. Aku anterin kamu pulang, dan aku akan menjelaskan semuanya sama kamu di jalan. Semuanya, aku mohon.."
Memangnya apa yang akan Kevan jelaskan padanya? Apa Kevan akan menjelaskan kalau Kevan ternyata hanya berkata bohong, saat dia mengatakan kalau dia menyukai Kinara? Atau Kevan ingin menjelaskan kalau perlakuannya selama ini hanya pura-pura??? Entahlah.. apapun yang akan Kevan jelaskan nanti, Kinara hanya cukup mendengarkannya.
**
"Maafin aku, ya?? Aku ngomong kayak gitu tadi, itu semua demi keselamatan kamu. Yang tadi ngobrol sama aku di parkiran itu, namanya Rega. Dia kakak tiri aku. Aku nggak mau dia tahu kalau kamu itu pacar aku, karena.. jika dia tahu, aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan nantinya. Sebab dia itu sangat membenciku, dan juga membenci semua yang berhubungan sama aku. Tolong.. maafkan aku, ya Kinara???"
Sejujurnya Kinara tidak mengerti apa yang Kevan jelaskan. Tetapi, Kinara akan mencoba untuk mengerti. Meski pun sulit bagi Kinara untuk kembali mempercayai Kevan.
"Kinara.. aku mohon.. tolong maafkan aku.."
"Iya"
"Makasih"
**
Kinara sibuk memikirkan penjelasan Kevan tadi siang. Kenapa Kevan berkata kalau dia melakukan itu hanya untuk keselamatan Kinara? Lalu kenapa, jika mereka berdua memang adik kakak, ya meski pun hanya saudara tiri, tapi kenapa juga Rega harus membenci Kevan?? Kinara tidak mengerti. Benar-benar tidak mengerti. Lalu, haruskah Kinara mempercayai penjelasan Kevan begitu saja? Tapi bagaimana jika ternyata memang benar, kalau Kevan tidak pernah menganggap Kinara sebagai pacarnya? Mungkin Kevan malu karena memiliki pacar aneh seperti Kinara?
Entahlah, Kinara bingung..sungguh.
"Sayang??"
Pintu kamar Kinara terbuka dan menampilkan wajah cantik bundanya, Kirana.
"Bunda? Ada apa?" Kinara bangkit dan kemudian menghampiri Kirana.
"Tadi Kevan datang, dan dia memberikan ini untuk kamu." Kirana memberikan sebuket mawar putih yang sangat indah itu pada Kinara.
Kinara menatap bunga tersebut, lalu mengambilnya.
"Dia juga minta maaf. Emangnya, kalian lagi marahan ya?"
Tidak mungkin juga Kinara bercerita pada bundanya soal yang tadi siang. Bundanya tidak perlu tahu soal hubungan Kinara dengan Kevan. Cukup tahu kalau Kinara dan Kevan hanya sekedar teman baik, tidak lebih. Pikir Kinara.
Kinara diam, dia tidak menjawab pertanyaan Kirana. Biarlah, itu urusan anak muda. Batin Kirana.
"ya sudah kalau begitu, kamu istirahat aja ya? Jangan tidur terlalu malam. Selamat istirahat sayang." Kirana mengecup kening Kinara sebelum pergi dari kamarnya.
Kinara memperhatikan buket mawar putih tersebut, kemudian mengambil surat di dalamnya dan membacanya.
"Untuk Kinara.. Maaf.." Hanya itu???