Semalaman Kinara tidak bisa tidur dengan pulas. Sebab Kinara terus saja memikirkan apa yang akan terjadi nanti jika dia bertemu dengan Kevan. Ditambah dengan Lilian dan Arul, mereka berdua pasti akan menanyakan banyak hal mengenai malam minggunya bersama dengan Kevan. Astaga, sungguh Kinara sangat pusing memikirkannya.
Hari minggu pun terasa begitu cepat berlalu bagi Kinara. Padahal seharian tadi Kinara hanya diam saja di rumah. Belajar dan hanya menontin tv. Tetapi rasanya kenapa begitu cepat? Dan sekarang mentari pagi sudah menyinari kamarnya. Sehingga mau tidak mau Kinara harus segera bergegas untuk pergi ke sekolah.
"Kinara sayang? Di luar ada Kevan. Katanya dia mau jemput kamu buat berangkat sekolah bersama."
Mendengar perkataan bundanya, Kinara membelalakkan matanya. Lalu sekarang apa yang harus dia lakukan??? Sementara melihat rona merah di pipi Kinara, Kirana tersenyum senang. Putrinya sudah besar, begitu pikirnya.
**
Pagi ini berbeda dari biasanya, Kevan tidak membawa motor kesayangannya, melainkan mobil yang waktu itu dia pakai bersama Kinara untuk malam mingguan, sedan hitam. Kevan tidak ingin membunuh Kinara dengan tetap membawa motor. Begitu pikirnya sejak dia tahu dari Kirana bahwa Kinara takut naik motor.
"Kenapa? Kok diem aja?" Tanya Kevan saat mereka sudah menaiki mobilnya.
"Untuk apa kamu jemput aku?"
"Kamu ini, ditanya kok malah balik tanya?" Kevan terkekeh, namun pada akhirnya dia tetap menjawab pertanyaan Kinara.
"Emangnya salah kalau aku jemput pacar sendiri?"
Bahkan cara bicara Kevan pun berubah pake aku kamu?!?! Batin Kinara.
Kinara hanya memalingkan wajahnya ke arah jendela. Mungkin sebaiknya dia menghindari tatapan Kevan. Karena jika tidak, mungkin Kinara akan mati secara perlahan. Mengingat jantungnya selalu saja berdetak dengan cepat setiap kali menatapnya. Begitu pikir Kinara. Tetapi Kevan malah berdecak sebal. Kenapa Kinara harus memalingkan wajahnya?
"Kinara?" Kinara hanya bergumam.
"Apa pemandangan di luar itu lebih menarik dari pada aku?"
Refleks Kinara menoleh. Hanya sedetik mata itu bertemu tatap dengan mata milik Kevan, Kinara kembali memalingkan wajahnya. Namun Kevan tahu dengan jelas, ada rona merah di pipi Kinara. Dan hal itu membuatnya tersenyum.
**
"KINARA!!!"
Mendengar namanya dipanggil, Kinara pun berbalik dan mendapati kedua temannya -Lilian dan Arul- sedang berlari ke arahnya. Kinara terkejut, sehingga dia refleks melepaskan tangannya dari genggaman tangan Kevan.
"Kok dilepas?" Kinara hanya diam sambil terus menatap ke arah depan. Seakan tahu apa yang Kinara maksud, Kevan pun akhirnya pergi ke kelas lebih dulu. Tetapi..
"Woyy bro!! Tunggu!!" Teriak Arul.
"Ki? Kalian kok bisa barengan? Kalian pacaran ya? Hayo ngakuuuuuu????" Tanya Lilian bertubi-tubi. Hal itu pun membuat Kinara salah tingkah.
"Lo jadian sama Kinara???" Tanya Arul pada Kevan.
Matilah sudah Kinara jadi bahan ledekan teman-temannya. Kevan pasti akan memberitahukan pada Arul dan juga Lilian kalau mereka sudah pacaran sekarang.
"Kok lo diem aja sih cowok rese??? Jawab elah.. kalian berdua udah jadian kan??????"
Kevan menatap Kinara, namun tatapan Kinara mengisyaratkan 'Jangan'. Hingga Kevan pun hanya mengangkat bahu acuh sebelum akhirnya dia pergi lebih dulu. Kinara pun akhirnya dapat bernapas lega.
"Ihh sumpah ya! Cowok rese itu ngeselin banget!! Jangan sampe deh, Ki, lo pacaran sama dia?!"
"Eh liliput! Mau Kinara pacaran sama Kevan kek, atau Kinara mau pacaran sama siapapun, itu hak dia. Ngapa jadi lo yang sewot?"
"Ngapa juga lo jadi sewot sama gue?! Lo juga sama resenya kayak si Kevan, tau gak?!"
Melihat kalau pertengkaran kedua temannya itu akan berlangsung lama, Kinara pun pergi dari sana. Selain untuk menghindar dari pertanyaan-pertanyaan yang unfaedah dari kedua temannya itu, Kinara pergi juga karena sebentar lagi bel akan berbunyi.
**
Setelah Kinara tiba di kelasnya. Satu hal yang Kinara temui di mejanya. Bukan lagi cokelat seperti waktu itu, melainkan setangkai bunga mawar yang sangat indah. Kinara pun mengambil bunga tersebut, lalu membaca sebuah kertas yang terselip di sana.
"Untuk Kinara?"
Lagi lagi tulisan itu. Tetapi Kinara penasaran, siapa yang sudah memberikannya hadiah, baik itu bunga ataupun cokelat yang waktu itu? Apakah mungkin Kevan? Tapi lagi dan lagi Kinara tidak dapat menemukan Kevan di sana. Bukankah tadi Kevan sudah lebih dulu pergi ke kelas ini? Tapi kenapa sekarang tidak ada?
"Nyariin aku ya?"
Kinara terkejut ketika mendapatkan Kevan yang tiba-tiba muncul di belakangnya.
"Kevan?!" Kinara merasa kaget namun juga malu.
"Suka ga sama bunganya?"
Jadi benar, bunga ini dari Kevan? Batinnya.
Kinara mengangguk malu, dan Kevan tersenyum manis. Dia mengacak rambut Kinara sebelum duduk di tempatnya. Dan itu semakin membuat jantung Kinara berdebar.
"Aduh aduh ibu sakit dong bu?!?! Jangan dijewer lagi bu?!?! Sakit!!!"
"Aduh bu udah dong bu!? Masa saya juga kena?! Padahal kan yang salah itu Arul, bu! Bukan saya?!?!" Refleks semua murid kelas Ipa 1 menatap ke arah depan. Di mana bu Indah datang sambil menjewer telinga Arul dan juga Lilian.
"DIAM!!! Kalian ini! Bisa tidak kalian diam?!" Teriak bu Indah marah.
"Ya tapi sakit bu.." rengek Lilian.
Bu Indah pun melepaskan tangannya dari telinga mereka berdua. "Kalian ini kenapa tidak ada kapok-kapoknya sih?! Kenapa selalu saja ribut?! Heran saya?!" katanya sebal.
"Iya maaf bu.." kata Arul pasrah.
"Janji ga akan ribut lagi deh bu.. suerrr." ditambah Lilian yang mengangkat kedua jarinya.
"Iya bu, bener kata Liliput -eh Lilian maksud saya bu. Kami ga akan ribut lagi." Tambah Arul.
"Kalau ternyata kalian masih ketauan ribut?"
"Kita bakal siap nerima hukuman dari ibu. Apa aja bu!" Ucap Arul yakin, berbeda dengan Lilian yang melotot ke arah Arul.
"Apa aja?" Arul mengangguk yakin, sementara Lilian menggeleng.
"Lilian tidak mau katanya" ucap bu Indah.
Arul menatap ke arah Lilian, berharap agar dia mau menurutinya. Sampai akhirnya..
"Iya deh bu, saya setuju sama Arul. Apa aja.." katanya pasrah.
"Baiklah, sekarang kalian berdua duduk di tempat kalian masing-masing."
"Wahh makasih bu makasih" ucap Arul senang.
"Tapi ingat, sekali lagi kalian berdua ketauan ribut-ribut tidak jelas, ibu akan hukum kalian." Lilian dan Arul mengangguk patuh.
"Baiklah anak-anak.. sekarang ibu akan membagikan hasil ulangan kalian minggu lalu. Dan bagi kalian yang mendapatkan nilai di bawah 7, pulang sekolah nanti jangan dulu pulang. Karena ibu akan adakan kelas tambahan."
Semua anak sudah dibagikan kertas ulangannya, begitu juga dengan Kinara. Dia merasa sedikit kecewa, sebab nilainya tidak sempurna.
"Lo dapet nilai berapa, Ki?" Tanya Lilian.
"Kecil"
"Iya berapa???????" Tanya Lilian gemas.
"8"
"8 itu kecil menurut lo?!?! Astagaaaaa gimana sama nilai gue?!" Teriak Lilian heboh.
"Ada apa Lilian?" Mendengar bu Indah menyebut namanya, Lilian hanya menggeleng.
"Emang nilai kamu berapa?" Kini giliran Kinara yang bertanya.
"Gue ga berani liat, Ki." Katanya.
Lilian menatap gulungan kertas yang ada di tangan Lilian, itu hasil ulangannya. Jadi sedari tadi Lilian belum melihat hasilnya?
"Kenapa?" Tanya Kinara lagi.
"Gue udah tau pasti kalau gue harus ikut kelas tambahan nanti siang." Kata Lilian dengan pasrah.
Kinara yang penasaran pun akhirnya mengambil kertas hasil ulangan milik Lilian. Menurut Kinara, Lilian tidak seharusnya putus asa, sementara dia sendiri belum meihat hasilnya. Dan ternyata ketika segulungan kertas itu terbuka, Kinara hanya mampu menelan ludahnya sendiri.
"Gue bilang juga apa, Ki.. jangan diliat.." Lilian kembali mengambil kertas hasil ulangan miliknya.
"Semangat ikut kelas tambahannya ya, Lian." Kinara hanya mampu memberikan semangat pada Lilian.
Kinara berpikir, Lilian itu sangat pandai di pelajaran ipa. Tetapi kenapa jika dalam hal matematika, Lilian itu... entahlah. Tidak bisa dibilang bodoh juga, sebab nilainya tidak terlalu buruk. Tapi sepertinya Lilian selalu tidak beruntung setiap kali diadakan ulangan matematika. Hasilnya selalu saja di bawah standar yang ditentukan, dan selisih nilainya itu sangat tipis. Hanya 0,5. Sebab nilai ulangan Lilian adalah 6,5.
"Tenang aja Liliput, gue juga ikut kelas tambahan kok nanti siang." Ucap Arul.
Dan perkataan Arul barusan, itu membuat Lilian merasakan emosinya meningkat. Kenapa dia lagi????
I'M
8976
1797
4
Romance
"Namanya aja anak semata wayang, pasti gampanglah dapat sesuatu."
"Enak banget ya jadi anak satu-satunya, nggak perlu mikirin apa-apa. Tinggal terima beres."
"Emang lo bisa? Kan lo biasa manja."
"Siapa bilang jadi anak semata wayang selamanya manja?! Nggak, bakal gue buktiin kalau anak semata wayang itu nggak manja!" Adhisti berkeyakinan kuat untuk m...
Sanguine
5586
1700
2
Romance
Karala Wijaya merupakan siswi populer di sekolahnya. Ia memiliki semua hal yang diinginkan oleh setiap gadis di dunia. Terlahir dari keluarga kaya, menjadi vokalis band sekolah, memiliki banyak teman, serta pacar tampan incaran para gadis-gadis di sekolah. Ada satu hal yang sangat disukainya, she love being a popular. Bagi Lala, tidak ada yang lebih penting daripada menjadi pusat perhatian. Namun...
The Last Name
2229
793
5
Fan Fiction
Ketika wanita dan pria saling mencintai satu sama lain apakah sebuah hal yangsalah? Tidak, tidak ada yang salah. CInta menjadi salah jika kau mencintai seseorang yang secara takdir memang tidak bisa kau cintai.
V'Stars'
1490
686
2
Inspirational
Sahabat adalah orang yang berdiri di samping kita. Orang yang akan selalu ada ketika dunia membenci kita. Yang menjadi tempat sandaran kita ketika kita susah. Yang rela mempertaruhkan cintanya demi kita. Dan kita akan selalu bersama sampai akhir hayat. Meraih kesuksesan bersama. Dan, bersama-sama meraih surga yang kita rindukan.
Ini kisah tentang kami berlima,
Tentang aku dan para sahabatku.
...
Selfless Love
4655
1314
2
Romance
Ajeng menyukai Aland secara diam-diam, meski dia terkenal sebagai sekretaris galak tapi nyatanya bibirnya kaku ketika bicara dengan Aland.
The Last Cedess
933
623
0
Fantasy
Alam bukanlah tatanan kehidupan makroskopis yang dipenuhi dengan makhluk hidup semata. Ia jauh lebih kompleks dan rumit. Penuh dengan misteri yang tak sanggup dijangkau akal.
Micko, seorang putra pekebun berusia empat belas tahun, tidak pernah menyangka bahwa dirinya adalah bagian dari misteri alam.
Semua bermula dari munculnya dua orang asing secara tiba-tiba di hadapan Micko. Mereka meminta t...
AVATAR
8006
2253
17
Romance
�Kau tahu mengapa aku memanggilmu Avatar? Karena kau memang seperti Avatar, yang tak ada saat dibutuhkan dan selalu datang di waktu yang salah. Waktu dimana aku hampir bisa melupakanmu�
Salendrina
2444
905
7
Horror
Salendrina adalah boneka milik seorang siswa bernama Gisella Areta. Dia selalu membawa Boneka Salendrina kemanapun ia pergi, termasuk ke sekolahnya. Sesuatu terjadi kepada Gisella ketika menginjakan kaki di kelas dua SMA. Perempuan itu mati dengan keadaan tanpa kepala di ruang guru. Amat mengenaskan. Tak ada yang tahu pasti penyebab kematian Gisella.
Satu tahu berlalu, rumor kematian Gisella mu...
About love
1269
591
3
Romance
Suatu waktu kalian akan mengerti apa itu cinta. Cinta bukan hanya sebuah kata, bukan sebuah ungkapan, bukan sebuah perasaan, logika, dan keinginan saja. Tapi kalian akan mengerti cinta itu sebuah perjuangan, sebuah komitmen, dan sebuah kepercayaan.
Dengan cinta, kalian belajar bagaimana cinta itu adalah sebuah proses pendewasaan ketika dihadapkan dalam sebuah masalah. Dan disaat itu pulalah kali...