"Maafkan ayah ya sayang, ayah terlambat."
Danu sangat merasa bersalah pada Kinara, sebab dia sudah terlambat lebih dari setengah jam untuk menjemputnya. Tetapi Danu juga merasa kesal, kalau saja di kantornya itu tidak terdapat masalah yang mengharuskannya turun tangan, sudah pasti dia tidak akan membiarkan putrinya menunggu selama itu. Sekali lagi Danu merasa sangat bersalah.
"Tidak apa ayah" Kinara tersenyum saat mengatakannya. Ia tersenyum agar ayahnya tidak perlu merasa sebersalah itu. Dan Ia juga tersenyum karena.. entah kenapa Kinara ingin tersenyum saat mengingat kejadian tadi.
Kinara memeluk dirinya sendiri. Setidaknya Kinara tidak kedinginan seperti tadi saat Ia berdiri di pos satpam, sebab Kinara masih memakai jaket milik Kevan. Namun di detik berikutnya Kinara baru sadar.
Jaket Kevan!! Batinnya.
**
Pagi ini berbeda dari biasanya. Seharusnya saat ini Kinara sudah tiba di sekolah, tetapi karena mobil ayahnya mogok, Kinara terpaksa masih berada di pinggir jalan.
"Sepertinya ayah harus memanggil tukang servis ke sini." Danu menyerah, Ia tidak lagi mencoba mengotak-atik mesin mobilnya. Karena biar sampai kapanpun, Danu tidak akan pernah bisa memperbaikinya. Sebab Danu sendiri tidak mengerti apa-apa tentang mesin.
Kinara menghela napasnya. Dalam hati Ia hanya berharap agar dia tidak terlambat untuk ke sekolah.
"Maafkan ayah ya sayang. Sebagai gantinya ayah akan carikan taksi untuk kamu."
Namun tiba-tiba saja sebuah motor berhenti di depan mobil Danu.
"Kenapa, Om?" Tanya seseorang yang mengendarai motor tersebut.
"Ini mobil saya mogok, tetapi saya harus mengantarkan anak saya ke sekolah."
Kinara merasa kalau ayahnya itu sangat mengkhawatirkannya. Bahkan sepertinya ayahnya itu lebih takut kalau Kinara terlambat dibandingkan dengan dirinya sendiri, padahal Kinara tahu bahwa ayahnya itu harus menghadiri meeting penting di kantornya.
Handphone Danu berbunyi dan Kinara tahu kalau panggilan itu sangat penting. Kinara pun keluar dari mobil dan Ia terkejut saat melihat siapa orang yang tadi mengajak Danu berbicara. Dia Kevan.
"Lo???" Tanya Kevan tak percaya. Sementara Kinara membuang pandangannya ke arah lain.
Danu kembali setelah menerima telpon. "Itu taksinya sudah ada, ayo sayang cepat naik." Katanya.
Danu masih saja mementingkan Kinara, padahal Kinara tahu panggilan tadi pasti meminta Danu agar segera datang ke kantor.
"Om pasti lagi buru-buru kan?" Tanya Kevan.
"Iya, tapi lebih baik saya terlambat daripada Kinara yang terlambat ke sekolah." Kevan melihat bahwa Danu sangat perhatian kepada Kinara. Dalam hatinya Kevan bertanya, kapan gue diperhatikan seperti itu?
"Kalau begitu taksinya lebih baik untuk om aja. Biar Kinara berangkat bareng saya. Kebetulan saya teman sekelasnya."
Kinara tidak percaya saat mendengar perkataan Kevan barusan. Kinara ingin menolak, tetapi Ia tidak bisa egois. Danu lebih membutuhkan taksi itu. Sementara Danu sendiri juga merasa tidak bisa mempercayakan Kinara begitu saja.
"Tidak apa-apa, biar saya cari taksi la-"
"Ayah?"
Perkataan Danu terpotong oleh Kinara. Sungguh Kinara juga tidak ingin berangkat bersama dengan orang lain, meskipun orang lainnya itu Kevan, teman sekelasnya sendiri. Tetapi Kinara juga tidak mau Danu terlambat.
"Aku gapapa" pada akhirnya Danu menyerahkan tanggung jawab untuk mengantarkan Kinara ke sekolah kepada Kevan.
"Tolong jaga Kinara baik-baik ya?" Kevan hanya mengangguk.
Akhirnya Kinara dan Kevan pun berangkat ke sekolah bersama. Itu adalah pertama kalinya bagi Kinara, menaiki motor bersama dengan orang asing.
Kinara merasa ketakutan, sungguh. Tangannya memegang pinggang Kevan dengan sangat erat. Sementara Kevan? Jantungnya berdegup berkali-kali lipat lebih cepat. Kevan tidak tahu apa yang dia lakukan saat ini. Mustahil rasanya. Hanya karena Kinara, Kevan jadi banyak bicara sekarang.
"Udah sampe. Turun." Kata Kevan.
Namun Kinara masih gemetar. Ketakutan itu masih tercetak jelas di wajah Kinara. Kevan yang merasa bahwa ada yang aneh pada Kinara pun bingung, kenapa Kinara tidak turun juga? Dan setelah Kevan melepaskan helm-nya.
"Eh cewek aneh. Cepetan turun."
"I..iya" Kinara pun turun dari motor Kevan. Sementara Kevan menatapnya aneh.
"Lo kenapa sih?" Tanya Kevan penasaran. Namun Kinara hanya menggeleng tanpa mengalihkan pandangannya dari bawah.
"Terima kasih" Kinara pun pergi meninggalkan Kevan sendiri di parkiran. Sementara Kevan masih terdiam dan larut dalam pikirannya. Ngapain juga gue peduliin cewek aneh itu?
Mengingat pagi ini Kevan berangkat sekolah seperti biasa. Namun di jalan dia melihat mobil yang sama seperti mobil yang kemarin menjemput Kinara di sekolah. Kevan sebenarnya tidak begitu yakin, tetapi saat matanya melihat Kinara sedang duduk di dalamnya, Kevan memutuskan untuk berhenti. Kemudian menawarkan bantuan untuk mengantar Kinara? Sungguh itu bukan Kevan!
"Setidaknya dia tau terima kasih"
**
Kevan baru saja memasuki kelasnya. Pemandangan pertama saat dia tiba di tempat duduknya adalah sebuah kertas bertuliskan 'Terima Kasih'. Kertas itu berada di atas sebuah benda yang Kevan kenali, jaketnya.
Kevan mengambil jaket tersebut, lalu pandangannya menyapu seluruh penjuru kelas. Namun apa yang dia cari tidak ada di mana pun. Sedikit kecewa, mungkin. Namun Kevan tetap duduk di tempatnya. Ia mencium wangi jaketnya, ternyata ada yang berbeda. Wangi yang asing, karena sepertinya wangi parfum Kinara masih menempel di sana meski sudah dicuci. Lagi lagi Kevan tersenyum entah kenapa.
"Widih gileeee kaget gue bro liat lo senyum senyum sendiri???"
Kevan refleks mengambil kertas yang masih tersimpan di atas mejanya, kemudian meremasnya menjadi gumpalan kertas dan memasukkannya ke dalam tasnya. Kevan mengubah wajahnya kembali datar seperti biasa. Ia mencoba untuk mengabaikan Arul yang baru saja datang.
"Kenapa lo bro?" Tanya Arul sambil menaik turunkan alisnya, mencoba untuk menggoda Kevan. Tetapi respon yang Kevan tunjukkan hanyalah mendengus sebal.
"Etdah balik lagi sikapnya. Nih ya Kev, gue kadang mikir kalau lo itu beneran bisu tau ga? Abisan lo ga pernah ngomong. Diem mulu kalo di kelas. Mending, sekarang lo udah ga pernah bolos lagi, ga kaya kemaren kemaren lo hobinya kabur-kaburan mulu. Udah tobat lo???"
Jujur Kevan merasa kesal saat mendengar Arul berbicara. Arul itu cerewet, sama kayak cewek. Begitu pikir Kevan. Jadilah Kevan malas untuk meladeninya. Yang Kevan lakukan hanya seperti biasa, diam dengan wajah datarnya.
**
Kinara dan Lilian baru saja memasuki kelas ketika bel masuk berbunyi. Mereka baru selesai berganti baju jadi pakaian olahraga, sebab pelajaran pertama adalah penjas. Kinara tadi pagi lupa tidak memakainya langsung dari rumah. Begitu juga dengan Lilian.
Pelajaran penjas kali ini adalah tentang olahraga atletik. Semua murid kelas XI Ipa 1 sekarang sudah berada di lapangan outdoor. Mereka berbaris sambil melakukan stretching yang dipimpin oleh Arul.
"Woy kalian yang di belakang!! Pemanasan yang bener!!" Teriak Arul.
"Satu dua tiga empat kali dua jadi delapan. Selesai pak!!"
Pak Adi selaku guru penjas pun sudah kembali ke lapangan. Beliau menjelaskan tentang teknik berlari dan juga macam-macam start. Lalu setelah itu, beliau meminta kepada ketua kelas untuk mengabsen siswa dari absen satu hingga absen lima. Kemudian mereka yang dipanggil namanya diminta untuk lari sprint 100 meter. Hasilnya dicatat oleh sekretaris. Begitu seterusnya sampai semua siswa mendapat giliran.
Tiba saat giliran Kinara, Ia merasa sedikit cemas. Pasalnya, Kinara sangat jarang sekali berlari. Tetapi walaupun begitu, Kinara harus tetap melaksanakan tes tersebut bukan? Kinara, Kevan, Lilian, Medi dan Noval. Mereka berlima kini sudah bersiap di belakang garis start. Aba-aba dipimpin oleh Arul, selaku seksi olahraga kelas.
"Bersedia.. Siap.. Ya!!"
Kinara berlari sekuat tenaga, hingga dia menjadi orang kedua yang mencapai garis finish setelah Kevan. Kinara sempat tidak percaya, waktu yang Ia tempuh ternyata hanya 11,7 detik. Wow.
"Wow lo keren Ki!!"
Kinara tidak mendengar apa-apa lagi setelah itu. Pandangannya menghitam dan tubuhnya ambruk begitu saja. Semua orang yang berada di sana yang melihat kejadian itu pun panik. Serempak mereka meneriakkan namanya.
KINARA!!!
Begitu juga dengan Kevan. Tadinya dia ingin langsung pergi dari lapangan, mencoba untuk mengabaikan dan seolah tidak peduli. Tetapi tubuhnya berkata lain. Kevan malah dengan sigap membopong Kinara ke UKS. Sementara yang lain malah melongo, menatap Kevan yang berlari membawa Kinara pergi.
Sebagian besar mereka tidak percaya, benarkah itu Kevan? Mungkin begitu pikiran mereka. Sebab mereka tahu, bahwa Kevan bukan tipikal orang yang peduli pada orang lain. Maksudnya adalah, mau ada orang yang kecelakaan atau bahkan sekarat di hadapannya pun Kevan tidak akan peduli. Tetapi tadi, Kevan peduli pada Kinara yang hanya pingsan di depannya? Itu mustahil!
**
Kinara saat ini masih berada di UKS. Ia masih belum siuman. Dan Kevan masih setia menunggunya. Sejujurnya Kevan tidak tahu bagaimana cara merawat orang pingsan. Dan karena itu pula Kevan tadi berlari untuk mencari dokter penjaga UKS. Namun usahanya sia-sia, karena hari ini dokter itu sedang libur. Jadilah Kevan sedari tadi hanya menunggu Kinara, berharap agar Kinara segera sadar. Hingga beberapa saat kemudian, Kinara membuka matanya. Hal itu membuat Kevan refleks berdiri dan menatap Kinara khawatir.
"Awh" rintih Kinara sambil memegangi kepalanya. Dan satu hal yang pertama kali dilihatnya setelah sadar dari pingsan adalah wajah khawatir milik Kevan.
"Lo gapapa?" Kemudian Kevan teringat sesuatu. Biasanya jika orang baru sadar dari pingsan maka harus langsung diberi minum. Begitu pikirnya.
"Oh tunggu sebentar, biar gue ambilin lo minum." Melihat Kevan yang sangat mengkhawatirkannya, Kinara merasa.. entahlah. Kinara pun tidak tahu itu.
"Ini minumnya.." Kinara pun mengganti posisi berbaringnya menjadi duduk dan kemudian Kinara meminum air yang dibawakan oleh Kevan.
"Lo kenapa bisa pingsan sih?!" Mendengar pertanyaan itu, Kinara tidak tahu harus menjawab apa. Sebab Kinara sendiri memang benar-benar tidak tahu kenapa dia bisa pingsan tiba-tiba.
Kinara hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban bahwa dia sendiri tidak tahu. Sementara Kevan hanya menghela napasnya. Dan ketika Kevan hendak berkata sesuatu lagi, Lilian datang bersamaan dengan Arul.
"Ki, lo gapapa?!?!" Teriak Lilian meski masih berada di ambang pintu.
Melihat kedatangan Lilian dan juga Arul, Kevan merasa kehadirannya tidak diperlukan lagi di sini. "Gue pergi" katanya.
Tetapi Kinara refleks menahan lengannya. "Terima kasih" katanya.
Kevan hanya mengangguk sebelum akhirnya pergi dari UKS. Lilian yang melihat Kevan pergi dari sana pun sempat tidak percaya. Sedangkan Arul terus saja menatap aneh pada Kevan.
"Eh Ki, tadi cewek rese itu ngajak lo ngomong?!" Tanya Lilian tidak percaya. Sementara Kinara hanya menatap Lilian tidak mengerti. Dalam hati Kinara bertanya, memangnya kenapa kalau Kevan mengajaknya berbicara?
"Emang dasar cowok aneh." Kata Arul.
"Lo juga samanya kayak dia!"
"Lah kenapa jadi bawa-bawa gue?!"
"Abisan lo ngeselin! Ngapain juga lo ikutin gue ke sini?!"
"Siapa juga yang ngikutin lo?! Orang gue ke sini mau liat keadaannya Kinara dih!?"
"Alah alesan! Udah mendingan sana lo pergi!"
"Kenapa lo usir gue?!"
Melihat pertengkaran kedua temannya itu malah semakin membuat kepala Kinara pusing. Kinara hanya menggelengkan kepala. Mulai lagi.