10
Yuri masih tidak mempercayi dirinya berdiri di depan rumah Kagura, yang dibatasi pagar besi besar setinggi lebih dari 1.2 meter.
“Co, ini beneran nih kita harus ke rumah Kagura?” Tanya Yuri yang masih ragu, melangkahkan kakinya melewati pagar besi di depannya.
“Katanya lo serius mau baikan sama Kagura?”
“Iya sih.. tapi gue malu, temenin gue ya.” Bujuk Yuri memohon pada Rico
“Enggak! Lo harus usaha sendiri. Gue pergi dulu!” Rico berlari kencang, meninggalkan Yuri sendirian.
Sejak kapan itu cowok bisa lari sekencang itu? Sengaja ninggalin gue karena takut sama Kagura?
Yuri sudah duduk di ruang keluarga Kagura, sendirian. Pelayan rumah Kagura meminta Yuri untuk menunggu Kagura yang sedang pergi ke mini market terdekat. Ruangan keluarga di rumah Kagura terlihat sangat nyaman dengan berbagai macam fasilitas hiburan keluarga. Ruangan keluarga tentu identik dengan foto anggota keluarga yang tinggal di rumah ini. Di Ruangan ini terpampang jelas bingkai besar foto Keluarga yang terdiri dari 4 orang. Sepasang suami istri, seorang nenek tua yang duduk berdampingan bersama seorang anak cowok.
Foto anak cowok itu membuat Yuri penasaran. Yuri mendekat memandang terus foto anak cowok tersebut. Rambut nya pendek, memakai pakaian laki-laki dan wajahnya tampan, tapi tidak terlihat mirip dengan Kagura. Kalaupun Kagura memang sejak dulu suka berpakain tomboy, tapi entah kenapa foto anak cowok tersebut tidak mirip dengan Kagura.
“Tidak ada foto Kagura disitu.”
Yuri menengok kebelakang kaget, baru menyadari seorang nenek tua yang terlihat mirip fotonya di bingkai foto keluarga. Yuri mencoba memastikan identitas wanita tersebut, ditengoknya lagi kearah foto tersebut.
“Nenek Kagura ya?” Tanya Yuri memastikan.
“ Panggil saya Oma Lil. Dan masalah foto besar ini, enggak perlu dipikirin kelamaan. Keluarga kita memang aneh dan lucu, sampai foto Kagura saja tidak boleh dipasang. hahaha” Jawab Oma Lil, tertawa santainya, bukan masalah serius Kagura tidak ikut berfoto di foto keluarga.
Yuri terdiam untuk beberapa saat, perasaan terkejut, di campur merasa kasihan pada gadis yang ia anggap sempurna, tapi kenyataanya, kehidupan keluarganya begitu complecated.
Oma Lil duduk di single sofa, mempersilahkan Yuri untuk duduk juga. Yuri duduk, Oma Lil tersenyum. Ingin membalas senyuman ramah Oma Lil, tapi dia justru dibuat heran dengan pakaian Om Lil. Oma Lil memakai pakaian "maid" berwarna hitam putih ditambah dengan bandana di atas kepalanya.
" Oma Lil, kenapa berpakaian seperti itu?" tanya Yuri heran.
"Ini pakaian pelayan. Oma menghargai keseragaman antara kaum atas dan kaum bawah. Makanya Oma pakai ini supaya pelayan disini merasa lebih nyaman. Tapi para pelayan disini tidak mau berpakain imut ini. Ckckck.. selera orang zaman sekarang." jelas Oma panjang lebar.
Yuri membalsanya tersenyum tipis. Ya iyalah., siapa yang mau pakai pakaian kayak gitu? Mungkin kalau Rico pakai seragam maid akan terlihat cocok.
Yuri tersadar akan ucapanya barusan, Oh my god! Kenapa gue jadi kayak Kagura, suka lihat Rico cosplay baju cewek?!
“Lalu siapa anak cowok di foto ini?” Tanya Yuri, tanpa basa-basi lagi, yang sudah penasaran sejak tadi karena mengira itu foto Kagura.
“Itu saudara tiri Kagura, tinggal di Malaysia sekarang.”
“ Dia tidak menyukai Kagura?” Yuri makin penasaran dengan sosok saudara tiri. Yuri berpikir mungkin saja mereka tidak begitu akrab, alasannya karena hanya saudara tirinya yang boleh masuk foto keluarga.
Nenek Kagura tersenyum lebar “ Apa kamu mau dengar cerita tentang Kagura dan masa lalunya?”
Yuri tidak menyangka dan juga binggung kenapa Oma Lil mau memberitahu tentang Kagura padanya. Yuri ragu jika ia terlalu melampaui batas mengusik privasi Kagura. “ Ehm.. Saya enggak yakin. Mungkin Kagura tidak suka orang lain tau privasi nya.”
“Tujuan kamu kesini karena ingin berteman dengan Kagura kan?”
Yuri terkejut, Dia tahu tujuanku kemari? Rico yang kasih tahu? Aduh jadi malu kan.
Yuri malu-malu mengiyakan pertanyaan Nenek Kagura.
“Kalau begitu dengarkan, saya ceritakan yang saya tahu tentang Kagura.”
***
“ Semuanya perkenalkan, Namanya Kagura. Dia anak Ayah, dan mulai sekarang dia akan tinggal disini menjadi keluarga kita.” Ayah Kagura merangkul erat bahu Kagura sambil menperkenalkan Kagura di ruang keluarga di depan Istri, Ibunya, dan anak laki-lakinya.
Kagura berdiri disamping Ayahnya, Penampilan anak perempuan berumur 12 tahun dengan rambut sangat pendek, kaos polos dan celana panjang jeans yang ia kenakan, tidak ada kesan feminim, apalagi dengan tatapan mata tajam dan dingin Kagura menatap keluarga barunya. Ditengoknya Ayahnya yang tersenyum hangat, Kagura berusaha memaksa tersenyum ramah dengan keluarga barunya. Semuanya masih terasa canggung, termasuk seorang Pria yang datang membawanya, dan mengatakan bahwa ia adalah Ayah Kandungnya.
Istri Ayah Kagura- Ibu Tiri Kagura, tidak menyukai Kagura, “ Saya akan langsung jujur sama kamu. Saya tidak suka kamu, jadi jangan sok akrab dan dekat-dekat, apalagi panggil saya Mama.” tegas Ibu tiri Kagura terus terang, menatap Kagura sinis.
Kagura tidak terkejut dengan pernyataan frontal Ibu tirinya. “ Ya enggak masalah. Mama saya juga Cuma satu, Dia tetap memperhatikan saya di surga.”
Seorang wanita paruh maya yang terus memperhatikan Kagura, akhirnya juga ikut berkomentar, “ Panggil saya Oma Lil. Saya menyetujui kamu boleh ikut bersama keluarga kami. Tapi jangan memaksakan diri untuk akrab dengan semua orang disini,nak.” Kata Oma Lil, sambil mengelus rambut Kagura.
“Oh tenang aja, Saya orang yang cuek, jadi enggak akan mengganggu kehidupan kalian semua.” Lagi dengan tanggapan santai Kagura.
Kali ini giliran anak laki-laki Ayah Kagura- Saudara tirinya, “ Saya suka dia. Dia tampan, keren, dan juga.. cantik. Perkenalkan nama Saya Jay.” Senyuman hangat Jay sangat mirip dengan Ayahnya.
“Jay?! Kamu jangan ngomong aneh-aneh deh. Bilang cantik sama anak cowok itu…”
“Aku ini cewek tante.” Kagura menyela perkataan Ibu Tirinya, menjelaskan indentitas dirinya, sebelum celoteh Ibu tirinya makin banyak akan didengarnya.
Ibu tirinya tercenga kaget saat mengetahui identitas gender asli Kagura. Oma Lil juga ikut kaget yang juga baru mengetahui nya.
Semenjak saat itu, Kagura tinggal di dalam rumah tersebut. Mereka memilki kehidupan masing-masing, dan Kagura tidak pernah ikut campur dengan keluarga Ayahnya. Semua acara keluarga besar dan tamu-tamu yang melihat kehadiran Kagura mengetahui identitas gadis itu adalah anak adopsi Teman Ayah Kagura yang telah meninggal. Kagura tidak banyak complain atau mendekatkan diri dengan keluarga Ayahnya, karena ia tahu posisinya dan menjaga jarak. Yang terpenting baginya ia punya tempat tinggal, bisa hidup bercukupan, tidak masalah tidak diaukui sebagai anak dari Keluarga Ayahnya.
Suatu hari Kagura pulang sekolah, membawa kotak coklat berwarna pink. Ketika berjalan memasuki dapur untuk meletakkan coklatnya, sebuah surat berwarna putih jatuh dari tasnya. Oma Lil mengambil dan melihat isi surat cinta dari seorang perempuan. Dia tidak terkejut dengan surat cinta seorang perempuan padanya, dia tahu pasti perempuan ini mengira Kagura adalah seorang laki-laki.
“ Kalau kamu berpenampilan seperti itu memang terlihat tampan dan keren,Nak. Tapi sepertinya..”
Kagura mengambil paksa surat dari tangan Oma Lil. Lalu membuangnya ke dalam tong sampah. “ Oma Lil, enggak perlu khawatir, Saya enggak tertarik sama cewek.” Kagura langsung berjalan pergi keluar dapur.
Oma Lil mulai menaruh perhatiaan dengan kehidupan Kagura. Anak perempuan ini memiliki kemampuan bela diri yang hebat, dan orang-orang yang bertarung dengannya tidak mengetahui dia adalah seorang perempuan. Penyindiri, cuek dan kalau sedang senggang dia akan mencari orang-orang untuk bisa dihajarnya. Bukan sembarang orang yang akan dihajar oleh nya, tapi orang-orang yang memang pantas menerima pukulannya karena tingkah buruk merbebbbbbeka.
Oma Lil tidak tahan melihat seorang gadis remaja, berumur 13 tahun, harus hidup dengan penuh kekerasan. Satu-satu cara membantunya adalah memberikan kegiatan lain yaitu menyuruhnya les musik. Membujukkan Kagura memang susah, Tapi Oma Lil tidak menyerah dan sampai akhirnya dia mau menurut.
Oma Lil memberikan Kagura untuk diajar ioleh seorang wanita kenalannya yang ia percayain bisa membantu Kagura. Kepercayaan itu diberikan kepada Ibu Maya, yang ternyata adalah teman dekat Ibu Kagura. Ibu Maya dengan senang hati bisa membantu dan mengajari Kagura.
Kesan pertama bertemu dengan Kagura memang tidak menyenangkan, anak ini suka bertindak sesukanya dan tidak ada niat untuk belajar music.
“ Kagura, Kamu dan Mama kamu beda banget ya. Mama kamu pekerja keras, tapi kamu pemalas." Sindir Bu Maya, karena sudah tidak melihat Kagura yang terus bermain game dari laptop nya.
“ Bu maya kenal ibu saya?” Tanya Kagura penasaran, sambil menghentikan game-nya.
“ Tentu saja. Saya dan Ibu kamu itu teman dekat.” Kata Bu Maya bangga.
Kagura terkejut, tapi dirinya mulai berpikir keras untuk tidak membiarkan sembarang orang mengacaukan pikirannya dan tergoda kata manis orang lain. Itulah yang diajarkan Ibunya padanya.
“ Kalau Bu Maya teman baik Ibu saya, Kenapa selama bertahun-tahun kalian tidak bertemu? bahkan Ibu tidak pernah bilang dia punya teman dekat bernama Maya.” Kagura makin mencecar Ibu Maya. Ia ingin memastika kebenaran dari Ibu Maya, yang mengaku dekat dengan Ibunya.
Raut muka Bu Maya berubah, menekukkan wajahnya tersadar akan perkataan Kagura. Hubungan mereka mulai renggang semenjak Kagura lahir.
“ Bukan begitu..” kata Bu Maya dengan suara kecilnya dan pikirannya tidak tahu harus berkata apa, karena memang benar dirinya dan Ibu Kagura sudah lama tidak bertemu, dan terakhir bertemu adalah saat pemakaman Ibu Kagura. “ Dia menghilang tidak ada kabar, Saya berusaha mencari Ibumu tapi tidak..”
“ Sudahlah enggak usah dibahas. Ibu Saya memang sengaja menjauh karena saya lahir.” Kata Kagura sambil menatap jendela luar, matanya tidak sanggup menatap Bu Maya. Tidak ingin terlihat lemah, Itulah yang selalu diajarkan Ibunya.
Mereka berdua diam beberapa saat, terasa canggung. Bu Maya merasa bersalah karena membahas Ibu Kagura. Bu Maya mendapat ide baru untuk menceriakan suasana.
“ Oh iya, Kagura kamu mau kenalan sama anak saya enggak? Mungkin kalian bisa dekat kayak saya dan Ibumu.” Bu Maya mengeluarkan handphonenya, dan menunjukkan sebuah foto.
Kagura melirik melihat foto Ibu maya bersama dua anak cowok. Cowok Pertama memegang bola basket tersenyum lebar dan cowok kedua, disebelahnya, merangkul cowok pemegang bola basket, tersenyum datar.
“ Ini siapa namanya?” Tanya Kagura menunjuk foto cowok yang tersenyum datar, tidak terlalu ekspresif..
“ Ooh ini bukan anak Ibu, tapi teman anak Ibu Namanya Yabe dan yang ini Arven, anak Ibu..” Bu Maya menunjukkan beberapa foto lain nya, “ Ada foto Ibu berdua sama Arven juga, sebentar ya..” Bu Maya terus mencari foto di handphonenya.
Kagura terus memperhatikan gerak tangan Bu maya yang meng-swipe beberapa foto dari layar handphone Ibu Maya. Lalu muncul foto Yabe sendirian sedang tertidur pulas di meja piano. Mata Kagura langsung membulat melihat tingkah manis Yabe, “ Eeh.. tunggu Ibu itu Yabe..”
Ibu Maya tidak menyadari foto Yabe yang ternyata diperhatikan Kagura. Melihat Kagura yang sepertinya menaruh perhatiaan dengan foto Yabe, Ibu Maya tersenyum lebar ingin menggoda Kagura.
“Kamu mau kenalan sama Yabe juga? Dia lebih cakep dari Arven ya?” goda Ibu Maya.
Muka Kagura langsung memerah, cemberut. “ Si..siapa juga yang mau kenalan!!”
***
“Aaah Mama mama tolong… Ampun!!” teriak laki-laki terpojok di dinding, ketakutan karena Kagura mengcengkram kerah bajunya, bersiap ingin menghantam mukanya dengan tinjunya.
Kagura menatap dingin laki-laki yang kini merengek manja, “ Lo harusnya minta maaf sama cewek yang lo udah injak tanganya dengan sengaja.” Kagura makin erat menarik kerah baju laki-laki tersebut.
“I..ituu enggak sengaja, dan bukan salah gue!” laki-laki tersebut tetap ngotot tidak mau mengakui kesalahannya.
“ Gimana kalau tinju gue ini enggak sengaja kena muka lo, biar lo rasain apa itu sakit!” Kagura sudah siap menghantamkan pukulannya ke muka laki-laki tersebut. Tapi pukulannya tertahan dihalangi seseorang yang menahan tangan kanan Kagura.
“ Berhenti bikin keributan di tempat les.” Kata Yabe yang menahan pukulan Kagura dengan satu kepalan tangannya.
Kagura kaget dengan kehadiran cowok yang terasa tidak asing ini. Baru diingatnya cowok ini adalah Teman Arven-Yabe, foto yang pernah ditunjukkan Ibu Maya, dan Arven, anak Bu May, sudah berdiri di dekat Yabe.
“ Jangan ikut campur deh. Lepasin!” Kagura melepaskan genggaman tangannya paksa.
Lalu tidak lama kemudian, para guru les dan Ibu Maya datang. Mereka membawa cowok pembawa masalah, dan semuanya berjalan dengan tenang setelah ditangani oleh orang dewasa. Yang tersisa hanya tiga bocah sebaya berumur 13 tahun, Kagura, Yabe, Arven Ibu Maya, berdiri menghadap Mereka.
“Kagura kenalkan ini Arven anak tante..”
Arven tersenyum ramah mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Kagura, disambut baik jabatan tangannya. Perkenalan selanjutnya adalah Yabe. Perkenalan kedua mereka
“ Hai saya Yabe.” Yabe mengulurkan tangannya, dan disambut Kagura dengan muka jutek. Menjawab singkat namanya juga.
Ibu Maya tersenyum menggoda Kagura yang kini berwajah jutek pada Yabe.
“ Kagura, akhirnya bisa ketemu sama Yabe yah.. Dia tertarik liat foto kamu,Yabe.” goda Ibu Maya, sontak langsung membuat Muka Kagura merah.
“ Aaa.pan sih Bu Maya!!” Kagura gugup, salah tingkah didepan Yabe.
Yabe menanggapi godaan Ibu Maya, “ Gue akuin kok. Gue emang terkenal disukain cewek-cewek.” Yabe dengan percaya diri, bergaya sok keren, melipat kedua tanganya di depan dadanya.
“ Hah?! Kok Cewek sih? Dia kan…” Arven kebingungan dengan ucapan Yabe,
“ Gue cewek!” Kagura langsung memotong asumsi keliru lagi tentang gendernya, yang keluar dari mulut Arven.
Ekspresi Arven tidak jauh berbeda seperti yang lain, begitu kaget nya melihat penampilan Kagura yang dikira seorang cowok.
“Kok lo tau dia cewek?” tanya Arven penasaran memastikan.
“ Karena tadi gue udah megang tangganya. Tangan cewek pasti lebih kecil dari cowok, dan lembut…” dengan cepatnya Yabe memegang tangan kiri Kagura, tersenyum menggodanya.
Kagura langsung melepaskan paksa tangannya yang di pegang Yabe tanpa seizinnya. “ Jangan sok akrab deh!” Kagura pergi meninggalkan mereka.
Namun Arven menyusuli langkah Kagura, berjalan di sampingnya.
“ Udah enggak sabar latihan piano ya?” Tanya Arven, berjalan menyusul langkah Kagura.
“Siapa juga yang mau latihan?!” Kagura menjauhkan langkahnya jauh dari Arven, tapi usahanya gagal karena Yabe mendekatinya di sisi kiri Kagura.
“ Ayo kita latihan. Tunjukkin kemampuan lo.” Kata Yabe tidak mau kalah, seperti biasa.
Kagura makin pusing dikelilingi kedua laki-laki aneh ini. Dia hanya bisa pasrah mendengar ocehan mereka berdua. Namun tanpa ia sadari, ia mulai merasa nyaman bersama Arven dan Yabe.
Pertemuan Kagura dengan Arven dan Yabe, membuat mereka makin dekat berkat Ibu Maya yang berusaha mendekatkan Kagura pada mereka. Dia tahu yang dibutuhkan Kagura adalah teman yang tulus ingin berteman dengannya apa adanya. Semenjak saat itu Kagura menunjukkan perubahan yang lebih baik, dari anak yang sangat cuek,dingin dan pendiam jadi jauh lebih ceria dan lebih bersemgat menjalani hidupnya. Oma Lil tidak bisa melarang tiap pekelahian yang melibatnya Kagura, tapi yang ia tahu Kagura tidak lagi menggunakan kekerasan sebagai penghiburan dia, karena dia sudah punya teman-teman yang bisa menghiburnya.
***
Yuri menutup pintu ruang keluarga Kagura, sebelum menutup pintu, dia menundukkan kepalanya pamit pada Oma Lil yang masih duduk di sofa. Yuri mengambil nafas panjang, berusaha menenangkan dirinya. Dia berjalan menuju taman di luar rumah besar milik keluarga Kagura. Selama berjalan menuju taman, dia memandang seisi rumah besar ini. Benar-benar mewah dan luas. Tapi di rumah ini Kagura tidak pernah merasakan hangatnya rumah keluarga.
Langkah kaki Yuri berjalan menuju pintu kaca yang terbuka lebar menuju taman. Sampailah ia di taman rumah Keluarga Kagura. Kolam renang dan halaman rumput hijau dengan satu pondok kayu, tempat dimana Kagura duduk sendirian. Yuri menghampiri Kagura yang sudah menunggu kedatangan Yuri, dan duduk disampingnya.
“ Nungguin gue ya?”
“Iya. Gue disuruh nunggu lo sama Oma lil.” Jawab Kagura.
Yuri tersenyum simpul mengerti maksud dan tujuan Oma Lil menceritakan masa lalu Kagura dan menyuruh Kagura untuk menunggu.
“ Maaf Gue bukan teman yang baik seperti Arven dan Yabe.” Yuri meminta maaf tulus, “ tapi.. gue ingin berusaha jadi teman yang baik lagi. Apa boleh?” pinta Yuri menatap serius kedua bola mata Kagura yang masih belum memberi tanggapan.
Kagura menarik nafas panjang dan mengelurkannya perlahan, tertawa kecil. “ Arven Yabe dan Rico juga bukan teman yang sempurna tanpa cela, gue juga begitu dan lo juga. Setidaknya gimana kalau kita sama-sama belajar dari pengalaman, terima baik dan buruk diri kita?”
“ Oke” Yuri tersenyum lebar bersama Kagura.
***
“ Welcome back to the club.” Ucap Arven menyambut kedatangan Yuri di ruang music.
“ Club apaan sih?”
“ Club weirdo, Gue, lo, Kagura, Yabe dan Rico.”
Tawa kecil Yuri tidak menyangka Arven bisa membuat lelucon dengan gank nya sendiri, “ Iya- iya makasih.”
Arven melihat Yuri yang sudah ceria kembali dibandingkan sebelum dia berbaikan dengan Kagura, begitu pula dengan Kagura yang tidak begitu semangatnya ketika mereka bertengkar, Ia turut bahagia melihat kedua gadis ini bisa menyelesaikan masalah mereka.
“ Oke langsung kita mulai latihan aja yuk.” Arven bersemangat mulai mempersiapkan diri untuk latihan lagi.
Yuri baru menyadari ada yang aneh dari cowok ini. Akhir-akhir ini Ketika dia betengkar dengan Kagura, Arven lah yang terlihat begitu bersemangat latihan sampai sekarang juga begitu. Muka ceria nya dan dia terlihat lebih banyak tersenyum dibanding dengan wajah juteknya yang dulu ia suka tunjukkan dan ditambah dengan omongannya yang ketus.
Yuri bersiap menyanyi dengan iringin music keyboard dari Arven. Yuri menarik nafas, berusaha menenangkan diri. Ketika bersiap memulai bernyanyi, Arven menyuruh nya berhenti.
“ Kita coba, lo nyanyi sambil tutup mata.”
“ Hah?! Buat apa?” Tanya Yuri binggung.
“ Jujur aja, lo pasti masih ngerasa canggung kalau nyanyi di depan banyak orang.Jadi sekarang lo nyanyi tutup mata dengan lebih penghayatan.”
Yuri tidak menyangkal kebenaran dirinya memang masih canggung dan belum bisa mengotrolnya dengan baik. Yuri mengikut perintah Arven. Ditutup matanya perlahan, gelap, dan hening, hanya alunan music dari Arven yang ia rasakan.
Yuri mulai mengeluarkan suaranya masih dengan suara kecil. Jantungnya masih berdebar-debar, setiap kali bernyanyi. Namun lama kelamaan ia merasakan perasaan tenang mendengar alunan musik Arven.
Arven yang selama ini menemaninya latihan, terus memotivasinya untuk bernyayi lebih lantang. Ketika Yuri dan Kagura, Rico dan Yabe menjaga jarak satu sama lain, hanya Arven yang tidak. Tentu saja orang sepintar Arven tahu masalah Yuri dan Kagura, Tapi Arven tetap bersikap biasa pada Yuri. Dibilang biasa juga tidak, karena ini bukan seperti Arven yang biasanya. Arven yang cuek dan bermulut tajam dingin, tiba-tiba saja lebih lembut, santai dan lebih terlihat peduli.
Yuri tidak bisa bilang bertanya langsung pada Arven, apa yang ia rasakan pada Arven karena sikap aneh nya selama ini, karena 2 hal. Pertama, Yuri sebenarnya senang Arven tetap berada disisi-nya menemaninya, padahal pada awalnya dia menentang kehadiran Yuri di Gank mereka. Lalu kedua, Yuri malu dan takut bertanya macam-macam. Dia takut akan sakit hari, terbawa perasaan mendengar alasan sesungguhnya Arven bersikap seperti ijni. Perasaaan ini rasanya aneh dan berbeda.
"Kita ulang sekali lagi ya. Fokus." kata Arven, sambil mengulangi iringan keyboardnya lagi.
Yuri mengangguk mengiyakan. Ia sadar, Sejak tadi dia tidak mengeluarkan suara karena terus memikirkan Arven. Kali ini ia berusaha fokus lagi.
Ketika music mulai, Yuri mengeluarkan suaranya pelan dengan ditutup matanya.
"Apa hanya segini saja,Yur?" tanya Arven memancing Yuri.
"Eng..gak.. Bisaaa.. lebih ba..gus." jawab Yuri tergagap, dicampur perasaan ragu dan yakin.
Yuri dengan berani mulai membuka matanya, tidak merasa takut dan ragu lagi. Pandangan pertama yang ia lihat adalah sosok Arven yang tersenyum bangga melihat keberanian Yuri untuk membuka matanya. Dengan lebih bersemangat Yuri bernyanyi dengan santai, dan Arven juga ikut tambah bersemangat mengikuti suara indah Yuri.
Akhirnya mereka berdua berhasil menyelesaikan lagunya. Jantung Yuri berdebar begitu kencang menyadari dirinya sudah bisa dan mau bernyanyi tanpa diliputi rasa takut.
“ Suara-mu bagus.” Kata Arven tiba-tiba sambil tersenyum manis menatap Yuri yang masih belum siap menerima serangan tersebut.
Jantung Yuri berdebar lebih kencang , ia tidak mengerti apa alasannya. Apa ini karena hasil usaha bisa bernyanyi dengan baik atau karena senyuman manis Arven yang membuatnya tidak tenang entah kenapa?
***
prince story never die hehe, penulisannya oke punya dan deskripsinya mantap... udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu
Comment on chapter Prolog