13
Yuri duduk sendirian di bawah pohon rindang, di bangku kayu panjang. Handphone nya berbunyi, notifikasi Chat masuk dari Kagura.
Kagura : Gue agak telat. Yabe dan yang lain kesana duluan.
Yuri : Oke
Tidak lama setelah membalas chat dari Kagura, Yabe, Arven dan Rico datang bersamaan menghampiri Yuri. Yabe membawa bola basket, mendekati Yuri duluan.
“ Yuri, Si Kagura masih ditahan sama fans-fans nya tuh.” Yabe nyengir teringat Kagura yang tidak bisa menahan para fans-fans cewek nya.
“ Semenjak kalian perform ala-ala boyband gtu, jadi makin banyak deh fans Kagura.” Arven ikut berkomentar,sembari duduk di sebelah Yuri.
“ Ide gue diambil juga kan. “ Rico memajukkan bahunya, membanggakan karena berkat dirinya, Kagura makin popular dan nilai musik mereka bertiga mendapat A.
“ Gue enggak nyangka, kalo ide gila itu behasil. Gue juga baru nyadar, gue ini multitalenta banget.” Yabe mengelus dagunya, sekarang giliran dirinya membanggakan dirinya sendiri.
Yuri mengernyit, menyilangkan kedua tangannya “ Gue akuin kehebatan Rico aransement lagu boyband korea. Terus Yabe emang paling nguasain dance nya. Dan.. gue enggak nyangka Kagura bisa NYANYI!!” Yuri teriak histeris, masih belum bisa mempercayai cewek itu bisa bernyanyi dengan begitu bagusnya.
Jika teringat kejadian saat Kagura,Yabe dan Rico perform, Yuri tidak bisa melupakan penampilan mereka yang paling pecah disorakki histeris cewek-cewek, namun Yuri satu-satunya cewek yang tidak ikut hiruk periuk cewek-cewek di kelasnya. Yuri diam di tempat duduk nya, tercenga, tidak bisa menutup mulutnya dan matanya sedetik pun, melihat penampilan Mereka jadi ala-ala boyband. Bahkan Guru musik mereka, wanita single yang ternyata penggemar kpop, juga ikut bersemangat melihat penampilan mereka.
Totalitas kelompok mereka tidak bisa diragukan. Mulai dari pakaian mereka, memakai jas hitam,kemeja putih dan celana hitam, lalu pemilihan lagu mereka juga tepat. Lagu kpop terpopuler “Sorry-Sorry” dari Super Junior sampai mereka bisa menyanyikan dalam bahasa korea, sangat totalitas. Sebenarnya yang paling mengejutkan satu kelas adalah penampilan Kagura yang tidak disangka-sangka berubah jadi lelaki tampan yang sempat membuat Yuri juga ikut terpesona.
Tiba-tiba Arven mengelus kepala Yuri dengan lembutnya. “ Udah enggak usah dipikirin. Lo berdua udah sama-sama hebat.” Hibur Arven dengan nada suaranya yang lebih lembut.
Yabe dan Rico saling melirik, tidak biasa melihat sisi lembut Arven. Sementara Yuri yang mendapat keuntungan sudah bisa dielus kepalanya, Cuma diam tersenyum malu-malu, menundukkan kepalanya nurut dengan nasihat Arven.
“ Ven, ada yang aneh nih sama lo.” Ucap Yabe menyipitkan matanya sambil memainkan bola di kedua tangannya.
“ Aneh apaan?”
“ Sekarang lo jadi lebih lembut ke Yuri…”
Belum sempat Yabe menyelesaikan kata-katanya, pikiran Yuri sudah melayang berbunga-bunga.
“ dan.. sama cewek-cewek lain juga, apalagi sama cewek-cewek OSIS.” Akhirnya Yabe menyelesaikan ucapannya yang diawal sempat membuat Yuri melayang, tapi diakhir menjatuhkan Yuri menyadarkan akan sisi lembut Arven bukan untuk dinikmati dirinya seorang.
“ Jadi kita kapan main basket nya?” sela Rico yang sudah begitu bersemangat, merenggangkan kepalanya ke kanan-kiri.
Yabe merangkul bahu Rico, “ Yuuk” membawa Rico berjalan bersama ke lapangan basket.
Yabe dan Rico saling melemparkan bola basket, sebagai pemanasan. Tidak lama melakukakn pemanasan, mereka berdua mulai bermain basket berdua saja. Sementara Arven yang seharusnya ikut bergabung bermain basket, masih setia duduk disebelah Yuri,
“ Lo enggak ikut main,Ven?” Tanya Yuri basa-basi, padahal dalam hatinya senang ditemani Arven duduk berdua.
“ Kita tunggu Kagura bareng. Setelah itu gue baru ikut main.” Jawab Arven, sambil tertawa kecil melihat lemparan bola Rico ke atas ring, tapi bolanya justru masuk dari bawah ring, seolah-olah sudah mencetak skor.
“Kagura ya…” Yuri memutar kembali memori yang belum lama ia sudah simpan, karena rasa penasarannya, “ Apa Kagura pernah ikut-ikut kompetisi nyanyi juga?”
“ Iya dia pernah. Saat umur 10 tahun, dia pernah ikut lomba yang sama dengan gue dan Yabe.” Jelas Arven, makin membuat Yuri penasaran.
Yuri mencondongkan badannya ke hadapan Arven, “ Kalian pernah ikut lomba apa?”
“ Waktu umur 10 tahun, ikut Lomba Seni Musik. Itu lomba yang enggak Cuma kompetisi nyanyi, tapi gue dan Yabe dulu ikut kompetisi main piano juga.” Penjelasan Arven semakin membuat Yuri penasaran.
“ Lo dan Yabe berumur 10 tahun kan? Kalian berdua juara?” Yuri memasang kuping terbuka lebar-lebar, tidak ingin melewatkan jawaban yang selama ini ia tunggu-tunggu.
“ Iya. Gue dan Yabe sama-sama dapat juara. Gue juara 1 dan Yabe kedua.”
Jantung Yuri makin berdebar dengan kencang. Memori masa lalunya kembali mengingat sosok Pangeran bertopengnya. Sialnya yang ia ingat pangeran bertopeng mendapatnya juara, tapi ia lupa juara berapa.
Dahi Arven mengerut, mulai merasa ada yang aneh dengan reaksi Yuri. “ Ada apa? Apa lo pernah ketemu kita di lomba itu?” tebak Arven yang tepat sasaran.
Yuri mengangguk “ Gue juga ikut di acara lomba itu, nyanyi.” Kata Yuri terus terang.
Arven mulai ikut juga penasaran. “ Oh ya?!” kedua alis Arven,terkejut.
“ Gue mau nanya..” Yuri menatap kedua bola mata Arven dalam. “ Apa diantara kalian ada yang pakai topeng?”
“ Semua peserta pemain piano pakai topeng,”
Pikiran Yuri mulai berputar-putar lagi, Semakin sulit menebak teka-teki siapa sosok Pangeran bertopeng makin semakin tidak jelas.
Tunggu pasti ada yang membedakan Pangeran bertopeng dengan yang lain. Tapi apa ya?Oh iya!! Benda itu.
“ Apa diantara kalian ada yang pakai kalung gambar not balok hitam terus dikasih sama cewek gaun putih?” Yuri makin bersemangat bertanya.
“ Kalung?” Kali ini Arven yang mencoba membongkar ingatannya lagi. Arven melihat kearah lapangan, Yabe sedang membuka setengah kaos putih nya, mengusap keringat di perutnya yang berbentuk. “Yabe..” jawab singkat Arven.
“Hah?! Maksud nya?” Yuri masih belum paham, kenapa tiba-tiba memanggil nama Yabe.
Arven berbalik menatap dalam kedua mata Yuri. “ Yabe, pemilik kalung itu sebenarnya.”
Pernyataan Arven membuat dada Yuri terasa sesak. Sebenarnya Yuri juga tahu dan ingat Yabe pernah bilang sendiri, dia pemilik kalung itu, tapi dia berharap bukan Yabe. Yuri merasa bodoh menanyakan hal yang ia sudah tahu jawabannya. Walaupun kecil kemungkinan Ia berharap kalau Arven lah Pangeran bertopengnya.
“ Yuri.. kalung itu sekarang masih sama lo?”
“ Hmm.. iya.”
“ Kenapa masih lo simpen?”
“ Karena itu pemberiaan..”
Belum sempat menyelesaikan perkataannya, Tiba-tiba Arven bergerak mendekati Yuri, merangkul bahu kirinya. Jarak kedua muka mereka sangat dekat. Jantung Yuri mulai berdetak tidak karuan.
“Maaf,Ka jadi kena bola.” Seorang cewek memakai seragam olahraga datang mengambil bola volley yang jatuh di dekat Yuri dan Arven.
Arven sempat menengokkan kepalanya, menatap tajam cewek tersebut. Tatapan yang biasa ia gunakan menciutkan nyali adik-adik kelasnya yang melanggar aturan. Cewek itu langsung lari, kabur ketakutan.
“ Hahaha.. sampai kabur dia.” Yuri tertawa kecil melihat cewek yang lari ketakutan karena tatapan sinis Arven.
Arven masih belum melepas rangkulannya dan jarak muka mereka yang masih dekat. Pertama kalinya, ia melihat Ekspresi tawa senyuman Yuri sedekat ini, “ Jangan ketawa.” Perintah Arven masih menatap lekat wajah Yuri.
Yuri menutup mulutnya rapat-rapat, mengikuti perintah aneh Arven, tapi tetap diikutinya, dan kedua mata Yuri juga tidak lepas menatap wajah Arven.
“ Senyuman lo, bikin jantung gue berdebar.” Kata Arven dengan segala kejujuran hati dan perasaanya. Jantungnya benar-benar berdebar kencang melihat senyuman manis Yuri.
Kata-kata Arven barusan sangat berbahaya, karena menyebabkan cewek pemilik senyuman manis ini, juga ikut tertular mengidap serangan jantungan, yang ia sudah tahu diagnosis nya karena Ia sedang jatuh cinta dengan Arven.
“EHMM!!!” Suara kencang beredehem suara perempuan, menyadarkan Arven dan Yuri menengokkan kepalanya melihat Kagura yang sudah berdiri di tengah-tengah meraka.
Arven dan Kagrua reflex menajauh diri, Yuri berpura-pura menata cara duduknya, dan Arven langsung berdiri sejajar dengan Kagura, tapi ia tidak berani menatap Kagura, dan mengalihkan pandangannya berpura-pura menonton Yabe dan Rico.
“Udah selesai kalian?” Tanya Kagura dengan tersenyum menggoda kedua temannya yang terlihat salah tingkah.
Mereka berdua menganggukan kepalanya bersamaan, sama-sama mengalihkan pandangannya dari Kagura juga.
***
Jam di tangan Yuri menunjukkan pukul 7.00 a.m. Jam masuk sekolah adalah pukul 7.30 a.m, masih ada waktu 30 menit lagi. Yuri berjalan menyulusuri jalanan lingkungan sekolahnya. Suasana pagi hari di lingkungan sekolah nya masih sepi, Yuri berjalan sendirian. Sudah beberapa minggu ini datang lebih awal sekitar kurang lebih 15 menit di sekolah, hanya untuk bisa bertemu Arven yang sudah berjaga jam 7 pagi bersama anggota komite nya.
Cara inilah yang bisa Yuri gunakan agar bisa lebih dekat dengan Arven. Sebagai anggota komite, Arven akan disiplin kepada siapa pun yang melanggar aturan sekolah, termasuk keterlambatan. Arven sudah menangkap nya telat sebanyak 3x atas keterlambatannya. Walaupun Yuri teman sekelas dan seangakatan dengannya, tapi Arven tetap konsisten menghukum nya juga.
Untuk mendapatkan perhatiaan cowok seperti Arven, menjadi gadis bodoh yang sering telat, untuk bisa bersama-sama terus adalah hal yang salah. Arven sebagai sosok perfeksionis tidak akan menyukai tipe cewek seperti itu. Maka dari itu Yuri sudah mempersiapkan diri untuk bertemu Arven adalah datang lebih awal ke sekolah dan bisa ngorbol dengan Arven.
Yuri berjalan dengan Senyum semerigah semangat pagi hari. Suara langkah kaki lain ikut berjalan di belakang Yuri. Yuri menyadari hal itu, tidak terlalu memperdulikannya. Namun makin lama langkah kaki itu seperti makin mendekat, menyusuli gerak kaki Yuri. Yuri yang jadi penasaran, menengok sebentar, matanya terbelakak kaget mendapati dua orang cewek di belakangnya dan langsung merangkul kedua sisi bahu Yuri.
Yuri dan kedua cewek tersebut menghentikan langkah mereka, diam berdiri. Detak jantung Yuri berdetak dengan kencang, tangannya nya kedinginan berada di dekat kedua cewek tersebut. Dua orang cewek yang sangat di kenalnya, Si cewek pirang dan teman satu gank nya.
Sudah cukup lama berselang beberapa bulan setelah kejadian pertengkaran mereka di mall, tapi kenapa cewek ini datang lagi, seperti ingin memulai perang yang baru. Kedua cewek ini terlihat lebih pintar untuk bisa membalas dendamnya pada Yuri. Sampai Yuri tidak bisa berkutik menyerah mereka, karena ada cutter tajam mereka dekat kan di kedua pinggang Yuri.
Si cewek rambut pirang berbisik di telinga Yuri.
“ Enggak usah macem-macem minta bantuan. Sekarang ikut gue!!” ancam si cewek pirang yang dirasa Yuri ini bukan sekedar gertakan semata, karena ia bisa merasakan pisau cutter semakin dekat menempel di kulit pinggangnya.
Yuri tidak bisa mendapat celah untuk melawan. Badannya dikunci kedua cewek itu. Dia menurut arahan kedua cewek ini kemana mereka menuntutnya. Yuri tidak menyangka si cewek pirang akan berbuat sampai sejauh ini, padahal kejadiaan terakhir mereka bertengkar sudah beberapa bulan lalu. Dimana harusnya berakhir damai di pihak Yuri, tapi tidak bagi si cewek pirang, yang merasa kalah dan sangat dipermalukkan, sehingga selama ia memendam rasa benci.
Yuri di bawa menuju sebuah mobil hitam yang sudah menunggu mereka. Mereka bertiga masuk ke dalam mobil hitam tersebut, dan melaju cepat pergi.
***
Arven berdiri di depan gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat oleh satpam sekolah. Siswa-siswa yang telat sudah berbaris seperti biasanya untuk diabsen, satu persatu. Anggota komite dengan tugas setiap pagi nya mengurus pendisiplinan siswa-siswa yang telat, termasuk Arven sebagai perwakilan angkatannya. Tapi hari ini dia tidak begitu bersemangat melaksanakan tugasnya. Dia sibuk dengan melihat handphone-nya.
Jam tangan dan Handphone-nya terus diliriknya tanpa henti. Waktu di jam-nya menunjukkan pukul 8.00 a.m, dan yang terkakhir yang membuatnya gusar, tidak tenang adalah menunggu balasan notifikasi dari handphone-nya.
“Gue duluan, dipanggil guru dikelas.” Kata Arven sambil menepuk bahu teman anggota komite.
Arven berjalan menaiki anak tangga sampai di lantai 3. Baru saja menginjakkan kakinya, dua orang cewek bersandar di tembok, langsung menghampirinya.
“ Mita? Siska?” Arven heran, kedua cewek ini seperti sudah menunggu-nya.
“ Ven, gue mau ngasih tahu sesuatu sama lo.” Kata Siska dengan raut muka serius.
Arven mengela nafas pelan, membuang muka nya, “ Ada gossip apa lagi hah?” Tanya Arven malas, ia sudah tahu kebiasaan bergossip yang suka mereka sebarkan.
“ Tadi pagi gue lihat Yuri dibawa dua cewek mencurigakan dan kayak dipaksa masuk ke mobil hitam.” Jelas Siska.
“ Gue lihat ekspresi muka Yuri yang ketakutan, diapit si cewek pirang dan cewek bertopi putih. Aneh kan?” timpal Mita, yang juga ikut melihat Yuri, bersama Siska.
Mata Arven langsung menatap tajam kedua cewek, yang sekarang ia yakini bukan sekedar berita gossip atau karangan belaka. “ Kasih tau ke gue semua, sedetail-detailnya yang kalian lihat tadi pagi!”
perintah Arven dengan nada suara menekan kedua cewek ini, mengaggut menurut.
***
Kagura memiringkan kepalanya, menahan kepalanya yang terasa berat, mengingat sesuatu yang penting, yang akhirnya dia sudah berhasil mengingatnya.
“ Enggak salah lagi. Itu si cewek pirang dan gank-nya yang pernah berantem sama Gue dan Yuri.” Kata Kagura menyimpulkan berdasarkan ingatan dan keyakinannya.
“ Oooh..” Yabe yang juga ikut mulai mengingat kejadian pertengkaran Yuri dan Kagura, yang ia juga ikut terlibat “ Gue ingat pacar si pirang. Gue yang bantuin dua gadis manis tak berdaya waktu itu.” Yabe menunjuk Kagura yang menunjukkan muka jengkel dengan nyinyiran Yabe.
“ Gue bukan nya enggak berdaya!” bantah Kagura,” Lo enggak ingat waktu si pacar pirang mau nyerang Yuri, kaki gue udah mau melayang nendang itu cowok, kalau lo enggak ganggu aksi gue!” Lanjutnya dengan penjelasan yang lebih detail, menjaga nama baik-nya tidak ingin disebut lemah.
Yabe menganggukan kepalanya, mengiyakan Kagura, tidak ingin mendengar ocehan lagi.
“KETEMU!!” Teriak Rico tiba-tiba, yang sejak tadi diam duduk manis di sebelah Arven di bangku taman sekolah.
“Ketemu apa?” Tanya Arven menggeser badannya mendekat ke arah Rico, yang menemukan sesuatu dari layar Laptop-nya.
Rico membalik layar Laptop, agar bisa dilihat bersama. Kagura dan Yabe juga ikut nimbrung, mengelilingi Rico.
“ Pacar si cewek pirang itu adalah anggota preman-preman Pasar malam yang pernah kalian hajar karena tas Kagura.” Jelas Rico, sambil menunjukkan foto pacar si cewek pirang, yang ia pernah ambil diam-diam.
Kagura menyipitkan matanya, memfokuskan foto yang terlihat samar-sama kecil, muka pacar si pirang sedang merokok bareng dengan preman-preman pasar malam. “ Tapi kenapa waktu itu dia enggak ada di pasar malam ya?” Kagura masih ragu dengan asumsi Rico.
“ Mungkin dia lagi pacaran sama si cewek pirang.” Komentar Yabe asal, dan semua nya menengok kearahnya.
Arven, Kagura dan Rico menganggukan kepalanya bersamaan, menyutujui komentar Yabe. Justru Yabe yang jadi terkejut, ketiganya begitu saja menerima komentarnya tanpa argument, yang biasanya di timpal Arven.
“Tumben setuju semua?” Yabe penasaran, menatap satu persatu teman-temannya.
Arven menepuk bahu Yabe, “ Kalau masalah percintaan, pacaran, hubungan interaksi antar dua manusia, lo emang udah expert-nya. Kita percaya sama lo!” jawab Arven mewakili pemikiran yang sama, di setujui Kagura menggumam bangga akan keahliaan Yabe dalam bidang seperti itu, dan Rico mengacungkan jempolnya pada Yabe.
Yabe menepuk dadanya, “ Ada gunanya gue jadi playboy kan?” hidung Yabe mengembang, merasa bangga akan julukan Playboy padanya.
“ Kita ketempat markas mereka.” Kata Arven langsung menyimpulkan.
“ Yuri ada disana?” Tanya Kagura polos, tidak mengerti.
“ Pacar si cewek pirang itu, anggota mereka. Mungkin aja Yuri disitu, kalau enggak ada kita Tanya sama mereka dimana teman mereka.” Arven menjelaskan lebih detail, yang akhirnya baru dimengerti Kagura, Yabe dan Rico.
“ Lo tahu dimana markas mereka?” Tanya Rico.
“ Gue tahu. Waktu itu gue kan yang ambil tas Kagura di markas mereka.” Terang Arven lagi.
“ Oke. Ayo kita jalan” Kagura mengepal tangan kanannya meninju kearah telapakan tangan kiri-nya.
Mereka berempat berjalan sampai di depan gerbang sekolah yang tertutup rapat, dikunci satpam sekolah, berseragam putih.
Arven melangkah maju kedepan, menghadap satpam sekolah yang berdiri di depan gebang sekolah.
“ Pak, saya sebagai anggota komite kedisiplinan mewakili ketiga orang ini, mengurus hal penting, yang saya jamin ini demi menjaga nama baik sekolah tercinta kita ini.” Kata Arven membusungka dadanya, menatap lurus satpam sekolah.
Satpam sekolah masing benggong melihat 4 orang anak sekolah datang bersamaan, dengan alasan nama baik sekolah ingin bolos sekolah. "Jaminannya?"
Arven mendekati satpam sekolah menyerahkan kartu Anggota komitenya, " Ini jaminannya."
Satpam sekolah melihat kartu anggota komite milik Arven di tangannya, raut muka nya tampak tidak puas, "Jaminan-nya kurang,dek." Tatapan Sang satpam sekolah dengan Arven , sambil memberi isayarat menggosok kedua jarinya telunjuk dan jempolnya.
Arven menambah kan selembar uang 50 ribu di atas tangan Satpam sekolah.
Jaminan selesai, Sang satpam sekolah puas. Lalu tanpa komentar apa-apa lagi , membuka gerbang sekolah, mengijinkan Arven cs keluar sekolah.
Langkah kaki mereka sudah menginjak zona luar lingkungan sekolah.
Yabe menepuk bangga Arven, “Emang bisa diandalkan banget Guardian angel kita ini.”
***
prince story never die hehe, penulisannya oke punya dan deskripsinya mantap... udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu
Comment on chapter Prolog