Haruskah kau pergi ?
Hari-hariku tetep berjalan seperti sediakala. Hanya ada satu yang berbeda. Sejak restu ibu terucap malam itu,aku merasa harus benar-benar menjaga perasaan seseorang. Sesekali dalam seminggu aku juga sangat merindukan kabar dari Won. Walau setiap saat komunikasi terjalin,tidak sekalipun kami terlibat dalams ebuah perdebatan. Berdebat tentang apapun itu. Komunikasiku dengan Joon Seong juga masih terjalin apik dan rapi. Kami saling berbagi tentang segala hal. Tidak jarang Joon Seong juga mencaritakan kesehariannya dengan para artisnya. Aku merasa sangat terhibur dengan kebersamaan kami walau terjalin lewat udara saja. Seuntai E-mail membangkitkan selera kami untuk bercengkerama dan mengirim cerita komedi. Kami juga tidak hanya sekali dua kali melakukan Video Call. Baik aku dan Joon Seong,ataupun aku dan Won. Won semakin sibuk dengan rutinitas pesantrennya. Joon Seong juga semakin sibuk dengan jabatan barunya. Walau demikian Joon Seong orang yang sangat rajin untuk menghubungiku. Pagiku selalu berawal dengan menjawab panggilan darinya. Terkadang Joon Seong bahkan mengirim oleh-oleh setiap kali dia pergi ke Negara tetangga. Entah tetangga yang mana?__hehehe__
Safaraz,kau dimana?
to : Safaraz
Aku sibuk,ada urusan sebentar
~ Safaraz
Bocah yang satu ini,entah sejak kapan dia menjadi orang yang banyak urusan dan selalu saja sibuk. Terkadang aku harus menunggu hingga dia selesai beraktifitas. Bahkan terkadang dia juga lupa untuk pulang bersamaku atau bisa dibilang seperti sekarang. Hingga pukul 20:00 WIB aku masih berada di lab bahasa inggris untuk menunggunya sedangkan dia.
Laila,kau dimana?
~ Safaraz
Bocah tengil satu itu meninggalkanku yang sedari tadi menunggunya hingga tertidur disini. Astagfirullah...
-----o0o-----
“Assalamualaikum”
“Wa’alaikumsalam”
“Kau sudah selesai sholat malam?”
“Yaa aku baru saja selesai. Kau terlihat baru bangun tidur apa kau tidak sholat malam?” Harusnya dia paham,ada masa dimana aku tidak bisa beribadah dengan sempurna. Aku hanya diam menjawab pertanyaan itu,semoga dia mengerti.
“Ibu mengirimkan beberapa masakan kemarin,ucapkan terimakasih kepada ibu”
“Ibu? Apa ibu kesana?”
“Tidak,Safaraz datang untuk mengirimkan masakan ibu. Aku merasa sangat beruntung memiliki ibu mertua yang sangat baik dan bijaksana”
Mertua gundulmu.. Astagfirullah
“Memangnya sejak kapan dia ibu mertuamu,kau bahkan belum melamarku?”
“Hari ini aku wisuda. Besok setelah semua urusanku selesai,aku akan datang melamarmu. Setelah itu kita liburan ke Korea untuk mengurus segala hal yang kita butuhkan.”
“APAH?Kenapa mendadak sekali”
“Pak Kyai bilang,lebih cepat lebih baik. Karena itu sekarang sampaikan pada ibu kalau Insya Allah Besok aku akan datang melamarmu,sekarang ada yang harus aku kerjakan”
“Won... Apa kau sudah gila”
Jebreettt layar sudah gelap gulita pertanda panggilan sudah tuntas dan dia sudah menghilang. Apa yang dia bicarakan. Melamar?? Allah,aku tahu hal baik memang tidak boleh ditunda. Tapi dengan sikapnya yang mendadak seperti itu membuat aku matikutu. Hingga sore hari aku masih berpikir keras tentang kata-kata Won. Aku juga tidak mengucap sepatah katapun terhadap ibu. Baik mengenai masakan atau bahkan lamaran.
???????????? jigeum-eun indonesia e iss-eossda Aku di Indonesia sekarang
~Joon Seong
Ini pesan apa yang dikirim? Joon Seong di Indonesia sekarang?. Untuk apa? Wisuda atau untuk yang lain? Won benar-benar membuat kepalaku mighran. Bagaimana kalau dia benar-benar akan datang melamarku? Bukannya aku tidak mau,tapi aku hanya belum siap saja. Semua terasa sangat mendadak.
May I come to your house?
~Joon Seong
Aku tidak bisa mengabaikan pesan yang satu ini. Rasanya tidak sopan jika aku mengabaikan ini semua. Kepalaku terasa hampir pecah.
you can come whenever you want, but since when are you in Indonesia and what happen?
Tidak ada jawaban apapun setelah itu. Won juga tidak menghubungiku sama sekali,sudah ku duga. Ucapannya kemarin pasti hanya mengertak dan membuatku panik saja. Dia memang sangat suka membuatku panik. Baginya rasa panikku adalah lelucon. Abaikan saja semuanya,biarkan deru malam menghapus semua kehawatiran selama sehari ini. taburan bintang dilangit terlihat sedang melukir lirik dan melodi. Desir angin mengalunkan lagu,semerbak malam ini membuatku hanyut mengurai mimpi. Hingga Adhan subuh berkumandang,aku terjaga dari lelap. Segera aku mengayunkan kaki membasuh diri dengan air wudhu dan menuju masjid untuk menjalankan ibadah sholat subuh berjama’ah.
“Laili?” Subhanallah,sudah lama sekali aku tidak melihat sosok gadis ini. Dia juga tidak menghubungiku barang sekali.
“Lai.. yaa Allah kangennya aku sama kamu”
“dusta,sudah berapa lama kau menghilang. Kau bahkan tidak pernah bisa di hubungi”
“Maafkan aku,hari ini aku berencana untuk ke rumahmu. Bagaimana kabarmu?”
Kami mengobrol banyak hal. Rupanya pecinta korea ini sekarang sedang mengandung. Wajahnya terlihat merona saat menceritakan kehamilan pertama itu. Begitupun dengan Ardan,dia terlihat bahagia. Dia masih sama seperti dulu,ramah dan murah senyum. Aku hanya bisa turut berbahagia dengan kebahagiaan Laili ini. Sudah pasti setelah melahirkan nanti dia akan semakin sibuk dengan aktifitas rumahnya. Aku hanya bisa turut berbahagia mendengar dia semakin bahagia.
Bercengkrama seperti ini mampu menghapus rasa rinduku padanya. Seolah mengingatkanku pada masa-masa lalu,saat kami masih berada di rumah yang sama. Tingkahnya yang konyol yang sebentar-sebentar akan menjadi orang aneh saat dia bangun tidur. Laili yang selalu menyajikan tahu dan tempe setiap hari. Juga Laili yang selalu tertidur di depan layar yang masih menyajikan hidangan drama atau apapun yang berbau Korea. Terkadang aku merindukan hal semacam itu. Merindukan saat kami masih belajar dan masih penuh dengan masa bersenang-senang dengan materi pelajaran.
“Apa kalian masih lama?” Ardan mengejutkan kami,sepertinya ini adalah kode agar Laili dan aku segera mengakiri perbincangan kami.
“Lagi pula,dia sudah lama menunggu” Ardan mengarahkan jarinya ke arah yang lebih jauh,hingga dapat terlihat dengan jelas sosok dua orang berwajah asing.
“WON” spontan saja suaraku begitu lantang hingga membuat Laili terjingkat. Aku heran bagaimana bisa anak itu sudah berada disini. Semenara Won dan Joong Seong sosok yang membuatku terkejut itu hanya tersenyum dan lambaian tangan itu. Rasanya ingin sekali aku mematahkan tangannya. Bagaimana bisa dia tersenyum santai sementara aku sudah berkeringat dingin seperti ini. Apa sebenarnya yang ingin dia lakukan?
Tanpa banyak bicara kami sudah berada di depan rumahku. Sementara Ayah dan Ibuku selalu menjadi tuan rumah yang baik dalam menghadapi seorang tamu. Aku harap-harap cemas,takut tatkala dia benar-benar ingin melamar sementara aku belum siap untuk di lamar. Bukan berarti aku tidak mau menikah,usiaku memang matang untuk menikah. Tapi aku merasa harus mengenal Won lebih lagi,apalagi sikap dan sifatnya yang penuh kejutan. Mataku benar-benar tajam menghujatnya,tapi ternyata tidak menghentikan dia untuk berucap.
“Saya akan kembali ke Korea hari ini,perjalanan saya sudah selesai di pesantren “
“Alhamdulillah,semoga pelajaran yang kamu dapatkan selama di pesantren barokah nak”
“Aamiin,karena itu saya meminta restu dari ayah dan ibu agar perjalanan saya selamat sampai tujuan”
“Aamiin”
Alhamdulillah,ternyata dia tidak mengucapkan kata yang membuat keringat dinginku keluar. Sedikit senyum tercuat otomatis tanpa remote. Tapi itu hanya sebentar karena setelah melihat rona bahagiaku,Won mengutarakan kata yang membuatku bagai disambar petir.
“Termasuk perjalanan saya untuk mengarungi sisa hidup bersama Lai. Saya ingin meminta restu kepada Ayah dan Ibu untuk mengarungi sisa hidup saya bersama Lai dengan niat menyempurnakan ibadah kepada Allah SWT. Agar tidak terjadi fitnah,karena imajinasi laki-laki itu tinggi. Saya tidak ingin berimajinasi yang menyebabkan zina. Saya ingin melindungi Lai dari nafsu shahwat yang menyesatkan. Jika Ayah dan Ibu mengijinkan” sejenak kami terdiam,hampir-hampir senada dengan kegiatan mengheningkan cipta. Sementara mataku tidak berhenti bertindak. Kali ini bahkan aku bermain mata dengan Joon Seong,rasanya ingin sekali aku menyentil Won. Tapi tatap mata Won sangat serius menanti jawaban dari Ayah. Kali ini semua mata tertuju padaku. (serasa model__hehehe__)
“Aku tidak bisa mengucap kata apapun untuk memintamu menerimaku. Karena aku tidak ingin dianggap merayu dan memberi harapan palsu. Aku hanya bisa memberimu kepastian bahwa aku benar-benar serius untuk mengarungi hidup denganmu. Aku tidak bisa menjanjikan untuk bisa menjadi imam yang baik,tapi aku pastikan untuk selalu membimbingmu dan selalu membawamu untuk mencari ridho Allah” menurut kalian apa yang bisa aku ucakan dengan pernyataan Won.
“Beri aku sedikit waktu untuk istikhoroh”
“Semua kembali kepadamu,jawab aku saat kau sudah siap. Apapun jawabanmu Insya Allah aku ridho dan ikhlas,karena sebelum aku kemari aku sudah mempersiapkan segalanya” perbincangan kami berakir disini. Kami mengalihkan perbincangan pada hal lain yang berakir dengan kepergian Won. Aku menyaksikan sendiri dua orang ini pergi meninggalkan rumah kami yang sederhana. Rasa haru dan kagum,terlihat dia sudah benar-benar dewasa sekarang. Lebih ramah dan bijak,tidak seperti pertama kami bertemu. Dia adalah orang yang sangat menyebalkan. Tapi hari ini aku melihat dia sebagai orang yang sangat ramah dan sopan.
????????????????, ???????? nae sa-eob-i hangug-e wanseong doen hu jasin-eul jal dol, naneun dol-aol geos-ida jaga diri baik-baik,aku akan kembali setelah urusanku selesai di korea
~Gumiho
Entahlah aku lebih suka untuk membalas chatnya daripada bertatap muka dengannya. Karena setiap aku menerima pesan darinya,aku akan tersenyum bahagia. Aku tahu dia adalah orang yang bertanggung jawab dan sangat kuat memegang kepercayaan. Dia pasti akan kembali,sembari menunggunya kembali aku akan mempersiapkan jawaban yang tepat untuk menyambutnya.
“Hei Lai.. apa kau berencana untuk tersenyum disana hingga tua? Ini sudah waktunya kita pergi ke kampus” Safaraz sudah mulai menjadi beo sekarang. Hampir sama seperti nini-nini yang kerjanya selalu mengomel dengan nada tinggi. Tapi memang benar,aku harus bekerja sekarang.
Segera aku bersiap untuk menjalankan rutinitas seperti biasa. Karena ada masa dimana Lamongan juga bisa menjadi kota yang padat pengendara. Wal-hasil,memang benar. Sudah hampir setengah jam kami terjebak kemacetan jalan yang bisa dibilang besar tapi tidak besar,kecil tapi juga tidak kecil ini. berkali-kali aku menengok jam yang bertengger di lengan kiriku. Tapi kendaraan tetap saja tidak bergerak satu inchi pun. Dering sirine membuat hatiku bergetar,ada apa gerangan? Lalu kenapa hatiku perlahan semakin cemas. Sedikit demi sedikit kendaraan menyibak memberi ruang bagi mobil bersirine ini untuk mencapai tujuannya,dan dengan ini pula sepedah motor Safaraz bisa memiliki sedikit cela untuk bergerak lebih maju kedepan bukan kebelakang __hehe__.
Mataku membulat menyerupai bola pimpong saat melihat mobil berplat aneh di depan mata yang tengah terguling di bibir jalan. Rasa-rasanya aku mengenal jenis itu. Semua semakin jelas terungkap saat proses eksekusi terjadi.
“Joon Seong”kenalku,Safaraz sudah mulai menjejakkan kakinya di aspal hitam.
“Won” ucapku lirih,darah serasa berhenti berdetak. Kakiku lemas tak berkutik,sesekali aku mengucek kedua mataku seolah tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Safaraz sontak menutup mataku,karena dia tahu aku sama sekali tidak pernah berdaya melihat darah. Kami mengurungkan niat untuk menapakkan kaki di halaman kampus. Kami segera mengikuti arah ambulance itu membawa kedua tubuh yang berlumuran darah. Kepalaku terasa pening dan hampir tak berdaya. Sudah lebih dari dua jam dua tubuh itu berada diruang operasi. Tidak seorangpun yang keluar. Entah apa saja yang para pakar kesehatan itu lakukan hingga berjam-jam mereka di dalam tak beranjak sedikitpun.
“Ambil air wudhu dan sholat sunnah,berdoa saja di atas sajadah daripada kamu duduk menunggu sembari menangis seperti ini. Adukan saja semua pada Allah,minta jalan terbaik” Safaraz,dia menatapku lembut dan tegas. Setelah mengusap air mata di kedua pipiku,dia menggantikan keberadaanku di ruang tunggu ini. Aku beranjak sesuai saran dari Safaraz. Hanya ini yang bisa aku lakukan,meminta dan memohon pada Yang Maha Kuasa. Tidak terhitung berapa lama aku bersujud disini. Hingga saatnya Safaraz memanggilku lantaran Operasi sudah selesai. Kedua orang yang tergolek tak berdaya tadi sudah berada di ruang rawat. Kondisi keduanya masih kritis,dokter tidak bisa memberitahu kami kapan mereka akan sadar. Sekali lagi airmataku mengalir begitu saja tanpa permisi. Aku tidak sanggup melihat tubuh Won penuh selang dan kabel seperti itu. Dia,tidak sedikitpun senyum tercuat di bibirnya. Ingat bagaimana dia sangat hawatir ketika aku demam dan bahkan segera memanggil dokter,serta memberiku makan saat itu. Saat aku terbaring sakit di korea,dia satu-satunya yang merawatku penuh perhatian. Joon Seong,ada beberapa balutan kasa di tubuhnya. Dulu dia yang membalut jariku saat teriris pisau,dia juga yang selalu menghiburku saat penat. Orang pertama yang membawaku menyisir jalanan di Korea saat itu. dia yang selalu baik dan selalu menyajikan guyonan yang memancing tawa. Kenapa sampai sekarang dia masih belum bangun dan menyuguhkan humor serta tertawa bersama lagi.
“Allahumma Robbannas, Adz-Hibil Ba'sa Isyfi Antasy-Syafi La Syifa'a Illa Syifa'uka Syifa'an La Yughadiru Saqoman.”
Ya Allah Tuhan dari semua manusia, hilangkan segala penyakit, sembuhkanlah, hanya Engkau yang dapat menyembuhkan, tiada kesembuhan kecuali dari padaMu, sembuh yang tidak dihinggapi penyakit lagi.
Selama satu minggu kedua orang tanpa kerabat ini terlelap,selama itu pula aku dan keluargaku juga paman dan bibi selalu bergantian menjaga keduanya. Tak satupun dari keduanya membuka mata. Do’apun tidak henti kami ucapkan hingga akirnya Joon Seong-lah yang pertama memberikan isyarat bahwa dia ingin membuka mata. Rasa syukur kami panjatkan,setidaknya seorang diantara mereka kini sudah menunjukkan pertanda baik. Lambat laun kesehatan Joon Seong sudah semakin membaik. Hanya Won yang sedikitpun tidak memberi aba-aba. Sudah enam bulan berlalu Won masih belum membuka matanya. Sebenarnya apakah dia sedang mimpi indah,Kenapa betah sekali tertidur?
“Won,apa urusanmu belum selesai? Kenapa kau masih saja tertidur? Bangunlah,jika memang terasa sakit aku akan membantumu agar kau tidak lagi merasa sakit. Aku bisa berbagi denganmu,aku janji akan selalu berbagi bukan? Jadi bangunlah sudah seratus sembilan puluh tiga hari kau tertidur. Apa saja yang kau kerjakan disana?” Yaa Allah,entah bagaimana aku harus meminta. Harus bagaimana aku memohon,kenapa dia tidak kunjung bangun. Aku ingin menceritakan segala hal padanya. Setidaknya aku ingin dia mendengar celotehanku. Tidak masalah jika dia kembali menjadi orang yang mengesalkan,asalkan dia sehat dan baik-baik saja.
“Lai” Joon Seong sudah bertengger disampingku.
“I hope this is not a dream Aku harap ini bukan mimpi”
“what do you mean? Apa maksudmu?”
“Won... “ jari telunjuknya tertuju pada.
“Won.. dia bangun,aku akan panggil dokter”
Sekejab tubuhku terasa memiliki seribu kaki. Aku menuju ruang dokter dan memintanya untuk memeriksa keadaan Won. Semua memang baik-baik saja,tapi senyumku terhenti sesaat lantaran dia mengutarakan satu kalimat.
“???????, ?????????dangsin-eun nugu imyeo, wae naega yeogi ibnikka? Siapa kalian dan kenapa aku disini?”
Yaa Allah,aku memang mengharapkan dia bangun dan baik-baik saja. Kali ini dia memang terbangun,tapi dia terbangun tanpa ingatan apapun. Subhanallah,aku tidak mengerti misteri apa yang sedang Allah berikan ini ? Hari berganti hari kami memastikan won memiliki fisik yang kuat hingga bisa mengarungi hari-harinya dengan baik,walau tanpa ingatan. Sungguh besar kuasa Allah,karena meski tanpa mengingat siapa kami,dia masih mengingat agama dan ibadahnya. Joon Seong memutuskan untuk membawa Won kembali ke korea. Dan atas ijin kedua orang tuaku,aku juga mengikuti kedua pemuda ini. Niatku hanya membantu Won untuk mengembalikan ingatannya. Semua kembali seperti pertama kali aku tinggal di korea. Tapi kali ini,aku tidak tinggal di rumah mewah yang dulu sempat ku tinggali. Meski demikian,aku masih bisa mengawasi Won dari kedekatan. Bahkan setiap hari aku juga mengajaknya menikmati makanan buatanku. Berkebun dan hal apapun yang pernah kami lewati saat kami bersama dulu. Semua itu di usahakan untuk membangkitkan kembali ingatan Won. Saat ini memang belum berhasil,tapi kedepan pasti akan berhasil. Jika aku tetap berusaha keras dan berdo’a tanpa mengeluh,hasilnya pasti akan baik. Karena tidak ada hasil yang menghianati sebuah usaha. Keseharian kami hanya sibuk dengan kegiatan-kegiatan kecil.
“?????????? ?????????????????????? jeonghwaghi nugunji gung-geumhae? naneun dangsin-ege aju gakkai neukkimgeuleona naneun wae molla?Aku penasaran siapa sebenarnya kamu? Aku merasa sangat dekat denganmu,tapi aku tidak tahu kenapa?” saat mendengarnya bicara demikian membuatku terdiam dan ingin menangis. Apa seharusnya saat itu aku menerima saja lamarannya dan memintanya untuk tetap disisiku agar tidak terjadi kecelakaan itu? Aku serasa menyesali kejadian pagi yang menyesakkan.
“??????????????, ?????????????dangsin-eun geuga nugu-inji gieoghandamyeon , dangsin-eun jigeum naleul jug-il geos-ibnida Kalau kau ingat siapa dia,kau pasti akan membunuhku sekarang”
“?????????? geu iyu geuneun nugu-inga?Kenapa? Memangnya siapa dia?”
“??, ???joon Seong hajima Joon Seong,hentikanlah”
“maybe jealousy makes him back Mungkin cemburu membuatnya ingatanya kembali” dia berbisik lembut nyaris seperti sepoi angin pantai
“What jealousy have that much power? Apa cemburu memiliki kekuatan sebesar itu?”
“If love has great strength so that makes it a Muslim and studied religion this deep, jealous why not? Kalau cinta punya kekuatan yang hebat hingga membuatnya menjadi muslim dan mempelajari agamamu sedalam
ini,kenapa cemburu tidak?”
“?????? museun soli ya?Apa yang kalian bicarakan?”
Kami hanya kompak mengangkat bahu dan kembali menyantap hidangan yang ada. Kami sudah kehabisan cara untuk memancing ingatannya,tapi masih saja dia belum mengingat apapun. Membawanya jalan-jalan,bahkan sesekali sempat terbesit dalam rencana kami untuk membuatnya terbentur. Kalian tahu kan bagaimana mengesalkan sikap Won,nah saat itulah rasanya ingin sekali tangan ini membuat kepalanya terbentur dengan keras agar ingatannya kembali lagi. Astagfirullah...
“?? .. ???ibwa .. iliwa Hei.. Lai.. kemari”
“??? museun?Ada apa?”
“??????, ?????naega naj-jam sip-eo , nae bang eul cheongso Bersihkan kamarku,aku ingin tidur siang”
Aku hanya menuruti saja apa yang dia ingin. Selama seharian aku mengerjakan hal-hal kecil di rumah ini serta malam hari aku akan menikmati taburan bintang. Won yang lembut walau dingin,masih saja menyempatkan diri untuk menemaniku menikmati taburan bintang malam.
“????????????????? dangsin-eun ajig amugeosdo gieog haji anhneunda? Apa kau masih belum ingat apapun?”
“??, ???????????. ??????????? ani, nan geunyang dangsin e gakkaun neukkim . dangsin-eun gajog i issseubnikka?Belum,aku hanya merasa dekat denganmu. Apa kau keluargaku?”
“??ani Bukan”
“?????????????????????wae naneun gyeolko yeogie nawa hamkke dangsin do joh-eun ogo issda Kenapa kau mau menemaniku disini,aku bahkan tidak pernah baik padamu” aku hanya diam. Aku juga tidak tahu kenapa aku bersedia untuk menemanimu dan membantumu untuk mengingat lagi.
“????????????????????. ???????????????????????. ???????????????????????????. ??????????????????????????????????? dangsin-eun naega ul gyeong-ue dangsin-i ol geolago yagsoghaessda. naneun ulji anh-eul iyu neun dangsin-i chungbun gwaenchanh-a algo issseubnida. nan dangsin-i na-e daehae amugeosdo gieog gidae wae jigeum geuleona naneun moleunda. dangsin-eun geuui gieog eul ilhgo iss-eo naega simgaghage ma-eum e iss-eossda gyeolko gieog haji anhneun gyeong-u? Kau pernah berjanji padaku,bahwa kau akan datang jika aku menangis. Karena itulah aku tidak pernah menangis,mengetahui kau baik-baik saja itu sudah cukup. Tapi aku tidak tahu kenapa sekarang aku mengharapkan kau ingat apapun tentang aku. Saat kau hilang ingatan dan tidak mengingatku,apa aku tidak pernah serius berada di benakmu?” tatapannya menyelidik seolah bertanya,aku hanya diam dan diam saja. Kenapa sampai terpikir di benakku untuk mengucapkan kata ini?
????????????????, ????????. ??????????????????????. ???, ????????, ?????????????. ??????????????? ??????????????? ?????????????, ?????????????????????. ??????????naega ijhyeo jil sueobsneun chueog-eul mandeulgo sip-eo , dangsin eul joh-ahabnida. nan hangsang hangsang yeop eseo misoleul hal su dangsin-eul dolbwa hago sipda. eoneu nal , dangsin-i eodie issdeun , han ulineun gat-eun haneul eulbogo issda. naega dangsin-eul geuliwo hal su issseubnikka? dangsin-eul saeng-gag hago dangsingwa hamkke huimang ? dangsin-eul wihae ganeunghan doego nan hue, naneun dangsin-i ihaehal su-issneun eon-eolo malhal su issseubnida. naneun dangsin-eul salanghabnida Aku menyukaimu,aku ingin membuat kenangan yang tidak bisa dilupakan. Aku ingin selalu menjagamu dan selalu bisa tersenyum di sampingmu. Suatu hari dimanapun kamu berada,selama kita menatap langit yang sama. Bolehkah aku merindukanmu? Memikirkanmu dan berharap untuk bisa bersamamu? Setelah menjadi yang layak bagimu,aku akan mengatakan itu dengan bahasa yang bisa kamu mengerti. Aku mencintaimu
Aku ingat dengan jelas bagaimana dia mengucapkan kata itu,sementara aku memasang wajah tidak polos seolah tidak mengerti apa yang dia katakan. Dan wajah seriusnya di bandara,serta wajah terkejutnya saat mengetahui aku mengerti dan bisa berbicara bahasa korea.
?????, ?????. ???, ???????. ????????????, ?????????????????????????? geongang-eul yuji , jal salgoissda. an apeun , ul gyeolko gyeolko seulpeun . naneun dangsin-i ul gyeong-u ol geos-ida , geulaeseo dangsin-i na-ege gidae haji anhneun gyeong-u geugeos-eulhaji anhseubnida Jaga kesehatan,hiduplah dengan baik. Jangan pernah sakit,jangan pernah bersedih dan jangan pernah menangis. Aku akan datang jika kamu menangis,jadi jangan lakukan itu jika kamu tidak mengharapkan kedatanganku
“Arght” jeritannya menyadarkanku. Ku lihat dia memegangi kepalanya.
“???? gwaenchanh-a ?Kau baik-baik saja?”
“??????meoliga apassda Kepalaku terasa sakit”
“?????, ????????? ulineun neujge , dangsin eun geugeos-eul kkael jean Sebaiknya kamu istirahat saja,ini sudah malam “
Aku bangkit dari tempatku dan mengayunkan langkah untuk berlalu. Sebenarnya aku hanya ingin menutupi rasa sedihku darinya. Aku sudah mulai lelah berharap,sebenarnya apa yang bisa membangkitkan ingatannya lagi? Semakin aku mencari semakin aku tidak menyadarinya. Hingga malam memanjakan tubuhku dengan buaian mimpi,aku terjaga tepat di pertigaan malam sesaat setelah alarm phonecell ku berdering.Usai menjalankan ibadah sholat malam,terbesit dalam benakku untuk mencari mengenali rumah ini. Bisa di bilang sengaja atau tidak sengajapun bisa. Aku hanya berusaha mencari hal yang bisa mengembalikan semua ingatan Won. Satu demi satu,laci demi laci dan sudut demi sudut aku memeriksa semua cela rumah ini. Sebelumnya Won memang tidak pernah mengijinkan aku untuk memasuki rumah ini,aku berharap dia menyimpan sesuatu yang nantinya bisa menggugah memori ingatannya.
Bismillahirrohmaanirrohim,
Aku hanya berniat baik untuk tindakan ini,ku buka gagang pintu kayu berwarna pekat ini dan terkesima mataku sesaat. Kamar ini bersih dan rapi. Tatanan furniturenya sangat menyejukkan. Di sudut kamar ini ada sesuatu yang tertutup kain. Aku hafal itu jenis kain batik pekalongan,sedikit ku sentuh dan demi menghapus rasa penasaran ku sentuh serta kurasakan permukaan kain asli Indonesia ini. Tapi yang membuatku semakin ingin tahu adalah saat ku sentuh,kain ini seolah memberi sedikit ruang untuk lebih. Kusibak sedikit dan rasa penasaran itu semakin besar. Ku akiri rasa tidak enak ini dengan membuka seluruh permukaan kain ini.
“Aku?” aku melihat gambaran diriku sendiri disini. Sejak kapan Won menyimpan semua ini. Ada secarik kalimat di bawah lukisan ini.
“????????????, ????????????naneun dangsin-i naege ol mandeulgeoya , daegi nawa hamkke haengboghaessda geoyaAku menunggumu,akan kubuat kau datang padaku dan bahagialah bersamaku”
Semakin aku menyelidik. Jika memang ini karya yang berarti harusnya ada tanggal pembuatan. Tapi tidak mampu aku menemukan tanggal pembuatannya. Dimana sebenarnya dan kenapa dia membuat semua ini. lantaran sudah kepalang mencebur untuk mengetahui rahasia orang lain. Aku semakin menjadi. Ku periksa helai demi helai berkas yang ada di meja,laci dan semua yang bisa menjawab pertanyaanku. Lagi-lagi kudapati fotoku beserta berkas-berkas apa ini?. Aku tidak terlalu paham apa yang tertulis tapi menurutku ini seperti formulir pendaftaran mahasiswa baru,karena diatas ada nama Universitas tempat aku belajar di Korea. Semua berkas ini adalah berkas-berkasku,kenapa dia memiliki ini semua? Selain itu ada juga bukti pembayaran iuran bulananku,lalu kenapa? Bukankah aku ke Korea dengan bantuan beasiswa?
Segera aku menghubungi orang yang sangat aku hormati di bangku perkuliahan,siapa lagi kalau bukan Rektor kampus lama tempat aku dan Laili selalu melakukan ini dan itu. Belum juga panggilanku mendapat jawaban,terdengar suara ketukan pintu dari luar. Aku segera beranjak dan memeriksanya.
“?, ?????? ????????????????? won , jogi museun i ? dangsin-eun hyeongijeung-i mueos eul saeng-gaghasibnikka? Won,ada apa sepagi ini? apa kau merasa pusing?”
“??, ??????????????? ani, dangsin-eun geolileul hamkke hal su issseubnikka? Tidak,bisakah kau menemaniku jalan-jalan?”
“??, ?????????joh-a, naneun jjalb-eun jaekis halgeyo Baiklah,aku ambil jaket sebentar”
Raut wajah Won tidak sama seperti biasanya,dia terlihat sedang bertanya-tanya namun enggan untuk bertanya. Aku hanya mengikuti saja kemana dia berjalan. Kami juga berhenti disebuah tempat yang menjajakan aneka macam minuman hangat. Dia memesan dua gelas minuman hangat dan lekas berjalan kembali menyusuri jalanan rapi kota ini.
“?,,? ... ????, ???????? a ,, i ... yeogi jamkkan , naega geogi iss-eulgeoya Oh,,itu... kau tunggu disini sebentar,aku akan kesana”
“??? eodi ? Kemana?”
“???, ???????? geogie, geunyang yeogiseo gidalyeo Kesana,tunggu saja disini” tanpa mendengarku kali ini dia menyebrang jalan dan menuju sebuah kotak berwarna merah. Yaa Allah telephone umum,apa dia tidak membawa phone cell. Jadi untuk apa dia masuk kedalam kotak itu? sudahlah lupakan saja,dia memang aneh dan semakin aneh karena semua ingatannya hilang. Bongkahan hitam pekat dengan layar mini dalam sakuku berdering sekarang.
“Hallo,Assalamualaikum”
“Wa’alaikum salam,Lailatul Qadartiana” Won,ini suara Won. Mataku menelusup kedalam celah kotak merah itu.
“???????????? wae dangsin-eun naleul buleugoissda ? Kenapa kau menelponku?”
“Jadi begini rasanya menggunakan telephone umum dikorea”
“Apa?” aku masih belum mengerti apa maksudnya,sedangkan dia hanya tersenyum sembari mengangkat gelas berisi minuman hangatnya. Aku mulai berpikir,memangnya ada apa? Tapi tunggu,dia baru saja bicara dengan bahasa Indonesia. Dan minuman,minuman yang aku minum ini adalah
Green tea
Yaa Allah,iya ini Green tea. Bagaimana bisa dia tahu aku suka minum green tea di pagi hari? Astagfirullah, kejadian ini hampir sama dengan kejadian hari itu. Waktu itu aku yang masuk kedalam kotak telephone umum dan menjajal telephone umum dengan mengirim panggilan ke nomor telephonenya. Subhanallah,apakah dia..
“Lai,?????? dangsin-eun nae kkeoya Kau Milikku”
“Won,kau..”
“Aku sudah mengingat semuanya,jadi bagaimana? Apa kau menerima lamaranku?”
“Subhanallah,Allah hu Akbar...”
“Apa kau menerima lamaranku?”
“Kemarilah,akan ku beri kau jawaban”
“katakan padaku sekarang,kau tahu betapa menyakitkan aku mengingat semua ini?”
“Kalau begitu kemarilah,bukankah kau ingin bertemu kedua orang tuaku?”
“Kau mau atau tidak Lai”
“InsyaAllah aku bersedia”
“Alhamdulillah,aku mencintaimu karena Allah” segera dia menutup panggilan dan menuju padaku.
“WOONN”
Astagfirullah,hampir saja dia tertabrak mobil. Dia membuat jantungku hampir copot. Beruntung dia lolos dari kejadian itu,aku tidak bisa melihat hal buruk terjadi lagi. Senyumnya berkibar indah sembari memberi isyarat padaku untuk sabar menunggu.
“Tunggu aku,aku mencintaimu”
Aku hanya tersenyum malu melihat tingkah darah korea ini. Dirasa cukup aman,kakinya kembali mengambil langkah untuk menujuku. Senyumnya masih berkibar sepanjang itu,dengan cara berjalannya yang penuh wibawa. Aku sungguh kagum padanya,calon imamku. Tapi saat suara decit rem kendaraan bergesekan dengan aspal hitam nan luas ini. Aku tercengang menyaksikannya,tidak sepatah katapun terlontarkan. Sementara tubuh Won melayang bak kertas kersambar angin. Sesaat kemudian tubuhnya sudah mendarat di lantai hitam pekat ini. Kakiku bergetar tak dapat bergerak satu inci pun. Aku melangkah tertatih meraihnya. Darah segar kental itu mengalir deras dari kepala dan seluruh tubuhnya. Hingga tak terhitung lama,semuanya menyatu dengan aspal hitam. Aku hanya bisa melihatnya menggerakkan jemarinya dengan getaran yang berat. Tangisku menetas disisinya,haruskah aku memperhatikan sopan santun kali ini?
“won” ku beranikan diri bersuara lirih.
“Wo.. Won” kali ini suaraku semakin tak terarah. Sementara dia hanya diam dan diam tak bergerak sedikitpun.
“WWOOOONNNNN”
Maafkan hamba yaa Allah,kali ini hamba tidak bisa begitu mudah melepaskan dia. Hamba harus sedikit protes dengan tangisan. Dia baru saja mengingat semuanya,hamba masih ingin menanyakan segala hal padanya.
Aku ingin bertanya kepadanya,kenapa dia melakukan semua ini?. Kenapa dia menutupi rahasia sebesar ini dariku?
Untuk pertama kalinya dia datang ke Indonesia mengisi kuliah tamu di kampusku. Entah apa yang membuat dia tertarik untuk memperhatikanku. Dia melihatku keluar dari Mushollah kampus kemudian aku melontarkan senyum padanya guna sopan-santun. Sejak saat itulah dia tertarik untuk mengetahui semua hal tentangku. Dia yang mengatur semua seputar pendidikanku. Aku yang tiba-tiba harus pergi ke Korea,tidak lain karena permintaannya kepada Tuan Rektor. Dia mengutarakan maksudnya pada Tuan Rektor sehingga terjadilah kerja sama yang menghasilkan keberangkatanku ke Korea.
Waktu itu di bandara,dia datang sejak awal. Dia mencari tempat dimana dia bisa melihatku keluar dari sarang dan menyapa udara Korea. Dia bahkan merekam kedatanganku dalam sebuah potret. Dia berusaha mengatur nuansa hatinya yang bergejolak untuk menemuiku. Sebisa mungkin dia berusaha tidak terlihat sedang mengharapkan perhatian seorang wanita. Dia terbuai dalam pesona wanita,hingga tidak lekas menyapaku dan hanya mengikuti kemanapun aku pergi. Bahkan dia memperhatikan gerak-gerikku saat menghubungi keluargaku kala itu. Setelah mengakiri video call,aku memang kedinginan. Bahkan sempat menggosok-gosokkan tangan sekedar menciptakan kehangatan. Dia melihat itu,dan bergegas mencari minuman hangat kemudian menemuiku dan berpura-pura baru datang serta segera membawaku pergi dari sini. Tapi,dia terkejut ketika dia kembali dengan minuman hangat tapi tidak mendapati aku ti tempat semula. Dia bingung dan berlarian mencariku ke semua sudut. Tapi tidak menemukan jejakku,dia panik dan sangat ketakutan sehingga dia memutuskan untuk pergi ke lobby informasi untuk memanggil namaku. Tapi karena aku tak kunjung datang,dia masih berlarian untuk menelusuri tempat ini. Dan saat dia menabrakku,sorot matanya memang beraneka ragam. Rasa hawatir,marah dan lega tercipta jadi satu. Dalam hati dia berkata.
“?? ?? ??? ?????neoleul chaj-eun hananim gamsahabnida. Syukurlah aku menemukanmu”
“?? ?? ???? ??? ?. ???. naega neoleul sangcheojuge mandeul-eoss eo. mianhae. Aku membuatmu terluka,Maafkan aku”
“ uh sorry,don’t touch me. I’am a moslem maaf jangan sentuh saya,saya orang muslim“ kataku sembari menarik kaki kananku yang teramat sakit ini.
Tapi sebisa mungkin dia berusaha menutupinya rasa hawatirnya dariku. Dan saat itu ketika dia tidak tahu cara untuk memperkenalkan dirinya padaku,dia memilih cara untuk meminjam pasportku.
"sorry, can I see your identity? I'll meet you at the hospital later when I find someone who I'm looking for Maaf, saya bisa melihat identitas Anda? Aku akan bertemu Anda di rumah sakit kemudian ketika saya menemukan seseorang yang saya cari"
"oh well, I was also the first time here and did not know anyone, did not know any direction. So can you help me later? oh baik, saya juga pertama kali di sini dan tidak tahu siapa pun, tidak tahu arah. Jadi Anda dapat membantu saya nanti?"
Kemudian dia berpura-pura marah agar tidak terlihat bahwa dia sudah menungguku sejak subuh.
Aku ingat betul wajahnya kala itu.
"??, ?????? ????????????. ???????????????. ???????????????????????????ibwa , eodi gass-eoss eo? naneun jeong-o buteo gidaligoissda . nan eul chajgi wihae gonghang juwileul hoejeonhanda. jeongboui kaunteoeseo ileum-eul hochul hajiman dangsin-eun pyosidoeji anhseubnida hey,kemana saja kau? Aku menunggumu sejak tadi siang. Aku bahkan berputar mengelilingi bandara untuk mencarimu. Memanggil namamu di loket informasi tapi kamu tidak muncul"
Ternyata semua itu sudah direncakan dan sudah dirancang dengan baik. Dia hanya ingin dekat denganku,dia hanya ingin aku memiliki pengalaman lain yang tentu sangat baik untuk masa depanku. Meski berulang kali dia harus menutupi gejolak dalam dadanya. Seperti saat aku menghampirinya dengan dua piring masakanku malam itu. Dia melihatku sebelum aku mengetuk pintunya
“?? ??? ??. ???????? geuneun yeogie wass-eo. eotteohgehaeyahaji? dia kemari,apa yang harus aku lakukan? “ Dia bingung dan berusaha menata hati. Meloncat-loncat kecil bak anak TK mencari cara bagaimana harus bersikap didepanku.
“?? ??? ??? ?? ??? ????? ??. neoui yolineun mwoni? naneun geugeos-eul siheomhaebogo sipda Apa itu masakanmu? aku ingin mencobanya “
“??, ?? ? ???. ani, hwalyeo hae boinda. tidak,itu terlihat mencolok “
“?? ???, ??? geuga tteonass-eo, eottae? oh dia pergi,bagaimana ini?”
Kemudian dia keluar dengan sikap dingin dan arogannya itu.
"Whats wrong? Ada apa?" Wajahku berbinar mendengar suaranya,dia membuka pintu dan menampilkan diri. Aku segera menunjukkan apa yang berada di kedua tanganku,serta menawarkan kepadanya.
"I cook it, you want to try? Aku memasak ini,kamu ingin coba?" Entah mengapa,aku sangat bahagia saat menawarkan masakanku malam ini.
"Whats it good? I'm afraid of poisoning Apa itu enak? Aku takut keracunan" Aku hanya diam tidak menatapnya.
Namun,dengan cepat dia sudah berada dihadapanku dan mengambil alih kedua benda di tanganku.
"This Indonesian recipe? Ini resep orang Indonesia?"
"yes ya" Aku sudah tidak bersemangat menjawabnya,dia selalu memiliki wajah yang sama. Sama seperti udara di Korea.
"I will try akan aku coba" dia kembali berlalu membelakangiku.
"hey, what's your name? hey,siapa namamu?"
"Won"
"hah,Won ?"
"BRAAKK !!" dia sudah menutup pintu sementara aku masih menatapnya. Sungguh orang ini tidak punya etika.
Tapi siapa yang menyangka dia berada di belakang pintu dan berdiri bersandar menghembuskan nafas lega.
“??? ??? ?? ?? ???. naneun-i gihoeleul geoui ilh-eo beolyeossda. hampir saja aku kehilangan kesempatan ini “ Dia menghirup aroma masakanku dengan rasa bahagia,bergegas menuju meja dan menatap masakan seolah menatap manusia.
“??! ?? ?? ? ???, ?? ???. ??????? ??? ???? ???? ????. ?? ??. joh-a! geuneun yoli hal su-iss-eo, joh-a boinda. meog-eoyahabnikka? igeos-eun aleumdabgo jungdaehage boibnida. aju joh-a. hebat ! dia bisa memasak,kelihatannya enak. haruskah ku makan? ini terlihat cantik dan hebat. sangat hebat.” Dia tersenyum-senyum bak orang kasmaran.
Juga saat aku pergi bersama Joon Seong malam itu,dia berjalan mondar mandir dengan pola pikir tak keruan lantaran aku belum juga kembali. Dia bahkan rela menembus hujan untuk mencariku saat aku berusaha menemui Lee Jong Suk. Dia juga mencari tahu semua tentangku dan diam-diam berkenalan serta menjalin hubungan baik dengan Safaraz. Dia sudah berencana untuk membuatku bisa memandangnya dan mengijinkan dia untuk hadir mengisi hari-hariku. Tapi rencana hanyalah sebuah rencana. Karena apapun imajinasi kita untuk masa depan,tetap hanya Allah yang menentukan. Dan saat dia berhasil menggutarakan hasratnya untuk menjalin hubungan denganku. Tuhan berkata lain,DIA berkata bahwa Won haus pergi jauh dariku. Sejauh mungkin hingga tak bisa lagi kuraih. Entah kelalaianku atau khilaf yang tak termaafkan,sehingga DIA harus membawa Won beranjak sangat jauh dariku hingga tak bisa kembali..
“WOOONNN”
Hanya airmataku yang menyatu dengan tetesan darahnya di jalanan ini,kotak merah di seberang jalan itu menjadi saksi hanya membisu. Sementara angin bertiup mencoba menghiburku. Tapi tidak satupun bisa membuat Won kembali membuka matanya. Haruskah aku kehilangan saat aku baru saja ingin memulai hidup dengannya? Aku mengharapkanmu Won,Aku juga tertarik padamu.
---- THE END---