Prolog
"Sayang...sayang...cepat bangun" ujar mami membangunkan aku yang sedang tidur enaknya diatas tempat tidur.
"Ehm...mi aku masih ngantuk..." gerutuku, mendengar panggilan mami yang berulang kali membangunkan aku. Tapi mataku sangat berat untuk dibuka.
"Memangnya hari ini kamu tidak kuliah..." mami berseru, dan serentak aku langsung terbangun dari tidurku. Bukan hanya membuka mataku...tapi aku terlonjak saat melihat jam sudah menunjukan pukul 09.00
"Ya ampun...aku telaaatt..." sahutku, langsung bergegas dari ranajng menuju kamar mandi.
Haduh...lagi-lagi aku harus telat...ini karna aku semalam pulang sangat larut, dan tidurpun terlalu lelap. aku sampai keiangan begini,
Aku langsung saja mandi segera dan bersiap-siap akan pergi kekampus hari ini.
"Terlambat lagi dia?" Papi yang sudah dimeja makan saja pun berkomentar, melihat tingkahku yang bisa ditebak tiap harinya.
dan mami hanya menggeleng-geleng saja, karna aku yang memang sangat susah di nasehati.
"Pagi pi, mi," aku turun dari kamarku yang berada di lantai dua, menyapa papi mami yang sudah berada dimeja makan. Sambil mengecup pipi mereka,
"Ya...ampun" papi berseru saat matanya melihat penampilanku yang mungkin tampak kaget. "Silly kenapa pakaianmu begitu"
"Kenapa pi, papi terpesona ya, ngeliat putri papi cantik" aku sedikit bergaya didepan papi, yang justru papi malah melongo melihatku.
Papi geleng-geleng melihat aku mengenakan kaos berlengan pendek, dengan rok pink yang ketat hanya sebatas lutut, ditambah wajahku yang sudah berias sangat menawan.
"Kamu, kuliah dengan pakaian seperti itu, dan make up seperti itu"
"Iya donk...hari ini harus tampil cantik didepan dosen pi . Karna hari ini ada ujian...biar lancar" aku terkekeh, sambil menyumut roti yang sudah disediakan mami diatas piring. "Aku berangkat ya pi, mi"
Padahal papi masih mau bicara, dan matanya masih melongo padaku. Tapi aku gak mau dengar ocehan papi. Aku pamit lalu pergi begitu aja.
"Silly, tunggu...papi belum selesai bicara. Hei...kamu jangan pulang malam lagi ya" sorak papi memanggilku. Tapi aku gak merespon, aku langsung saja pergi menuju garasi. dengan menaiki mobil jazz favoritku, aku pun pergi melaju menuju kampusku.
Kampusku yang sangat ternama di jakarta ini termaksud kampus vaforit dikalangan elit, ya jelas saja karna ayahku adalah seorang pengusaha terkenal dan tersukses dan aku putri satu-satunya yang paling disayanginya. Sejak kecil Apapun yang aku inginkan selalu diberikan. sampai aku merasa tidak pernah kekuarangan sedikitpun.
Aku saat ini mengambil jurusan bisnis, itu karna aku terpaksa, ayah yang ingin aku bisa melanjutkan usahanya kelak. Tapi ya sudahlah...itu gak masalah. Karna aku selalu have fun menjalani kehidupanku. Aku bisa melakukan apa yang aku suka dengan teman-temanku tanpa memikirkan beban dari permintaan papi ini.
Aku duduk dibangku meja terdepan diantara mahasiswa lainnya, dan benar perkiraanku, dosen yang sedang mengawasiku saat ini sedang meliriku. Tentu saja karna aku memiliki wajah cantik dan berpenampilan menarik. Siapa sih yang gak tertarik dengan aku, semua cowok yang aku temui selalu berlomba-lomba ingin mengencaniku...ehm rasanya aku itu seperti putri cantik dari cerita dongeng.
Aku memainkan mataku pada dosenku yang sedang memperhatikanku, dan ia langsung menghampiriku. Menyelipkan aku selembar kertas ketanganku.
Wow...dia seperti mengerti isyarat yang aku berikan. Lembaran kertas itu aku buka...tentu saja itu jawaban essay yang sedang aku kerjakan. Aku tampak girang, tak ragu untuk menjawabnya.
Hem...mudah sekali ya! Mengerjakan ujian, tidak apa lah...kencan dengannya. Anggap saja itu bonus untukknya. Seorang bujangan yang sudah berumur kepala tiga...aku terkekeh menahan tawa. Sambil mengerjakan soal.
dan ini bukan sekalinya aku terselamatkan dari soal ujian yang melelahkan.
****
"Hah..kencan dengan pak muldi lagi" ujar sahabatku vera, siang ini saat istirahat kedua teman baikku sedang mendengar ceritaku. berada didalam kafe yang masih berada diarea kampus,
"Bukan pak muldi tapi mas muldi" sahutku, dan kami tertawa. Karna memang dosen ku itu masih bujangan.
"Ya...ya terus gimana" tanya siska temanku yang paling agak cerewat ini selalu kepo, kalau ada kejadian yang menurutnya sangat seru.
"Ya seperti biasa, pergi makan malam. Terus pura-pura sakit perut...terus aku tinggal deh" celetuk ku, mereka berdua makin tertawa. Karna itu bukan sekalinya aku seperti itu, kadang juga setalah aku bosen pergi kencan dengan cowok selalu aku tinggal begitu aja...
"Wah, teman kita silly ini emang aneh yah...ada banyak cowok yang deketin tapi malah disia-siain begitu aja" ujar vera.
"dosen pun berhasil digodanya" tambah siska
Aku hanya tersenyum, "mereka semua itu membosankan, dan gak ada yang buat aku tertarik"
Baru kami membicarakan hal itu, seorang pria datang menghampiri. Dengan dua temannya. penampilannya sangat cooll dan keren, tentu mereka bertiga cowok-cowok tajir yang cukup terkenal dikampus. Tapi sayang aku tidak cukup tértarik.
"Sil, malam ini kita jalan yuk" dia bicara padaku dan mengajakku pergi malam ini, cowok yang selalu berusaha mencari perhatianku. Rendi namanya. Aku memainkan jentik tanganku sedikit mempetimbangkanya.
"ehm...Aduh sorry ren, malam ini aku ada janji dengan yang lain"
"Apa!?" Rendi tampak kaget mendengar jawabanku, "siapa? Siapa yang beraninya ngajak kamu jalan"
"Siapa aja itu bukan urusan kamu kan" ujar ku sambil tertawa lirih, "ayo say..kita pergi" aku memanggil kedua temanku untuk pergi.
"Sill...silly" rendi masih memanggilku, karna aku mencuekinya. ia mengejarku dan berusaha menahanku pergi. "sil ayolah jangan gitu denganku, kamu tau kan banyak cewek-cewek disini yang mau ngajak aku jalan. tapi aku cuma mau sama kamu aja"
ehm, dengan pedenya rendi bicara begitu. ya tau sih karna dia itu cowok keren dan tajir dikampus jadi semua cewek pasti tertarik dengannya.
"oke nanti aku pikirin lagi" jawabku sambil mengibaskan rambutku yang terurai panjang, dan kemudian melanjutkan melangkah.
dan jawabanku itu membuat rendi senang untuk sementara agar dia tidak menggangguku hari ini
"Wah, sil kamu bener-bener nolak cowok sekeren dia dikampus ini" Ujar vera makin bingung denganku.
"Itu langkah awal buat naklukin cowok, pertama buat dia penasaran dengan kita. Selanjutnya dia pasti akan terus-terus ngejar kita." Ujarku dengan gaya manis. dan Mungkin bisa menjadi pelajaran untuk kedua temanku ini.
****
Ah, Akhirnya selesai juga mata kuliah yang aku ikutin hari ini, aku harus siap-siap prepare untuk hunting malam ini dengan kedua temanku. Kali ini mungkin tempat diskotik yang menarik untuk malam ini.
Aku pun segera bergegas, beranjak dari dudukku kemudian keluar dari ruangan kuliahku.
Baru aku melangkah keluar, aku hampir berpapasan dengan dosenku pak muldi yang berjalan kearahku.
dan aku langsung teringat sore ini kan aku menjanjikan dia kencan. Haduh aku harus menghilang sebelum ia melihatku,
Pak muldi melangkah menuju ruanganku, tapi tidak melihat aku. karna aku diam-diam menyelinap dari kerumunan orang yang juga keluar dari kelas.
Barulah saat sudah jauh, aku lari keluar dari sana. Aku harus menghindarinya untuk hari ini Dan pura-pura lupa kalau besok bertemu dengannya. tapi untuk sekarang aku harus kabur,
Tapi...loh...kenapa tiba-tiba turun hujan. Disaat langkah lariku sudah mau menuju parkiran mobilku. Kenapa jadi turun hujan, dan hujannya makin deras.
Langkahku jadi beralih, mencari tempat teduh. Dimana saat itu ada bangunan yang tak jauh dari jarakku. Kakiku pun mengarah ketempat itu.
"Hah.." setelah aku tiba dibawah rumunan atap, akhirnya aku bisa terhindar dari hujan. Hanya saja baju dan rok yang aku kenakan jadi basah. Tapi aku gak mau menerobos hujan yang deras bisa-bisa aku jatuh sakit dan rencana nanti malam jadi gagal.
Tapi aku sebenarnya ada dimana ya? Aku celingak-celinguk melihat sekitar. Sepertinya tampak sepi ditempat ini. dan aku gak tau tempat apa yang aku singgahi.
eh Tapi....ternyata tidak sepi. Aku mendengar suara seseorang.
"Fabiayyialla'irabbikuma tukaziban..." seorang pria duduk bersimpuh sedang mengaji didalam ruangan.
"Suara apa itu?" Aku mendengar seseorang melantunkan bacaan yang aku tidak mengerti. Dan Aku semakin melangkah lebih dekat untuk melihatnya.
"Rabbul masyriqaini warrabul magribain, fabiayyi alla'rabbikuma tukaziban"
Rasanya begitu tenang sekali mendengarnya, bacaan apakah itu. Kenapa mendadak hatiku merasa sangat nyaman. Dan aku serasa tidak mau beranjak dari tempat ini, bahkan aku jadi memperhatikan pria yang duduk membelakangiku, suaranya terdengar begitu indah dan merdu. terus membacakan bacaan yang aku tidak mengerti apa itu.
"Shadaqallahul azim" ia mengakhiri, dan menutup sesuatu yang sulit aku lihat.
sampai tidak terasa aku beberapa menit berdiri memperhatikannya.
ia berdiri dari duduknya, dan berbalik. aku tampak terkesima melihat wajahnya yang tampak bercahaya. entah kenapa aku merasakan ia bersinar, apa karna lampu dalam ruangan yang terpancar wajahnya.
aku menggeleng, berusaha menyadarkan pandanganku. karna cowok itu berjalan kearahku. bahkan hampir mendekat.
aku langsung berbalik, pura-pura tidak melihatnya.
"kamu mau masuk..." ujarnya,
aku terlambat yang ingin pergi, ia malah lebih dulu menyapaku.
"hah...apa??" aku pura-pura tidak mendengar.
"apa kamu mau masuk, untuk sholat?"
"sholat" bisikku, wah...ternyata bodoh sekali aku. tempat yang kusinggahi ini tentu saja sebuah musholah yang ada diarea kampus. aku baru engeh saat dia bilang begitu. "owh iya...iya"
"tapi baju kamu basah, sebaiknya kamu ganti baju dulu" ujarnya, malah memperhatikan bajuku yang basah.
"Owh...iya" aku hanya bisa jawab itu, karna gak ada kata-kata yang harus aku ucapkan.
"Kalau begitu Saya duluan ya, assalamu'alaikum" ia memberi salam padaku.
"Iya" aku pun hanya menjawab itu, dan ia pun pergi meninggalkanku, Karna cuaca sudah lumayan reda dia pun pergi.
Aku masih diam, barusan aku berfikir apa sampai aku harus kagum pada orang itu. Padahal dia kelihatan biasa aja, Dan dia sama kayak cowok lainnya karna melihat ada cewek cantik jadi dia sok menyapaku lebih dulu. Pikirku...tapi siapa ya dia, aku belum pernah melihat dia sebelumnya dikampus ini.
ah sudahlah, tanpa berfikir lagi aku pun pergi dari tempat itu, tempat dimana belum pernah aku datangi. Justru karna terpaksa aku harus mampir ketempat itu.
****