EMILIA merapikan tatanan rambutnya sekali lagi sebelum ia menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan, meyakinkan diri bahwa tampilannya sudah cukup untuk hari ini. Denting ponsel membuyarkan fokusnya. Ia meraih benda itu di meja rias dan tersenyum melihat percakapan kawan-kawannya di kelas 3 IPA 2. Rupanya sudah ada beberapa yang datang ke acara reuni hari ini.
Hari ini. Pandangan Emilia berbelok pada buku tebal besar bersampul logo SMA Bina Pekerti yang ada di sisi ponselnya. Ia membuka halaman demi halaman buku itu, hingga tiba di bagian terakhir yang menampilkan berbagai pesan yang ditinggalkan teman-teman sekelasnya. Tak membutuhkan waktu lama hingga maniknya tertumbuk pada sebaris kalimat dari seseorang tanpa nama.
Kita bakal ketemu lagi. Begitu saat itu tiba, kamu mau ngasih aku satu lagi kesempatan?
Jari lentik Emilia mengusap kalimat itu pelan dan hati-hati, seolah ia tengah mengagumi benda pecah belah yang rentan hancur.
Kesempatan...
Emilia menutup buku tahunan itu dan menghela napas. Ia menatap pantulan dirinya lagi di cermin. Cukup lama Emilia duduk diam di sana, hingga sebaris senyum terbit di wajahnya. Ia tahu jawaban atas pertanyaan itu. Ia selalu tahu.
Emilia bangkit dan mencangklok tas di bahunya. Saatnya menjemput sebuah kesempatan...