Read More >>"> TOM AANG (Tom dan Wahyu) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - TOM AANG
MENU
About Us  

Jendela dengan bingkai warna putih itu tidak pernah dibuka karena engsel yang rusak, kayu di sekitar kaca juga sudah mulai lapuk. Ada kekhawatiran saat berusaha membuka jendela, takut kacanya malah jatuh di jalan desa. Repot membersihkannya dan kemungkinan terburuk jatuh mengenai kepala tetangga yang sedang lewat.
Ruangan berukuran 3x4 meter, semakin mirip dengan kamar kos karena jendela yang tidak pernah terbuka selama dua minggu. Sebenarnya kepala keluarga di rumah itu adalah tukang kayu, memperbaiki hal seperti ini sudah biasa bagi beliau. Namun si penghuni kamar menolak karena sedang malas membersihkan kamar. Meja belajar yang terletak di sebelah jendela dengan berbagai barang yang digantung dan ditempel disana. Bapak tidak berani menyentuh barang-barang anaknya, apalagi banyak benda yang kelihatan sangat penting untuk karir anak sulungnya di masa depan. Karena itulah jendelanya masih belum diperbaiki.
“Tom, kamu kapan mau beresin kamar? “
“Nanti dulu lah, bu.  Aku masih mau bantu Wahyu ngerjain PR”
Buku tebal dengan sampul warna kuning masih menjadi panduan laki-laki berusia lima belas tahun itu. Kemampuannya secara akademis tidak buruk, hanya saja si adik tidak akan puas jika tidak menyelesaikan tiap soal dengan langkah yang sama dengan yang diajarkan di sekolah. Jika sekarang sudah banyak cara cepat menyelesaikan soal perkalian, adiknya tetap akan mengerjakannya sama persis dengan yang diajarkan di sekolah meskipun harus menghabiskan waktu lama. Kakak terpaksa harus membaca materi dari buku materi SD agar adik perempuannya bisa puas dengan jawaban kakaknya.
Laki-laki paruh baya berambut pirang itu terlihat luwes menanyakan berbagai pertanyaan yang sering tidak logis. Candaannya selalu berhasil mengundang tawa penonton termasuk bapak dan ibu. Obrolan yang santai layaknya host yang penuh keahlian, wajahnya sudah sering berlalu lalang di berbagai macam stasiun televisi. Hebatnya dia bisa tetap tenang saat seisi ruangan terbahak-bahak dengan tingkahnya. Menurutku pelawak adalah salah satu pekerjaan yang mulia karena mereka selalu membuat orang lain bahagia, walaupun harus bersikap bodoh dan konyol.
Ibu sudah menjadi penggemar laki-laki itu sejak ia masih menjadi salah satu peserta ajang pencarian bakat lawak. Kala itu ia masih bersama kedua teman lainnya, membentuk sebuah trio grup pelawak. Namun dia-lah yang masih bertahan dan berhasil dalam dunia tersebut sampai sekarang. Tom bahkan berpikir kalau laki-laki itu pantas menjadi tokoh legendaris di masa depan berkat kerja kerasnya itu. 
“Tom, Aang sudah kamu kasih makan?”
“Sudah bu”
Aang adalah anak anjing yang Tom pelihara sejak dia temukan beberapa hari yang lalu di kebun. Ukurannya masih lebih kecil dari kucing tetangganya, berwarna hitam pekat dan tubuh yang kurus karena tidak terurus sepertinya anak anjing itu terpisah dari ibunya. Tom yang sedang membantu ibunya merawat pohon pisang di kebunnya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama pada anak anjing itu. Beruntung orang tuanya mengijinkan Tom untuk merawat anak anjing malang itu. 
“Kak, kenapa anak anjingnya dikasih nama Aang?” tanya Wahyu penasaran.
“Kamu ingat poster anak laki-laki gundul di kamar kakak? Itu namanya Aang. Dia adalah Avatar, tokoh anime yang kakak suka. Makanya anak anjing itu kakak kasih nama Aang”
“Oh, gitu ya”
Setelah melalui menit-menit yang cukup panjang akhirnya Tom bisa memulai proses belajarnya sendiri. Tom tidak pernah keberatan untuk membantu adik perempuannya sejak kecil. Apalagi sejak mereka berdua benar-benar menjadi saudara setelah enam tahun yang lalu bapak Wahyu menikahi ibu Tom. 
Kedua orang tua mereka dulunya bersahabat dan mereka saling menyukai satu sama lain namun tidak ada satupun yang berani menyatakan perasaan. Kemudian ibu Tom dijodohkan dengan seorang pengusaha untuk membantu perekonomian keluarga mereka. Sayangnya usahanya terus  merosot dan laki-laki itu meninggal karena serangan jantung setelah Tom lahir.
Wahyu dan bapaknya pindah di depan rumah Tom saat Tom berusia tujuh tahun, sedangkan Wahyu masih berumur dua tahun. Kehadiran Wahyu seolah menjadi warna baru dalam hidup Tom. Wahyu sudah seperti adiknya sendiri, mereka sering bermain bersama setiap hari. Seiring berjalannya waktu akhirnya kedua orang tua mereka jujur dengan perasaan masing-masing dan menikah. Tom masih kecil saat itu tapi bukan berarti otak anak kecil tidak bekerja sebaik orang dewasa, walaupun anak-anak belum mengerti banyak hal tapi pikiran mereka juga bekerja seperti orang dewasa.
“Kak, masih ingat ceritaku waktu study tour kemarin kan?”
“Iya, masih ingat”
“Untuk kado ulang tahunku nanti, aku mau anak babi sama kaya yang aku lihat waktu study tour kemarin ya kak”
“Eh? Babi? Kalau yang lain aja gimana?”
“Nggak mau kak, aku maunya anak babi! Ya kak, kumohon” mata adiknya yang besar dan bercahaya memaksa Tom untuk memenuhi permintaan Wahyu. Tom juga bertanya sebelumnya ke bapak dan ibu, tidak disangka mereka mengijinkan permintaan Wahyu. Mereka bahkan menyarankan untuk membuat kandang di kebun agar tidak terlalu mengganggu tetangga lain.

Kue brownies terlihat cantik dengan dekorasi buatan ibu, sate ayam di atas meja juga sangat menggiurkan untuk segera dilahap. Empat cangkir dengan ciri khasnya masing-masing menandakan kalau pesta ini hanya diperuntukkan untuk empat orang. Ada cangkir jumbo tua berwarna hijau pastel dengan loreng putih milik bapak di dalamnya berisi teh panas. Mug berwarna putih dengan aksen bunga mawar berisi teh tawar milik ibu, sedangkan mug dengan bunga warna-warni berisi jus jeruk milik Wahyu. Tom lebih suka secangkir kopi di gelas kecil (100 ml) seperti biasanya.
Tahun ini Wahyu hanya ingin merayakan ulang tahunnya dengan keluarga, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Keinginan Wahyu ini sempat membuat Tom khawatir dengan kehidupan sosial Wahyu di sekolah, namun kekhawatirannya itu tidak terbukti. Wahyu memiliki paras yang manis, pribadi yang ceria dan sedikit kekanak-kanakan. Selera Wahyu yang sangat berbeda dengan anak perempuan pada umumnya sangat diterima baik oleh teman-temannya dan dianggap sebagai suatu keunikan yang mengundang ketertarikan teman-temannya.  
“Kak, kado aku mana?” tanya Wahyu yang sudah tidak sabar.
“Kado kamu ada di kebun. Nanti kalau udah selesai kita kesana sama-sama”
Sate ayam buatan ibu adalah menu nomor satu anggota keluarga, Wahyu selalu berkata bahwa sate ayam buatan ibu dinobatkan sebagai makanan paling enak di dunia mengalahkan rendang dan sushi. Wahyu selalu pandai dalam memuji orang lain tapi bapak dan Tom juga mengakui kalau sate buatan ibu adalah sate favorit mereka. 
Sepuluh lilin berwarna warni yang tegak berdiri di atas brownies baru saja padam, padahal belum ada lima menit sejak dinyalakan. Sate ayam yang jadi menu utama juga tinggal satu tusuk per orang, cangkir Wahyu malah terlihat seperti gelas bersih yang belum pernah diisi. Wahyu sangat menantikan hadiah yang dia minta tempo hari. Ia sudah tidak sabar untuk segera memberi nama binatang peliharaan barunya itu.
“Kak, ayo ke kebun”
“Iya, bentar. Kakak habisin minuman kakak dulu”
“Tom, adiknya dijaga ya. Bapak sama ibu mau bersih-bersih di rumah”
“Iya bu”
“Kak, Aang diajak sekalian ya” lanjut Wahyu sembari menarik baju kakaknya.
Tom menuntun Wahyu diikuti Aang yang berjalan di belakang mereka menyusuri jalan setapak menuju kebun. Letaknya sekitar 200 meter dari rumah, disana mereka menanam beberapa tanaman antara lain pohon pisang, kacang tanah dan beberapa jenis tanaman kayu. Kebun warisan terakhir bapak Tom yang sebelumnya, kandang babi yang baru saja dibuat terlihat begitu mencolok di area tersebut. Kandang berukuran 2x1 meter dengan kubangan lumpur yang akan menjadi tempat bermainnya. 
Sama seperti anak kecil yang mendapat mainan baru, Wahyu berlari ke arah pagar bambu untuk melihat dari dekat peliharaan barunya. Matanya berbinar tidak bisa lepas dari gumpalan daging merah muda yang masih asyik menikmati makan siangnya. Campuran jagung dan beberapa sayuran menjadi santapan yang pertama kali babi itu dapatkan. Babi kecil itu mengendus santapan  di depannya dan mencoba untuk memakannya. Sepertinya makanan itu masih sulit untuk dimakan oleh babi yang masih berumur kurang dari setahun.
“Kak, aku mau masuk!” kata Wahyu yang masih penuh semangat.
Tom ragu dan berniat untuk menolak keinginan adik kecilnya itu namun matanya yang besar itu meluluhkan hati si kakak. Tom melepas kawat yang mengikat di sebuah paku untuk membuka pintu kandang. Mereka berdua kemudian masuk ke dalam kandang, beruntung mereka memakai sepatu boots sehingga bisa terlindung dari lumpur di dalam kandang. Aang yang sejak tadi mengikuti mereka berdua turut serta berkenalan dengan si babi. 
Wahyu mengelus kepala babi kecil itu tanpa rasa takut bahkan Tom sampai heran dengan selera adiknya ini. Tom berhipotesa kalau anak babi merah muda pasti terlihat seperti anak kucing di mata Wahyu. Tom juga menyadari kalau pakan babi yang dia berikan tadi pagi masih tersisa banyak dan berencana untuk memberikan pakan lain yang lebih sesuai untuk anak babi.
“Hian, kenalkan ini Aang. Peliharaannya kak Tom”
“Hian?” Tom spontan melihat kea rah adiknya.
“Oh iya ini kak Tom, kakaknya Wahyu. Kakak dia aku kasih nama Hian. Salam kenal!” kata Wahyu sembari mengangkat kedua kaki depan si babi. Tingkah Wahyu layaknya anak-anak yang sedang bermain dengan boneka, menggerakkan kaki depan Hian seperti sedang melambaikan tangan. Lucunya Aang merespon dengan baik kedatangan Hian, anjing kecil itu menggonggong kesana kemari ingin mengajak Hian bermain bersama. 
 Layaknya anak kecil yang masih polos dengan dunia barunya, Hian merespon positif ajakan Aang. Keempat kakinya bergerak ke atas dan ke bawah merengek pada Wahyu agar segera melepas pelukannya. Kepala Aang tepat di atas tanah, kaki depannya lurus ke depan sejajar dengan kepala dan kaki belakangnya masih tegak berdiri. Hian berjalan dengan keempat kakinya tepat di depan Aang kemudian mengendus hidung Aang yang sejak tadi menatap ke arahnya.
 Tidak lama setelah itu Aang kembali berdiri dengan empat kaki mungilnya, ekornya bergerak tanpa henti. Aang berlari beberapa langkah kemudian berhenti, berbalik menatap Hian dan menggonggong seperti sedang memanggil teman barunya untuk segera mengikuti Aang. Hian yang baru saja belajar bahasa anjing berjalan menuju Aang. 
Saat mulai bosan, Hian meninggalkan Aang dan bermain di kubangan lumpur dalam kandang. Tapi Aang tidak menyerah semudah itu, Aang justru berlari mengikuti Hian dan bermain lumpur bersama. Wahyu dan Tom tertawa geli melihat tingkah laku kedua binatang peliharaannya itu. Sepertinya tidak akan kesulitan untuk membesarkan mereka berdua bersama. 
Sekali lagi Tom melihat ke arah wadah pakan Hian yang masih penuh. Tom mengajak Wahyu untuk pulang tapi si adik menolak ajakannya. Akhirnya Tom meminta pada Wahyu agar ia tetap tinggal di kebun sampai dia kembali, Tom berencana untuk mencarikan pakan yang lebih bisa dimakan untuk Hian. Tom pulang untuk bertanya pada kedua orang tuanya, bapak menyarankan untuk pergi ke toko pakan ternak di pasar dan bertanya langsung kepada penjualnya.
Jarak rumah dan pasar sekitar satu kilometer, Tom berangkat dengan sepeda kayuhnya. Sebenarnya bapak ingin mengatar Tom membeli pakan untuk Hian, tapi Tom menolak dan meminta bapak untuk beristirahat saja dengan ibu. Selain pakan untuk Hian, Tom juga mengunjungi ke petshop membelikan pakan untuk Aang. Setelah mendapat semua yang diperlukan, Tom bergegas kembali menemui Wahyu yang sudah menunggunya sejak tadi di kebun.
Sekitar sepuluh meter dari lokasi, Wahyu sudah berlari menuju ke arah Tom yang sedang memarkirkan sepedanya. Tom tidak ingin mengambil resiko karena jalanan berbatu yang bisa membuat ban sepedanya bocor ataupun tergelincir saat melewati jalan yang licin. 
“Kak, ayo kita pulang!” rengek Wahyu.
“Loh, udah mau pulang?”
“Iya, aku pengen ke toilet kak” jawab Wahyu sembari merapatkan kedua kakinya.
“Oke. Tapi kakak mau kasih makan Hian dulu, bentar ya”
Tom mengeluarkan pakan yang baru dia beli. Penjaga toko menyarankan untuk memberikan pakan berbentuk serbuk yang dicampur air untuk anak babi. Pakan itu adalah campuran berbagai tepung pakan yang bergizi dan sangat dianjurkan untuk ternak. Tom mengeluarkan pisau lipat dari saku celananya kemudian memotong-motong sayuran hijau yang masih tersisa di wadah pakan Hian dan mencampurnya dengan pakan tadi. 
“Kak, ayo kak!” rengek Wahyu.
“Iya”
Hian langsung lahap menyantap hidangan buatan Tom, sambil tersenyum lega Tom menggendong Aang keluar kandang dan menutup pintu kandang. Adiknya sudah duduk di kursi belakang sepeda menunggu kakaknya. Tom meminta Wahyu untuk menggendong Aang di belakang selama perjalanan pulang. 

“Aang, aku mau ketemu Hian. Kamu mau ikut?” tanya Wahyu sambil mengelus kepala anjing kesayangannya itu. Padahal belum sampai sepuluh menit sejak Wahyu pulang dari sekolah, anak itu langsung berganti pakaian dan bersiap untuk menemui peliharaan barunya di kebun. Aang menggonggong meng-iya-kan permintaan Wahyu, anjing kecil itu juga ingin segera bermain dengan sahabat barunya.
Sebelum ada Hian di kebun, Wahyu sering malas saat diajak untuk ke kebun bersama ibu tapi sekarang hampir setiap hari dia datang bermain ke kebun. Wahyu membuka lollipop rasa stroberi yang dia beli di kantin sekolah. Lollipop berbentuk bola yang bundar sudah menjadi favorit Wahyu sejak dia masih TK, kata ibu lollipop itu sudah diproduksi sejak ibu masih kecil. 
Wahyu dan Aang langsung masuk ke dalam kandang sesampainya mereka di kebun. Wahyu mengelus kepala Hian kemudian membersihkan tempat pakan HIan dari sisa makanan tadi pagi. Tiap pagi, bapak selalu pergi ke kebun untuk memberi makan Hian. Wahyu menyiapkan makan siang untuk Hian, porsinya tidak terlalu banyak karena Hian masih kecil. Selain itu, ia juga menyemprotkan air ke tanah agar tidak terlalu panas.
“Wahyu!”
“Kak Tom, kakak sudah pulang”
“Iya, ini kakak bawakan makanan. Kamu belum makan siang kan? Keluar sebentar buat makan ya, jangan lupa cuci tangan” Tom yang datang setelah Wahyu membawa bekal, air putih dan makanan anjing.  
Tom melepas rangkaian rantang berwarna biru yang dibawanya, lauk hari ini ikan asin dan sayur asem. Terdapat tiga wadah, dua berisi nasi dan lauk sedangkan yang satu berisi sayur asem spesial buatan ibu. Masing-masing rantang yang berisi nasi sudah disesuaikan dengan porsi makan Tom dan Wahyu. Sedangkan Aang makan di atas daun pisang di sebelah mereka berdua. Mereka berempat lahap menyantap makanan masing-masing. 
“Kakak, tadi aku beli kalung untuk Hian dan Aang. Lihat deh, bagus kan!” kata Wahyu yang sudah lebih dulu menghabiskan makan siangnya. Ia mengeluarkan dua buah kalung untuk binatang peliharaan dari dalam kantung celananya. Terbuat dari kulit sintetis berwarna kuning dengan liontin bundar yang menggantung di tengahnya. Nama Hian dan Aang sudah terukir di masing-masing liontin perak itu.
“Bagus kok, tapi lebih baik kalau punya Hian dipakaikan di telinga saja”
“Loh kok di telinga kak? Yang namanya kalung kan dipakai di leher, lagipula gimana caranya memakaikan kalung di telinga, kak?”
“Bukan gitu, maksud kakak liontinnya nanti kita pakaikan di telinga Hian seperti antingnya Wahyu. Nanti kita minta tolong bapak untuk memakaikannya, ya”
“Oh, bilang dari tadi dong kak”
Rutinitas sederhana seperti ini selalu menghiasi keluarga Tom dan Wahyu.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Ketos in Love
847      500     0     
Romance
Mila tidak pernah menyangka jika kisah cintanya akan serumit ini. Ia terjebak dalam cinta segitiga dengan 2 Ketua OSIS super keren yang menjadi idola setiap cewek di sekolah. Semua berawal saat Mila dan 39 pengurus OSIS sekolahnya menghadiri acara seminar di sebuah universitas. Mila bertemu Alfa yang menyelamatkan dirinya dari keterlambatan. Dan karena Alfa pula, untuk pertama kalinya ia berani m...
The Last Mask
420      264     3     
Short Story
mimpi itu seperti nyata. gadis itu selalu berusaha bersembunyi. namun waktu membawanya pada hal yang sama seperti perempuan-perempuan di keluarganya
Rachel and The Witches
599      320     1     
Short Story
A poor girl's journey that will change your point of view.
Persapa : Antara Cinta dan Janji
7022      1676     5     
Fantasy
Janji adalah hal yang harus ditepati, lebih baik hidup penuh hinaan daripada tidak menepati janji. Itu adalah sumpah seorang persapa. "Aku akan membalaskan dendam keluargaku". Adalah janji yang Aris ucapkan saat mengetahui seluruh keluarganya dibantai oleh keluarga Bangsawan. Tiga tahun berlalu semenjak Aris mengetaui keluarganya dibantai dan saat ini dia berada di akademi persa...
KUROTAKE
4052      1635     3     
Romance
Jadi pacar ketua ekskul tapi hanya purapura Hal itu dialami oleh Chihaya Hamada Ia terpaksa jadi pacar Mamoru Azai setelah foto mereka berdua muncul di akun gosip SMA Sakura dan menimbulkan kehebohan Mamoru adalah cowok populer yang menjadi ketua klub Kurotake klub khusus bagi para otaku di SMA Sakura Setelah pertemuan kembali dengan Chihaya menjadi kacau ia membuat kesepakatan dengan Chih...
My sweetheart senior
15030      2819     3     
Romance
Berawal dari kata Benci. Senior? Kata itu sungguh membuat seorang gadis sangat sebal apalagi posisinya kini berada di antara senior dan junior. Gadis itu bernama Titania dia sangat membenci seniornya di tambah lagi juniornya yang tingkahnya membuat ia gereget bukan main itu selalu mendapat pembelaan dari sang senior hal itu membuat tania benci. Dan pada suatu kejadian rencana untuk me...
BANADIS
6492      1514     5     
Fantasy
Banadis, sebuah kerajaan imajiner yang berdiri pada abad pertengahan di Nusantara. Kerajaan Banadis begitu melegenda, merupakan pusat perdagangan yang maju, Dengan kemampuan militer yang tiada tandingannya. Orang - orang Banadis hidup sejahtera, aman dan penuh rasa cinta. Sungguh kerajaan Banadis menjadi sebuah kerajaan yang sangat ideal pada masa itu, Hingga ketidakberuntungan dialami kerajaan ...
MAMPU
4846      1993     0     
Romance
Cerita ini didedikasikan untuk kalian yang pernah punya teman di masa kecil dan tinggalnya bertetanggaan. Itulah yang dialami oleh Andira, dia punya teman masa kecil yang bernama Anandra. Suatu hari mereka berpisah, tapi kemudian bertemu lagi setelah bertahun-tahun terlewat begitu saja. Mereka bisa saling mengungkapkan rasa rindu, tapi sayang. Anandra salah paham dan menganggap kalau Andira punya...
Rhythm of My Life
496      342     1     
Romance
Semua ini hanya permulaan Akhir yang bahkan tak akan pernah ku ketahui kapan akan menjumpaiku Kapan merestuiku Kapan mengiringku Menuju ketenteraman #twm18
NIKAH MUDA
2539      901     3     
Romance
Oh tidak, kenapa harus dijodohin sih bun?,aku ini masih 18 tahun loh kakak aja yang udah 27 tapi belum nikah-nikah gak ibun jodohin sekalian, emang siapa sih yang mau jadi suami aku itu? apa dia om-om tua gendut dan botak, pokoknya aku gak mau!!,BIG NO!!. VALERRIE ANDARA ADIWIJAYA KUSUMA Segitu gak lakunya ya gue, sampe-sampe mama mau jodohin sama anak SMA, what apa kata orang nanti, pasti g...