"Inha, kau membunuhnya" kata Sumin dengan hampa.
Gadis yang lebih pendek itupun langsung memeluk sahabatnya. "Ya, Sumin. Tenang saja, dia sudah tiada. Dia tidak akan mengganggumu lagi" kata Inha sambil mengusap punggung Sumin.
Sumin hanya diam dalam pelukan Inha. Ia bahkan tidak balas memeluknya.
Gadis itu masih hampa.
Tak lama kemudian, Inha melepas pelukan dan memandangi Sumin. "Ayo ikut ke tempat camping ku"
Lantas yeoja Choi itu menarik tangan Sumin. Ia membawa sahabatnya itu melewati pepohonan dalam diam.
"Kemana saja kau selama ini, Sumin?" Tanya Inha yang tidak tahan dengan keheningan yang terasa sangat canggung itu.
Bagaimana tidak jika ini adalah pertemuan pertama mereka setelah pertengkaran hebat dulu. Apalagi obyek sumber pertengkaran mereka baru saja mati di depan mata. Siapa yang tidak merasa canggung?
Tapi Sumin hanya diam. Tatapannya masih kosong. Bahkan ia seolah tidak menyadari keberadaan Inha. Gadis itu terlalu syok.
Seolah mengerti keadaan Sumin, Inha memilih diam. Ia terus menuntun Sumin menuju perkemahan organisasi Vampir Hunter. Gadis itu berusaha memilih jalan yang mudah untuk Sumin.
Ia mengerti bahwa sahabatnya itu merasa syok. Karena iapun dulu sama syoknya saat pertama kali melihat vampir yang 'menghilang' dari dunia.
Tapi baginya, para monster peminum darah itu memang pantas dibasmi. Mereka memang harus dilenyapkan dari dunia ini.
"Inha?" Panggil seseorang di depan sana.
"Aku kembali, Sunbae" jawab Inha sedikit berteriak.
Dan untunglah itu sanggup mengembalikan kesadaran Sumin kembali. Meskipun begitu, yeoja Baek itu tetap diam. Bahkan ia menjadi waspada dan mengamati sekitarnya.
"Eh? Siapa itu?" Tanya seorang wanita yang Inha panggil Sunbae tadi.
Inha tersenyum ceria. "Dia sahabatku, Baek Sumin. Kau ingat kan Sunbae?" Ucapnya saat telah sampai di hadapan wanita berambut pendek itu.
"Oh sahabatmu yang itu? Tapi ada apa dengannya?" Wanita asing itu mengamati wajah Sumin yang pura-pura masih hampa. "Apa dia sakit?"
"Tidak, hanya saja..." Inha mengecilkan suaranya. "Sepertinya ia ditawan oleh seorang vampir dan barusan aku membunuh vampir itu di depan matanya. Sepertinya ia masih syok"
Wanita berambut pendek itu terbelalak kaget. "Dimana kau bertemu vampir itu?"
"Arah jam 7 dari sini"
"Baiklah aku akan menyelidikinya. Siapa tahu ada vampir lain disana" ucap wanita itu sambil menyiapkan teropong dan senapannya. "Sebaiknya kau rawat sahabatmu itu, Inha"
"Arraseoyo"
Setelah itu, Inha membawa Sumin ke salah satu tenda disana. "Sumin?" Panggil Inha saat telah berada di dalam tenda. Yeoja Choi itu menepuk pipi Sumin pelan untuk menyadarkan sahabatnya itu.
Pura-pura terkejut, Sumin mengerjap lalu memfokuskan matanya pada Inha.
Inha langsung memeluk Sumin dengan erat. "Aku merindukanmu, Sumin"
Awalnya Sumin hanya diam. Tapi kemudian tangan gadis itu balas memeluk Inha dengan ragu. "Aku juga" oh tentu saja Sumin berbohong dengan tulus.
Gadis yang lebih pendek melepas pelukan dan memandangi Sumin. "Aku bersyukur kau sehat-sehat saja"
Sumin memaksakan sebuah senyuman. "Kau juga terlihat segar"
"Ya, mereka melatihku dengan keras. Lari pagi, angkat beban, latihan menembak, dan sebagainya" cerita Inha dengan bersemangat. "Ah, duduklah dulu. Aku akan mengambilkanmu minuman" kemudian Inha berlari pergi.
Dengan cekatan, Sumin menyembunyikan pistolnya di dalam ransel. Setelah itu ia duduk di dalam tenda dengan santai, seolah tak ada hal mencurigakan yang ia perbuat.
Tak lama kemudian Inha kembali dengan 2 cangkir teh panas di kedua tangannya. Gadis bersurai sedikit ikal itu segera duduk di samping Inha dan menyodorkan satu cangkir di tangannya. "Minumlah. Kau pasti kedinginan"
"Gomawo, Inha ya" Sumin menerima teh itu dan langsung meminumnya.
"Kau tahu, Sumin. Aku sungguh menyesal atas apa yang telah terjadi diantara kita dulu" kata Inha dengan raut wajah sedih. "Aku minta maaf. Harusnya aku tidak menyakitimu"
Masih memasang senyum palsunya, Sumin menepuk bahu Inha. "Sudahlah. Itu sudah berlalu"
"Tapi aku terus merasa bersalah padamu, Sumin"
"Rasa bersalahmu padaku tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan rasa bersalahku pada Jimin, sialan" batin Sumin.
"Aku memaafkanmu, Inha" tentu saja ini seratus persen bohong.
Inha langsung tersenyum tulus. "Terima kasih Sumin. Aku akan menjagamu mulai sekarang. Bahkan dengan nyawaku"
Sumin tertawa. "Tidak perlu sampai seperti itu, Inha"
"Tapi aku benar-benar akan menjagamu, Sumin"
"Oke aku akan menagih nyawamu suatu saat nanti" kata Sumin dalam hati.
???? Black Roses ????
Sumin dan Inha tidur di tenda yang sama. Tapi karena Sumin terbiasa tidur dengan kebiasaan vampir, ia jadi tidak bisa tidur sebelum fajar muncul.
Detik kematian Yoon ssaem terus berulang dalam benak Sumin. Ia sungguh merasa bersalah. Gurunya itu mati demi dirinya. Dan yang paling menyakitkan adalah sahabatnyalah yang membunuhnya.
Sumin bisa saja membunuh Inha saat ini juga untuk balas dendam. Tapi hati kecilnya melarang. Bukan karena kasihan. Karena rasa kasian Sumin pada Inha sudah tergantikan oleh rasa benci. Melainkan karena mungkin saja mantan sahabatnya itu masih bisa berguna untuknya. Entah untuk apa. Mungkin sebagai tameng terakhir karena ia bersedia memberikan nyawanya untuk Sumin? Itu terdengar bagus.
Yeoja Baek itu melirik Inha. Gadis disampingnya itu terlihat tidur dengan pulas. Bahkan terdengar suara dengkuran halus dari bibirnya.
Kemudian Sumin melirik pintu tenda. Tertutup rapat. Tapi dari bayang-bayang di luar, Sumin tahu bahwa ada orang yang berpatroli yang melewati depan tendanya tiap 15 menit sekali.
Sumin merogoh sakunya dan menemukan sebuah koin perak. Koin ini adalah pemberian Jungkook sebelum ia berangkat tadi sore.
Namja bergigi kelinci itu bilang, jika Sumin mengusap pinggiran koin searah jarum jam, lalu mengirimkan pesan batin pada Jungkook, namja itu bisa mendengarnya.
Jadi itulah yang Sumin lakukan. "Kookie?" Batin Sumin setelah mengusap koin.
"Noona?" Suara keheranan Jungkook muncul di kepala Sumin. "Apa kau baik-baik saja, Noona?"
"Ya. Apa kau ada di mansion sekarang?"
"Ya, Noona. Kenapa?"
"Kumpulkan semua orang di ruang keluarga. Aku akan berteleportasi kesana" tanpa menunggu jawaban Jungkook, Sumin mengusap koin berlawanan arah jarum jam untuk memutuskan komunikasi itu.
Tanpa mengubah posisinya yang sedang berbaring, Sumin memejamkan mata dan membayangkan ruang keluarga mansion dengan sedetail-detailnya.
"Noona?!" Suara Jungkook menandakan Sumin telah sampai di mansion.
Gadis itupun membuka mata dan langsung duduk di sofa hitam.
"Ada apa? Kenapa kau menyuruhku mengumpulkan semuanya? Apakah ada hal buruk yang terjadi?" Tanya Jungkook yang ikut duduk di samping Sumin.
Sumin menghela nafas. Di sofa seberang, Namjoon dan Taehyung menanti kata-kata Sumin.
Kemudian Seokjin datang bersama Yoongi dari lorong. Kedua vampir yang lebih tua itu duduk di sofa merah. "Ada apa?" Tanya Yoongi.
"Yoon ssaem meninggal" kata Sumin dengan sedih.
"Apa?!" Pekik kelima namja vampir itu.
"Bagaimana bisa?" Tanya Seokjin tidak percaya.
Suminpun menceritakan kejadian ia bertemu dengan Inha sampai meninggalnya salah satu gurunya.
"Jadi kau sekarang berada di perkemahan para Vampir Hunter itu?" Tanya Seokjin saat Sumin telah selesai bercerita.
"Ya"
"Apa mereka tahu bahwa kau adalah separuh vampir?" Tanya Yoongi.
"Tidak. Aku tidak pernah menceritakan hal itu pada Inha bahkan sebelum kami bertengkar" jawab Sumin.
"Kalau begitu berpura-puralah menjadi manusia biasa, Sumin. Dengan begitu kau bisa mencari informasi dimana Pangeran Hoseok dipenjara" saran Taehyung sambil tersenyum.
"Tapi apakah Noona akan baik-baik saja dibawah matahari?" Tanya Jungkook dengan khawatir.
Sumin mengangguk. "Kulitku tidak melepuh meskipun aku terkena sinar matahari. Hanya saja mataku akan sakit hanya karena cahaya lampu"
"Aku memiliki obat tetes mata yang terbuat dari ekstrak mawar hitam. Itu bisa melindungi matamu dari cahaya. Tapi kau harus memakainya di pagi dan sore hari" Yoongi memberi solusi.
"Aku mengerti. Terima kasih oppa"
"Sebenarnya ini bagus karena kita bisa menyelundupkan seseorang kedalam organisasi itu. Tapi bagaimanapun juga kita juga harus memberitahu Raja" kata Namjoon.
Semua orang mengangguk setuju. Kemudian mereka terdiam dengan pemikiran masing-masing.
Hingga tiba-tiba Namjoon bangkit. "Aku akan berbicara pada Raja tentang hal ini. Sementara itu, sebaiknya kau kembali ke perkemahan itu. Jangan sampai mereka mencurigaimu hanya karena kau terlalu lama menghilang"
Sumin mengangguk. "Arraseoyo oppa"
Setelah itu Namjoonpun menghilang.
"Aku akan memberimu obat mata itu. Ikut aku" kata Yoongi sambil bangkit. Suminpun mengekorinya.
???? Black Roses ????
"Sumin! Bangunlah!" Teriakan cempreng Inha ini membangunkan Sumin.
"Ada apa?" Tanya Sumin sambil meregangkan badannya.
Inha terkikik geli. "Ini sudah pagi! Tidak biasanya kau bangun siang"
"Aku lelah, Inha" jawab Sumin dengan asal. Karena sebenarnya ia baru tidur saat fajar tadi.
Inha langsung terlihat bersalah. "Mian. Tapi Kapten ingin bertemu denganmu"
Dahi Sumin mengerut. "Siapa?"
"Wanita berambut pendek semalam. Ah kau pasti lupa karena masih syok saat bertemu dengannya"
"Aku tidak ingat" entah sudah kebohongan keberapa yang Sumin ucapkan ini.
"Sekarang kau bersiaplah. Aku menunggumu di depan tenda" lantas Inha pergi meninggalkan Sumin sendiri.
Sumin bersiap sambil berfikir. Kira-kira apa yang akan dibicarakan seorang Kapten Vampir Hunter padanya? Apapun itu, Sumin harus membuat karangan yang meyakinkan jika ditanya kemana ia selama ini.
Tak lama kemudian, Sumin telah siap dan keluar dari tenda. Ia memandang sekitarnya. Camping itu cukup besar. Ada 2 tenda besar dan ada banyak sekali tenda-tenda kecil seperti yang Sumin dan Inha tempati.
Sejenak Sumin menikmati hangatnya sinar matahari yang menerpa kulit pucatnya. Saat gadis itu memicingkan mata pada Sang raja siang itu, matanya tidak terasa sakit sama sekali. Sepertinya obat tetes mata pemberian Yoongi bekerja dengan sempurna.
"Kajja" ajak Inha sambil beranjak. Sumin mengikuti 2 langkah di belakangnya.
Tenda milik Sang Kapten ternyata tidak jauh. Dan tenda itu tidak ada istimewanya sama sekali mengingat penghuninya berpangkat Kapten.
"Sunbae! Aku datang bersama Sumin!" Teriak Inha tepat didepan tenda Kapten.
"Masuklah!" seru suara wanita dari dalam.
Inhapun masuk, diikuti oleh Sumin. Sang Kapten terlihat sedang membereskan tendanya. "Maaf disini berantakan" katanya.
"Tidak apa-apa" jawab Sumin dan Inha bebarengan.
"Duduklah" perintah wanita itu yang langsung dilakukan oleh kedua gadis yang lebih muda.
"Apa kau sudah merasa lebih baik, Sumin ssi?" Tanyanya.
"Nde, terima kasih"
"Baiklah kalau begitu. Kau bisa memanggilku Kapten Lee. Kau pasti tahu ada banyak sekali orang yang berada disini. Dan mereka semua sudah berkali-kali bertanya padaku, siapa gadis yang bersama Choi Inha itu. Karena aku adalah Kapten disini, jadi bisakah aku menanyakan beberapa hal padamu?"
Sumin mengangguk.
"Setelah kau bertengkar dengan Inha, apa kau diculik oleh para vampir itu?"
Sumin mengerjap kaget. Tapi kemudian gadis itu mengangguk. Ia memutuskan untuk mengiyakan saja tebakan mereka. Toh ia jadi tidak perlu memikirkan cerita karangan lagi.
"Sudah kuduga" ucap Kapten Lee yang terus memandangi Sumin.
"Apa mereka meminum darahmu, Sumin?" Tanya Inha dengan panik.
Sumin tersenyum. "Tidak Inha. Hanya saja, mereka memasukkanku dalam penjara" setidaknya ada setitik kejujuran yang diucapkan Sumin.
"Astaga. Mereka pasti memperlakukanmu dengan buruk" Inha dengan segala kelebayannya.
"Tidak juga. Mereka tetap memberiku makanan yang enak"
"Oh syukurlah, Tuhan"
"Lalu, bisakah kau menunjukkan dimana markas mereka, Sumin ssi?" Tanya Sang Kapten.
Sumin menggeleng. Dia sudah mengira bahwa mereka akan menanyakan hal ini. "Mereka membawaku berteleportasi. Jadi aku tidak tahu dimana letak sesungguhnya" kali ini yang Sumin katakan 100% kejujuran.
Dia memang tidak tahu dimana posisi mansion Namjoon dan aula dewan secara tepat. Tapi bahkan jika Sumin tahupun, ia tidak akan pernah mengatakan informasi vital seperti ini pada para musuhnya.
Yeoja Lee itu menghela nafas. "Penyelidikan kita selalu saja terhenti sampai disini. Para monster penghisap darah itu selalu membawa manusia berteleportasi, seolah mereka hidup di alam lain saja"
"Setidaknya aku bersyukur kau baik-baik saja, Sumin" ucap Inha sambil menyentuh lengan Sumin dan tersenyum hangat. "Tinggallah disini bersamaku"
Sumin menunduk, pura-pura terlihat sedih. "Apa kalian masih mau menerimaku yang pernah berada di lingkungan vampir ini?"
"Tentu saja. Bahkan mungkin dengan informasi darimu tentang mereka, itu bisa membantu kami mempersiapkan segala hal untuk membasmi mereka" jawab Inha dengan bersemangat.
"Ah, kau ingin memanfaatkanku, Inha? Oke mari kita lihat siapa yang akan dimanfaatkan nanti. Let's play this game" batin Sumin menyeringai.
"Lagipula, kudengar kau telah membunuh Jimin" kata wanita berambut pendek itu.
Sumin terkejut mendengarnya. Tapi dengan segera ia mengubah mimik wajahnya menjadi sangat datar. "Ya, aku telah membunuhnya. Tapi sayang sekali, sepertinya aku salah sasaran"
Kedua vampir hunter itu mengerutkan dahi bingung. "Apa maksudmu?" Tanya Kapten Lee.
"Vampir yang seharusnya aku bunuh adalah ibu dari Jimin. Bukan Jimin" jawab Sumin masih dengan wajah datar. "Tapi bahkan selama aku bersama para monster itu, aku tidak pernah mendengar tentang orang tua Jimin"
Kapten Lee tersenyum sambil menepuk bahu Sumin. "Maka bergabunglah dengan kami. Kami akan membantumu mencari keberadaan vampir yang telah membunuh eommamu. Bahkan mungkin kami bisa membantumu untuk membalaskan dendam"
Sumin menatap Inha, seolah meminta pendapat. Padahal gadis itu hanya ingin tahu reaksi Inha saja.
Inha terlihat berbinar sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Baiklah aku bergabung bersama kalian" jawab Sumin akhirnya.
"Yeeeeey!!" Sorak Inha yang langsung memeluk leher Sumin dengan erat.
Suminpun balas memeluk mantan sahabatnya itu sambil tersenyum. Mereka hanya tidak tahu bahwa Sumin melakukan ini semua demi mencari tahu keberadaan Pangeran Hoseok. Dan juga mungkin Blue Roses untuk Jimin.
TBC
Tau kok kalo ff ini ngebosenin banget ????
With love, Astralian ????