"Tidak mungkin" lirih Jungkook dengan ngeri. "Yoongi hyung bilang, organisasi itu sudah tidak ada"
"Tapi aku mendengarnya sendiri, Kookie. Inha bertelepon dengan salah satu atasannya" bantah Sumin yang sukses membuat Jungkook semakin menganga tidak percaya.
Suminpun menceritakan apa yang dialaminya barusan. Tentang rahasia Inha. Tentang rencana Inha untuk membunuh Jungkook. Tentang pertengkarannya dengan Inha. Semuanya.
Sumin menghela nafas. "Aku tidak menyangka orang seperti itu adalah sahabatku sejak kecil" ucap Sumin mengakhiri ceritanya.
"Sudah kuduga" terdengar sebuah suara dari arah pintu. "Organisasi itu tidak mungkin hancur semudah itu"
Sumin dan Jungkook refleks menoleh. Seorang namja bertubuh tinggi atletis sedang bersandar di bingkai pintu.
"Namjoon hyung" sapa Jungkook sambil bangkit. Senyum cerah menghiasi wajahnya.
Namja jangkung bergaris rahang tajam itu mengangguk samar, kemudian berjalan mendekat dengan tangan kiri di dalam saku celana.
"Kapan kau datang, hyung?" tanya Jungkook sebelum memeluk singkat Namjoon.
Namjoon menepuk punggung Jungkook sambil tersenyum hingga menampakkan dimplesnya. "Sejak dia mulai bercerita" jawabnya sambil mengedikkan dagu pada Sumin.
"Ah, hyung kenalkan, dia Baek Sumin. Dan noona, dia Kim Namjoon" Jungkook memperkenalkan keduanya.
"Annyeonghasaeyo" Sumin membungkuk sopan.
"Kau manusia" Namjoon mengendus udara.
Sumin mengerjap. Ucapan lelaki bersurai coklat pasir itu lebih terdengar seperti tuduhan daripada pernyataan.
"Lebih tepatnya separuh vampir" jawab Jungkook mewakili Sumin.
Namja berdimples itu memicingkan matanya ke arah Sumin. "Sebenarnya aku penasaran bagaimana bisa ada makhluk sepertimu. Tapi ada hal lain yang lebih mendesak" Namjoonpun mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. "Apa sahabat pengkhianatmu itu tahu tempat tinggal Jimin dan Jungkook ini?"
"Ya" jawab Sumin.
"Tapi dia belum pernah masuk" sambung Jungkook.
Namjoon mengangguk samar. Kemudian tatapannya tertumbuk pada tubuh kaku Jimin. Seketika tatapannya berubah sendu. Iapun melangkah mendekati ranjang bertiang dan meremas lengan Jimin. "Belum ada tanda-tanda pembusukan. Tapi sebaiknya kita segera membawanya pada Yoongi hyung"
Jungkook mengangguk setuju. "Apakah Yoongi hyung berada di mansion?"
"Ya" jawab Namjoon sambil menggendong tubuh Jimin. "Kita harus segera pergi dari sini, karena organisasi sialan itu pasti akan segera mengepung rumah ini"
Si vampir bergigi kelinci kembali mengangguk.
Saat Namjoon berbalik, tatapannya terkunci pada Sumin. "Kau harus bertanggung jawab atas apa yang telah kau perbuat pada Jimin di hadapan para Dewan Vampir nanti"
Sumin langsung meneguk ludah. Dia akan diadili. Sejujurnya ia sangat takut. Tapi ini semua memang salahnya. Dia memang harus bertanggung jawab. Akhirnya gadis itupun mengangguk. "Hukum aku"
"Kookie, bawa dia ke mansion" perintah Namjoon tanpa menatap Jungkook. Matanya masih fokus pada Sumin. Beberapa saat kemudian, lelaki itu menghilang beserta Jimin dalam gendongannya.
Sementara itu, Jungkook mendekati Sumin yang terus saja menggigiti bibir bawahnya. "Noona" ucapnya sambil tersenyum memaksa. Sejujurnya ia juga mengkhawatirkan hukuman apa yang akan diterima gadis berantakan itu. "Aku yakin Jimin hyung sudah sering mengajakmu berteleportasi" lanjutnya sambil memeluk Sumin. "Tutup matamu dan pegangan padaku"
Suminpun menurut. Setelah menutup matanya, ia mengalungkan lengannya pada leher Jungkook. "Aku siap"
Tiba-tiba Sumin merasa perutnya tergelitik. Tapi sensasi itu pergi secepat datangnya. Dan pelukan Jungkookpun melonggar.
"Buka matamu, noona. Kita sudah sampai" ucap lelaki bersurai dark brown itu.
Sumin membuka matanya. Dia tidak lagi berada di kamar Jimin. Ia jadi berfikir, sensasi teleportasinya sebagai penumpang ternyata sangat berbeda dengan saat ia berteleportasi sendiri.
"Selamat datang di mansion kami" kata Jungkook sambil merentangkan tangannya.
Perhatian Sumin kembali pada tempat ia berdiri. Sepertinya ia sedang berada di ruang keluarga.
Tapi jika ruang keluarga pada umumnya hanya memiliki 1 set sofa, tidak dengan disini.
Ada 2 set sofa berwarna merah di sebelah kanan ruangan, dan ada 2 set sofa berwarna hitam di sebelah kiri.
Dan di masing-masing sisi jauh ruangan, terdapat perapian yang sangat besar. Juga ada televisi layar datar yang melekat di dinding. Jangan lupakan juga karpet-karpet mahal di bawah kaki Sumin maupun yang menggantung di dinding. Sumin benar-benar terbengong melihat mansion semacam ini.
"Apa kau ingin melihat hasil pemeriksaan Jimin hyung, noona?" suara Jungkook membuyarkan acara terbengong-bengong Sumin.
"Aku ingin lihat" jawab Sumin mantap.
"Kajja" Jungkookpun berbalik dan berjalan menuju sebuah koridor disebelah kanan ruangan. Suminpun mengekorinya.
Koridor itu hanya diterangi oleh cahaya lilin yang ditempatkan secara teratur. Dan saat Sumin mendongak, tidak ada lampu yang menggantung di langit-langit. Sumin juga baru menyadari kalau ruang keluarga tadipun hanya diterangi lilin-lilin.
"Ah akhirnya aku kembali lagi kesini" ucap Jungkook dengan senyum mengembang.
Sumin menoleh. "Kau pernah tinggal disini, Kookie?"
Namja vampir itu mengangguk. "Sejak kecil. Baru sekitar 20 tahun yang lalu aku pindah ke rumah itu"
Sumin mengangguk-angguk paham. "Apakah dulu Jimin juga tinggal disini?"
Jungkook mengangguk.
"Jadi sebenarnya ada berapa orang yang tinggal disini, Kookie? Kenapa sepertinya mansion ini luas sekali?" tanya Sumin yang merasa koridor ini tidak berujung.
Namja kelewat tampan itu terkekeh. "Hanya Namjoon hyung dan Yoongi hyung saja. Tapi dulu ada Jin hyung juga sebelum ia menjadi manusia. Lalu sekarang menjadi 5 orang karena ada aku, Jimin hyung, dan noona"
Pantas saja terasa sepi sekali! Hanya ada segelintir orang disini.
Hingga kemudian mereka sampai pada satu-satunya pintu yang terbuka disepanjang koridor itu. Jungkookpun masuk begitu saja tanpa mengatakan apapun. Jadi Sumin juga melakukan hal yang sama.
Kamar itu seperti duplikat kamar Jimin di rumahnya tadi. Segalanya sama. Perabotannya, tata letaknya, bahkan nuansa warnanya sama persis.
Sementara itu, Jimin terlihat terbaring kaku diatas ranjang. Namjoon duduk di kursi samping kanan ranjang dengan perhatian terfokus pada seorang namja di sebrangnya.
Namja asing itu sedang memejamkan mata dengan dahi berkerut. Sedangkan tangannya menempel di dada kiri Jimin, tepat diatas jantungnya.
Sepertinya dialah yang bernama Yoongi. Dia memiliki kulit yang kelewat putih, seperti tidak pernah terkena sinar matahari sama sekali. Kulitnya bahkan paling putih diantara semua orang disana.
"Jadi katakan padaku, Sumin-ssi. Bagaimana caramu menjadi separuh vampir?" tanya Namjoon dengan pandangan yang masih lurus pada Yoongi.
Sumin mengerjap kaget. Kemudian berdeham gugup. "Jimin oppa mentransfusikan darahnya padaku saat aku mendapat luka tusuk di perut"
Namja beraura kuat itu menatap Sumin dengan dahi berkerut. "Aku tidak tahu hal seperti itu bisa terjadi"
Sumin hanya bisa mengangkat bahu. Diapun tidak tahu akan menjadi makhluk antara seperti ini. Bukan manusia, bukan pula vampir.
"Aku juga tidak tahu jika transfusi darah bisa menjadikan seorang manusia menjadi separuh vampir" ucap Yoongi tiba-tiba. Meskipun matanya tertutup, dan tangannyapun masih berada di posisi yang sama, ternyata telinganya menyimak pembicaraan Namjoon dan Sumin.
"Jadi masih haruskah ia diadili di hadapan dewan? Dia masih manusia" ucap Jungkook.
"Bukan manusia seutuhnya" sangkal Namjoon.
Jungkook menghela nafas, merasa kalah. Karena iapun sudah melihat bukti bahwa Sumin tidak bisa lagi disebut manusia biasa.
"Kemarilah, Sumin-ssi" perintah Namjoon.
Suminpun mulai beranjak mendekat. Karena sedari tadi ia hanya berdiri di dekat pintu. Ia takut akan kembali menangis histeris jika Jimin berada dalam jangkauannya.
"Bukan dengan kakimu" hardik namja jangkung itu.
Hal ini sukses membuat Sumin mematung.
"Teleportasi" tantang Namjoon dengan smirknya.
Ah, Sumin mengerti. Pasti Namjoon ingin melihat bukti bahwa ia memang memiliki darah vampir.
Jadi Suminpun mengangguk dan memejamkan matanya. Setelah kira-kira 1 detik penuh, gadis bermarga Baek itu membuka mata. Ia telah berada disisi ranjang, tepat di samping Namjoon.
Tapi ternyata, Namjoon masih belum puas. Ia menyuruh Sumin berteleportasi lagi ke dekat perapian. Sumin menurutinya. Kemudian yeoja itu kembali berteleportasi ke dekat Jungkook, lantas duduk di sampingnya.
"Dia memang separuh vampir" ucap Yoongi yang telah membuka mata dan menatap tajam pada Sumin. "Aromanya berbeda" lanjutnya sambil berjalan ke sofa dan duduk di hadapan Sumin.
Yoongi terus saja menatap tajam Sumin. Sebenarnya namja itu memiliki wajah yang sangat imut. Tapi sayangnya ia lebih suka memasang wajah datarnya hingga menghilangkan kesan imutnya.
"Itu artinya dia memang harus dibawa ke hadapan Dewan kan?!" kata Namjoon yang ikut duduk di samping Yoongi.
"Hm" jawab Yoongi tidak jelas.
Namjoon menatap Yoongi. "Lalu bagaimana dengan Jimin?"
Diam-diam Sumin dan Jungkook menahan nafas. Menantikan apa yang akan Yoongi katakan dengan dada berdebar.
"Dia belum mati" ucap Yoongi dengan pasti.
"Mwo?!" pekik ketiga orang lainnya.
"Syukurlah" ucap Sumin yang hampir menangis.
"Bagaimana bisa?" tanya Jungkook bingung
"Apa kau yakin, hyung?" tanya Namjoon tak percaya.
Yoongi langsung mendengus. Kemudian menatap Namjoon. "Kau meragukanku?" tanyanya dengan nada tersinggung.
"Eh? Ani. Bukan begitu hyung. Em, maksudku....." jawab Namjoon gelagapan sambil menggaruk belakang kepalanya.
Namja imut itu berdecih, lantas kembali menatap Sumin yang mengusap air matanya asal. "Hei separuh vampir, bagaimana caramu membunuh Jimin?"
Sumin mengerjap kaget. Kemudian menelan ludah dengan susah payah. Sepertinya dia akan diintrogasi.
"Aku memberinya mawar merah yang kuubah menjadi mawar hitam dengan darahku" jawab Sumin yang kembali terisak. "Mianhae" dia benar-benar malu atas perbuatannya pada Jimin.
Yoongi tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Membuat yang lainnya melempar tatapan bingung. Memangnya ada yang lucu dengan pengakuan Sumin barusan? Sepertinya tidak ada.
"Astaga aku tidak tahu ini keajaiban atau apa" katanya disela tawa.
"Berhentilah tertawa dan jelaskan pada kami, hyung" perintah Namjoon yang terdengar jengkel. Meskipun ia memanggil Yoongi dengan sebutan 'hyung', tapi sepertinya lelaki bermarga Kim ini lebih berkuasa hingga mampu memerintah seperti itu.
Vampir kelewat putih itu menghentikan tawanya. Tapi senyum manis masih menghiasi wajahnya. Sungguh sangat berbeda dengan wajah datarnya tadi. "Oke oke" Ia berdeham sebentar. "Darah si separuh vampir inilah yang menyelamatkan Jimin."
"Maksudmu?" tanya Namjoon tidak paham.
Tiba-tiba Jungkook menjentikkan jarinya. "Karena Sumin noona adalah belahan hati Jimin hyung, makadari itu Jimin hyung tidak mati.
Yoongi mengangguk. "Perlu diingat bahwa yeoja ini adalah separuh vampir. Darah Jimin mengalir dalam tubuhnya. Bercampur dengan darahnya sendiri sebagai belahan hati Jimin"
"Jadi secara tidak langsung, Jimin hyung telah meminum darah belahan hatinya sekaligus darahnya sendiri" Jungkook membuat kesimpulan.
"Dan racun dari mawar merah itu tercegah oleh darah si belahan hati. Tubuh Jimin tidak membusuk. Tapi segala fungsi organnya terhenti. Beruntung jantungnya masih berdetak lirih" jelas Yoongi.
"Oh syukurlah ya Tuhan" ucap Sumin disela isakannya.
"Ini tragis. Seseorang telah membunuh belahan hatinya sendiri. Tapi sekarang kau seolah menyesal telah melakukannya" tuduh Namjoon.
"Mianhae. Jjeongmal mian" ucap Sumin dengan wajah tertutup kedua tangannya. "Aku..... Aku sangat menyesal. Aku mencintai Jimin"
Namjoon dan Yoongi sama-sama mengernyit.
Tiba-tiba Jungkook mengulurkan kedua tangannya. "Aku akan menunjukkan visinya pada kalian, hyung"
Kedua vampir di hadapan Jungkook itupun menggenggam tangan si pria bergigi kelinci. Kemudian menatap mata doenya lekat-lekat.
Selama kurang lebih 10 menit, mereka bertiga hanya saling menatap seperti itu. Sepertinya Jungkook sedang memberikan gambaran -entah apa- pada kedua vampir yang lebih tua itu.
Saat Yoongi dan Namjoon melepas kontak mata dengan Jungkook, mereka langsung menatap Sumin dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Jadi eommamu adalah belahan hati Tuan Park? Lalu sekarang kau adalah belahan hati Jimin?" tanya Namjoon yang kemudian tertawa. "Takdir macam apa ini?"
Sumin hanya diam. Diapun tidak tahu kenapa ia terjebak dalam takdir semengerikan ini. "Jadi apakah Jimin bisa hidup kembali, Yoongi-ssi?"
Yoongi mengedikkan bahu. "Entahlah. Saat ini dia seperti berada dalam kondisi koma. Tapi yang pasti, kau harus memberikan darahmu padanya minimal 5 tetes sehari. Untuk mencegah penyebaran racun dan menjaga jantungnya tetap berdetak."
Suminpun mengangguk paham. Setidaknya ada yang bisa ia lakukan untuk kekasihnya itu.
"Pasti ada cara untuk menyelamatkannya kan hyung?" tanya Jungkook dengan senyum terpaksa.
Yoongi mengangguk. "Aku akan mencari tahu bagaimana caranya. Untuk saat ini, hanya itu yang bisa kita lakukan"
Kemudian mereka semua terdiam untuk beberapa lama. Sibuk dengan pikiran rumit dalam benak masing-masing.
Hingga tiba-tiba Namjoon bangkit. "Matahari sudah terbit. Sebaiknya kalian segera tidur"
Yoongipun ikut bangkit. "Oh ya, separuh vampir-"
"Baek Sumin imnida" potong Sumin.
"Ya ya terserah kau saja." jawab Yoongi tidak peduli. "Aku ingin melakukan pemeriksaan pada tubuhmu. Aku penasaran dengan percampuran darahmu dengan darah Jimin. Em tapi nanti setelah tidur. Jalja" kemudian pria itu menghilang.
"Jalja" ucap Namjoon yang kemudian ikut menghilang.
"Aku akan mengantarmu ke kamarmu, noona" kata Jungkook sambil bangkit.
Sumin menurut. Mengikuti Jungkook tanpa berkata apa-apa. Saat ia akan keluar dari kamar Jimin, Sumin menoleh.
Jimin masih sama kakunya seperti beberapa jam lalu. Dadanya memang tidak naik turun. Tapi Sumin tahu, jantung kekasihnya itu masih berdetak, meskipun sangat lirih.
Itu cukup untuk memberi cahaya harapan di hati Sumin.
Dan Sumin akan menjaga cahaya harapan itu agar terus menyala, bagaimanapun caranya.
Bahkan ia akan berusaha agar cahaya itu semakin besar.
Gadis bermata bulat itu menutup pintu kamar Jimin dan berjalan di belakang Jungkook. Mulutnya memang membisu, tapi otaknya terus berfikir.
Sumin bertekad akan menyelamatkan Jimin.
Ia akan membuat Jimin hidup kembali.
Ia akan menebus kesalahannya.
Bahkan jika saat bangun nanti Jimin tidak mau memaafkannya, Sumin akan tetap membuat Jimin hidup.
Dia memang tidak pantas untuk dimaafkan.
Tapi ia harus bertanggung jawab.
Saat ini, mereka berdua berada dalam kondisi yang sama.
Mereka berada diperbatasan 2 hal yang berbeda.
Sumin yang bukan lagi manusia biasa, tapi belum bisa disebut seorang vampir.
Dan Jimin yang tidak lagi hidup, tapi juga belum mati.
Mereka terjebak.
Makhluk separuh vampir.
Dan
Lelaki vampir yang koma.
Bukan manusia dan bukan vampir.
Dan
Tidak hidup maupun tidak mati.
TBC
Komen dong gimana chapter ini menurut kalian ????
With love, Astralian ????