Mengurungkan niatnya untuk membersihkan pecahan botol, Jimin segera membuka pesan dari Sumin.
Isinya adalah sebuah video dengan durasi hanya 11 detik. "Apa ini?" gumamnya sambil memutar video tersebut.
Video singkat itu menampilkan sebuah ranjang bertiang dengan tirai transparan yang menggantung di semua sisinya.
Detik berikutnya, tirai samping berwarna putih itu tersibak. Seorang gadis berambut coklat panjang dengan gaun putih, sedang tidur dengan damai.
Rahang Jimin mengeras. Dia mengenal gadis itu.
Sangat kenal malah.
Karena itu adalah gadisnya.
"Brengsek!" umpat namja Park itu saat video tersebut dengan jelas menampilkan Sumin yang memegang sebuket mawar putih di dadanya.
"Choi Inha" panggil Jimin sambil bangkit dan menghampiri Inha.
"Nde?" jawab gadis yang dipanggil sambil membalikkan badan dari kompor.
"Dimana rumah Junmyung?" tanya Jimin yang berusaha mengekang amarahnya.
"Junmyung? Sebentar" Inha mengambil smartphonenya. "Sepertinya aku menyimpan alamatnya di catatan" gumamnya. Setelah mengotak-atik benda itu sebentar, Inha mendongak. "Aku sudah mengirimkannya padamu"
"Gomawo" ucap Jimin yang kembali tenggelam dalam layar smartphonenya. Diapun mulai beranjak pergi. "Kookie, tolong bersihkan pecahan botol di bawah meja" katanya saat Jungkook memasuki dapur. "Aku pergi" lanjutnya sambil berlari.
"Kemana hyung?" teriak Jungkook.
Blam!
Suara pintu belakang yang menutuplah sebagai jawaban pertanyaan Jungkook.
Namja Jeon itu melempar pandangan tanya pada Inha dan Eunbyul yang juga menatap kepergian Jimin dengan heran. "Barusan dia meminta alamat Junmyung" kata Inha.
Dahi Jungkook berkerut. "Untuk apa?"
Inha hanya bisa mengangkat bahunya.
???? Black Roses ????
Gadis cantik berbaju pengantin itu perlahan membuka matanya. Mendadak, kepalanya terasa pening. Bukan pening yang disebabkan matanya yang silau -karena cahaya lampu hanya menyusup sedikit dari tirai ranjang yang mengurungnya-. Tapi pening yang disebabkan oleh obat bius yang membuat gadis malang itu pingsan.
Dahi Sumin mengerut melihat tirai yang menggantung dari tiang-tiang ranjang tempatnya tidur. "Dimana ini? Aku tahu, aku sedang diculik. Tapi bukankah sangat tidak mungkin seorang sandra mendapatkan fasilitas tempat tidur seperti ini?"
Kemudian gadis itu merasa bahwa tangannya sedang memegang sesuatu. Maka, Suminpun mengangkat kedua tangannya bersama benda yang ia pegang.
Dahinya semakin mengerut melihat sebuket bunga mawar putih di tangannya. Segera saja Sumin bangun.
Tapi tiba-tiba ada sesuatu yang jatuh dari kepalanya ke pangkuannya. Itu adalah jalinan rumit bunga mawar merah berbentuk lingkaran sempurna.
Flower crown.
Sumin memiringkan kepalanya bingung. Kemudian dia juga sadar bahwa saat ini ia sedang memakai gaun putih selutut yang terlampau indah.
Yeoja Baek itu ternganga.
Sebuket bunga mawar putih.
Flower crown.
Gaun putih yang indah.
Orang yang menculiknya pasti adalah orang yang kelewat sinting!
Tiba-tiba tirai di samping kanannya tersibak. Sumin langsung memicing dan menaungi matanya.
"Oh, kau sudah bangun?" Suara itu...
Tirai tertutup bersamaan dengan orang tersebut yang duduk di sisi ranjang.
"Junmyung?!" tanya Sumin tidak percaya setelah melihat dengan jelas sosok tersebut.
Pria bersurai coklat pasir itu tersenyum ceria. "Ya, ini aku" kemudian dia mengecup singkat bibir Sumin.
Gadis bermata bulat itu terbelalak. Tangannya melayang cepat ke pipi Junmyung dengan keras.
Plak!
Si namja Lee mempoutkan bibirnya sambil mengusap pipinya yang terasa panas. "Kenapa kau menamparku?" tanyanya dengan nada tersinggung.
"Kenapa kau menciumku?" Sumin balik bertanya dengan galak.
"Kenapa kau marah?"
"Tentu saja aku marah, karena kau telah menciumku dengan seenak jidatmu!"
"Memangnya kenapa? Bukankah mencium istri sendiri adalah hal yang wajar?"
"Istri?!" pekik Sumin.
Junmyung mengangguk antusias. "Kau sudah resmi menjadi istriku"
Sumin mendengus. "Dalam mimpimu!"
Pria itu menggeleng. "Ani. Kita benar-benar sudah menikah. Em.. Kira-kira 1 jam yang lalu"
"Menikah?!" Sumin kembali memekik, kemudian tertawa jengah. "Kau gila!"
"Kau tidak percaya? Buktinya, sekarang kita sedang memakai cincin yang sama" ucap pria gila itu sambil memperlihatkan tangan kirinya, dimana sebuah cincin indah melingkar di jari manisnya.
Segera saja Sumin menatap tangan kirinya. Mulutnya ternganga melihat cincin yang sama sudah tersemat di jari manisnya.
Gadis itupun segera melepas cincin. "Aku tidak mau menikah denganmu!" ucapnya sambil melempar benda kecil tersebut. Cincin itu mengenai dada Junmyung dan jatuh ke kasur.
"Terlambat. Karena kita sudah sah" kata Junmyung sambil mengambil cincin.
Sumin kembali ternganga. "Bagaimana mungkin kita sudah sah, sedangkan aku baru saja siuman?!"
"Tentu saja bisa" Junmyung tersenyum culas. "Aku mengatakan pada semua orang bahwa kau menderita penyakit dan sedang koma. Jadi aku ingin segera menikahimu sebelum kau meninggal. Untung saja pendeta percaya"
Sinting.
Hanya kata itulah yang dapat mendiskripsikan seorang Lee Junmyung.
"Dasar gila! Kau menikahiku tanpa seizinku!" teriak Sumin kesal.
"Kau tidak akan mau jika aku memintamu lebih dulu"
"Memang tidak!"
"Kau memang harus dipaksa, chagiya" kata Junmyung sambil meraih tangan kiri Sumin dan memakaikan cincin yang 'istrinya' lempar tadi.
"Tidak mau!" Sumin berusaha menarik tangannya.
"Kau tidak bisa menolak lagi" Junmyung terus memakaikan cincin dengan paksa.
Saat Junmyung berhasil menyematkan kembali cincin itu, Sumin langsung mendorong bahunya hingga membuat pria itu terjengkang.
Melihat kesempatan untuk melarikan diri, Sumin buru-buru turun dari ranjang. Tapi sayang, didetik terakhir, Junmyung berhasil menggapai ujung gaun gadis itu. "Kau tidak akan bisa lari" ucap pria itu sambil menarik ujung gaun Sumin.
Di saat yang sama, Sumin malah terus berusaha melarikan diri dan melawan tarikan Junmyung. Hingga membuat ujung gaunnya robek dan memperlihatkan paha kanannya.
Sumin tidak peduli dengan hal itu. Yang ada di otaknya hanyalah bagaimana caranya ia bisa kabur.
Saat menyibak tirai, Sumin harus memicing silau dan merasakan pening di kepalanya. Cahaya lampu kamar Junmyung benar-benar membuat gadis itu sakit mata.
Sumin langsung menaungi matanya, kemudian mengedarkan pandangannya.
Matanya menemukan 2 buah pintu di ruangan itu. Pintu yang ada di hadapannya dan pintu yang ada di samping kanannya.
Gadis cantik itu segera berlari ke arah pintu di depannya. Semoga saja itu bukan pintu yang mengarah ke kamar mandi.
Tepat saat Sumin membuka pintu, sebuah tangan mencengkram bahu kirinya.
Sumin tidak perlu menengok untuk tahu bahwa si pemilik tangan di bahunya adalah Junmyung.
Gadis itu meronta dan berusaha melepas tangan Junmyung. Tapi sayang, cengkraman pria itu lebih kuat sehingga membuat gaun Sumin di bagian bahu kirinya robek.
Gadis bersurai coklat itu kembali melanjutkan larinya tapi dengan cepat Junmyung menggapai pergelangan tangan Sumin, lantas menariknya sekuat tenaga.
Junmyung segera menghempaskan Sumin ke dalam kamar, menutup pintu, dan menguncinya. Tapi saat ia menoleh, gadis berambut panjang itu malah sudah duduk di ambang jendela.
Apa gadis itu gila? Dia ingin mati? Kamar Junmyung berada di lantai 3!
Junmyungpun memeluk pinggang gadis pujaannya itu dan menariknya dari ambang jendela.
Tapi Sumin malah mendorong dada Junmyung sehingga gaun di bagian perutnya robek. Lagi. "Jangan sentuh aku! Aku benci kau!"
Junmyung kembali melingkarkan tangan kanannya di perut Sumin dan tangan kirinya di leher yeoja itu. Dengan lembut, ia berkata, "Kau akan celaka jika melompat dari sini"
Sumin meronta. "Lebih baik aku mati daripada harus menjadi istrimu!" teriaknya.
TBC
Jimin belum muncul ya, sabar wkwk ????
With love, Astralian ????