Seorang gadis perawat keluar dari ruang gawat darurat. "Keluarga korban?" Tanyanya dengan mata yang menyisir ruang tunggu.
Kedua orang tua Inha segera bangkit. "Kami orangtua Choi Inha"
Perawat itu mengangguk. "Keluarga Baek Sumin?" tanyanya lagi.
"Keluarganya berada di luar negeri" Jawab eomma Inha.
Wajah perawat itu seketika memucat. "Sumin ssi kehilangan banyak darah. Kami membutuhkan transfusi darah secepatnya."
"Apakah ia terluka sangat parah?" seorang lelaki dengan paras kelewat tampan berjalan panik menghampiri perawat itu. "Kalau begitu gunakan darah saya saja. Golongan darah saya sama dengan Sumin"
"Anda-"
"Pacar Baek Sumin. Park Jimin imnida" Sahut Jimin.
"Kebetulan sekali sepasang kekasih yang memiliki golongan darah sama. Kalau begitu silahkan ikuti saya" kata perawat itu sambil beranjak ke ruangan lain.
Oh tentu saja Jimin berbohong tentang golongan darahnya. Memangnya vampir memiliki golongan darah seperti manusia? Tentu saja tidak. Namja itu hanya ingin menyelamatkan hidup Sumin. Karena bagaimanapun juga, gadis itu adalah belahan hatinya.
???? Black Roses ????
Saat Jungkook sedang mengantar pesanan, tiba-tiba smartphonenya bergetar hebat. "Yeoboseo" katanya setelah mendekatkan benda itu ke telinganya.
Mendengar teriakan orang di sambungan telepon, namja bergigi kelinci itu segera berlari ke ruang penyimpanan.
Taehyung yang berdiri di balik conter hanya bisa memandang kepergian dongsaengnya itu dengan tatapan aneh.
Lelaki bermata lebar itu segera mengunci ruang penyimpanan dari dalam. "Ada a-" belum selesai Jungkook bertanya, dia sudah di banting ke pintu.
Mata si pelaku kekerasan itu sudah berwarna merah. Kemudian ia segera menancapkan taringnya pada perpotongan leher dan bahu Jungkook.
Namja Jeon itu menggeram. "Hyung, bukankah aku sudah memberimu jatah darah hari ini?" tanyanya sambil melirik Jimin yang masih menghisap darahnya. Tapi tentu saja hyungnya itu tidak bisa menjawab.
Beberapa saat kemudian, Jimin menjauhi Jungkook sambil mengusap bibirnya dengan punggung tangan. "Sumin kehilangan banyak darah. Jadi aku memberikan darahku" ujarnya dengan nafas tersengal.
Jungkook terbelalak. "Separah itu?" tanyanya sambil mengusap bekas gigitan Jimin yang terasa perih.
"Ya. Pencuri itu menusuk perut Sumin" jawabnya dengan muram.
"Bagaimana dengan Inha noona?"
"Tenang saja, dia hanya mendapat luka ringan di lengan dan tenggorokannya." Kemudian pria bersurai hitam kelam itu terduduk di lantai. Wajahnya sangat kusut, tapi tetap tidak menghilangkan ketampanannya. "Harusnya aku ikut dengannya tadi."
"Apa?!" Kaget Jungkook, merasa telah salah dengar. "Kau melantur, Hyung!"
"Jika aku menemaninya jalan-jalan tadi, Sumin pasti tidak akan seperti ini" oceh Jimin dengan kepala tertunduk.
Jungkook merasa jengkel mendengar ocehan tidak jelas hyungnya ini. Iapun segera berjongkok di depan hyungnya lantas menyentil dahi Jimin.
"Aw!" Pekik si namja Park yang kesakitan. "Apa masalahmu, Kookie?!" Teriaknya dengan kesal.
"Kau mengoceh seperti telah kehilangan akalmu, Hyung! Bagaimana mungkin kau ingin menemani Sumin noona jalan-jalan di siang hari?! Kau ingin bunuh diri?!" Yang lebih muda balas berteriak. "Jika kau melakukan hal itu, dan mati terbakar matahari, kau tidak akan bisa melindungi Sumin noona lagi selamanya!"
Bibir Jimin terkatup rapat. Ia terdiam, merasa bodoh dengan pemikiran konyolnya tadi. Tatapannya semakin lama semakin turun hingga ia kembali memandangi lantai yang membosankan. "Mian"
Mendengar satu kata lirih itu, Jungkook langsung tersenyum. "Tidak, hyung. Kau hanya sedang kalut hingga yang ada di pikiranmu hanyalah keselamatan Sumin noona saja."
Jimin mengangguk. "Aku terlalu merasa bersalah, Kookie. Aku benar-benar gagal melindunginya"
"Hyung, mungkin Sumin noona hanya sedang sial. Lagi pula si pencuri yang menusuk perut Sumin noona adalah seorang pria, bukan? Bukannya wanita bertubuh pendek yang adalah si pengirim surat ancaman."
Jimin menghela nafas panjang. "Kau benar" katanya, menyadari otaknya yang terlalu paranoid. Kemudian namja vampir yang lebih tua 200 tahun itu melirik jam tangannya. "Aku harus kembali"
Jungkook mengangguk sambil tersenyum. "Aku akan segera kesana setelah restoran tutup."
Entah Jimin mendengar kalimat Jungkook ini atau tidak. Karena namja Park itu telah menghilang dari sana, meninggalkan Jungkook sendirian.
???? Black Roses ????
Saat membuka pintu ruang inap Sumin, Jimin terkejut melihat punggung seorang lelaki yang duduk di samping ranjang kekasihnya itu. Dahinya berkerut tidak suka karena sepertinya lelaki itu sedang memandangi wajah tidur gadis miliknya.
Karena diburu rasa penasaran dan cemburu, namja vampir itupun berjalan mendekat. Tapi ternyata ia mengenal pria asing itu. "Lee Junmyung?" tanyanya heran.
Teman Inha itu menoleh dan langsung bangkit. "Jimin ssi" sapanya sambil tersenyum.
"Inha dirawat di kamar sebelah" Jimin memberi tahu karena ia pikir pria di hadapannya ini telah salah kamar.
"Aku sudah menjenguknya"
"Lalu apa yang kau lakukan disini?!" Batin Jimin dengan jengkel. Meskipun begitu ia hanya mengangguk saja. Tidak mau membuat keributan yang nantinya akan mengganggu istirahat pacarnya.
Si namja Lee kembali memandangi gadis incarannya dengan iba. "Bagaimana bisa dia seperti ini?"
Mendengar itu, Jimin langsung menatap Junmyung dengan bingung. Apa maksudnya? Apa dia belum tahu penyebab Sumin sampai seperti ini?
"Memangnya apa yang kau lakukan, sampai membiarkannya terluka separah ini?" Lanjut lelaki bersurai coklat pasir itu sambil menatap Jimin dengan sinis. "Jika kau tidak bisa menjaganya, lebih baik aku saja yang menjaga Sumin."
Jimin terbelalak kaget. "Kau-"
"Ya" sahut Junmyung. "Aku memang menyukai pacarmu"
Jimin semakin terkejut mendengar pernyataan Junmyung yang terkesan santai itu. Tentu saja ia tidak terima dengan hal itu. Karena Sumin hanya miliknya, dan ia tidak akan pernah membiarkan siapapun merebut gadis itu darinya.
"Aku akan mambuatnya melupakanmu dan hanya akan melihat kearahku" ucap namja manusia itu sambil mengunci tatapannya pada Jimin.
Jimin balas menatap Junmyung dengan tajam. "Coba saja!" Tantangnya. "Aku memang tidak bisa melindunginya. Tapi setidaknya, darahkulah yang bisa menyelamatkannya dan membuatnya terus hidup sampai detik ini." Lanjutnya sambil menyeringai mengerikan. "Jika memang suatu saat nanti dia memilih untuk bersama denganmu, aku akan membuatnya terus ingat bahwa darahku mengalir di dalam setiap inchi tubuhnya." Perlahan seringaian Jimin berubah menjadi senyuman sadis.
Rahang Junmyung mengeras. Dia geram karena tidak memiliki balasan untuk Jimin. Detik itu, dia sadar bahwa lawannya ini benar-benar tidak bisa diremehkan.
Oh tentu saja Jimin tidak akan pernah membiarkan seorang Lee Junmyung menyentuh Sumin barang sedikit saja. Karena Sumin adalah miliknya. Karena Sang Pencipta telah menciptakan gadis itu untuk dipasangkan dengannya. Karena hanya Park Jimin yang harus memiliki Baek Sumin.
Namja Park itu tidak mau hal sama yang telah menghancurkan keluarganya terjadi pula padanya. Sama seperti eommanya, ia akan melenyapkan siapapun yang menghalangi kebahagiaannya dengan orang yang dicintainya.
???? Black Roses ????
Jimin dengan hati-hati mengintip dari celah pintu kamar Sumin dengan cengiran bodoh.
Sumin yang melihatnya langsung melempar senyum manis. "Masuklah!"
Dan Jiminpun masuk masih dengan cengiran bodohnya. Dia segera mengahampiri Sumin yang duduk diatas ranjang. Kemudian meletakkan punggung tangannya di dahi gadis itu untuk mengecek suhu tubuhnya. "Demammu sudah turun." lalu Jimin mencium puncak kepala Sumin dengan sayang.
"Apa tidak apa-apa kau meninggalkan restoran, Jim?" tanya Sumin khawatir.
Jimin mengangguk sambil duduk di kursi dekat ranjang Sumin. "Tenang saja. Lagipula ada Inha yang menggantikanku disana."
"Emm.." gumam Sumin dengan kelereng mata yang berlarian. "Aku sungguh berterima kasih atas darah yang telah kau berikan padaku, Jim." Ujarnya yang akhirnya mau menatap mata lelakinya.
Namja vampir itu tersenyum lembut. "Kebetulan saja golongan darah kita sama, Sumin ah." Bohongnya dengan lancar.
Pandangan Sumin perlahan turun. "Sejujurnya, aku tidak tahu bagaimana membalas kebaikanmu, Jim."
"Bagaimana jika kau membalasnya dengan cinta yang sangat banyak sampai kita mati nanti?" Goda Jimin sambil mengeluarkan smirknya.
Yeoja bersurai coklat itu tersenyum malu-malu. "Aku akan tetap melakukannya tanpa kau minta" cicitnya.
"Apa? Suaramu terlalu kecil, Sumin ah. Aku tidak bisa mendengarnya." Namja bersurai hitam kelam itu terus saja menggoda kekasihnya.
Sumin langsung memukul lengan Jimin dengan kesal. "Aku tahu kau sudah mendengarnya, Jim!" Pekiknya yang masih merona merah.
Jimin tertawa renyah. Kemudian tangannya mengusak surai Sumin dengan gemas. "Apa kau sudah makan dan meminum obatmu?"
Sumin yang masih berusaha menghilangkan rona di pipinya, hanya bisa menganggukkan kepala. "Inha memasakkanku Samgyetang yang sangat enak tadi."
"Bagus" komentar Jimin.
Ya, Sumin terkena demam setelah kejadian dengan pencuri itu. Dokter bilang itu memang sering terjadi setelah seseorang menerima transfusi darah. Karena tubuh penerima darah akan menyesuaikan diri dengan darah baru yang masuk ke dalam pembuluh darahnya.
"Kau tahu, Jim" Sumin memulai cerita dengan semangat. "Di hari itu, ada seorang nenek peramal yang mengatakan bahwa sepanjang hidupku, aku akan terus berurusan dengan vampir."
Namja Park itu terkejut dengan pembicaraan tentang bangsanya yang diangkat tiba-tiba. "Oh ya? Memangnya kau percaya dengan keberadaan mereka?"
"Entahlah. Tapi jika mereka memang benar-benar ada, aku ingin bertemu dengan mereka." Jawab Sumin disertai dengan cengiran.
"Lalu apa yang akan kau lakukan jika kau bertemu mereka?" Pancing Jimin yang ingin tahu pendapat gadis itu tentang bangsanya.
Sumin terlihat berfikir sejenak. "Aku ingin bertanya apakah mereka memang abadi? Apakah mereka memang tidak menua dan mati? Apakah mereka benar-benar meminum darah manusia? Apakah mereka benar-benar akan melepuh jika terkena sinar matahari? Intinya, aku ingin mewawancarai mereka." Jawab yeoja itu dengan senyum polosnya.
"Hm, lalu bagaimana jika mereka benar-benar meminum darah manusia dan meminta darahmu?"
"Karena kudengar mereka sangat cantik dan tampan, maka aku akan dengan senang hati memberikan darahku hehe" Sumin meringis. Benar-benar tidak menyadari bahwa perkataannya telah membuat Jimin tercekat.
Dalam sepersekian detik, sisi vampir Jimin muncul. Manik kembarnya berubah merah, dan taringnya mulai memanjang. Perkataan Sumin barusan seperti lampu hijau bagi namja vampir itu untuk mencicipi darahnya. Tapi Jimin segera mengendalikan diri. "Tidak sekarang." Pikirnya.
Setidaknya, dengan begini Jimin tidak akan takut lagi untuk mengungkapkan jati dirinya. Karena ia tahu bahwa kekasihnya tidak takut dengan bangsa vampir, dan konyolnya malah ingin mewawancarainya.
Sebenarnya Jimin akan mengungkapkan jati dirinya tepat di hari ketika Sumin mengalami pencopetan. Tapi Sang Pencipta tidak mengijinkannya dan malah membuat Sumin celaka. Haruskah Jimin bersyukur? Karena jika ia mengungkapkan wujud aslinya pada hari itu, mungkin Sumin akan memberikan tanggapan yang berbeda.
Sayangnya, namja Park itu tidak tahu bahwa karena pesan yang ia kirimkan pada Suminlah yang membuat gadis itu dicopet dan mendapat luka tusuk.
TBC
Kurang seru kah?
Ada typo kah?
Kurang detail kah deskripsinya?
Kurang ngefeel kah?
Kasih masukan dong ????
With love, Astralian ????