Sumin dan Inha keluar dari sebuah cafe dengan minuman di tangan mereka. Ya, mereka sedang berjalan-jalan di akhir pekan. Sebenarnya kedua gadis itu juga mengajak Jimin, Taehyung, dan juga Jungkook. Tapi sayangnya ketiga namja kelewat tampan itu memiliki kesibukan lain.
"Apa Jun Myung memang seperti itu, Inha?" Tanya Sumin setelah menyeruput minumannya.
"Eoh. Dia sangat pemaksa. Aku sungguh minta maaf, Sumin. Kau pasti merasa tidak nyaman dengannya." Jawab Inha dengan menyesal.
"Gwaenchana Inha ya. Itu bukan salahmu" ujar Sumin sambil tersenyum.
"Mampirlah kemari, nak" teriak seorang nenek di sebelah kanan kedua gadis itu yang sukses menginterupsi percakapan mereka.
Inha dan Sumin langsung berpandangan bingung. Pasalnya wanita berumur itu memakai tudung yang menutupi sebagian besar wajahnya, membuatnya terlihat menyeramkan.
"Aku akan meramal masa depan kalian" kata nenek itu sambil membuka tudungnya dan tersenyum ramah. Ternyata wanita tua ini tidak semenyeramkan khayalan kedua gadis itu.
Sumin dan Inhapun akhirnya menghampiri nenek itu sambil balas tersenyum.
Nenek tersebut duduk di balik sebuah meja yang diatasnya penuh dengan barang-barang aneh. Bola kristal yang memiliki banyak fragmen, kartu tarot, tulang-tulang kecil berbagai bentuk, dan benda-benda menyeramkan lainnya. "Kulihat, kalian sangat dekat. Apakah kalian sepasang sahabat?"
Kedua yeoja cantik itu mengangguk antusias. Kagum dengan kemampuan nenek peramal ini.
"Seberapa lama kalian bersahabat?"
"Sepanjang ingatanku, aku sudah bersahabat dengan Inha" jawab Sumin mewakili.
"Boleh kupegang tangan kalian? Tangan kanan"
Sumin dan Inhapun mengulurkan tangan kanan masing-masing. Nenek itu meraihnya lantas meraba garis tangan kedua gadis itu. Meskipun begitu, pandangan si nenek tetap pada wajah Sumin dan Inha. "Kalian memang sahabat sejati. Tapi sepertinya kalian akan mengambil jalan yang berbeda di masa depan nanti"
"Apa maksudnya nek?" tanya Inha dengan dahi berkerut.
"Kalian memang sahabat sejati. Tapi kalian memiliki pemikiran yang bertolak belakang tentang suatu hal. Dan hal itu membuat kalian bertengkar hebat suatu saat nanti." Jelas nenek tersebut sambil tersenyum. Meskipun begitu senyumnya terlihat aneh. Seperti campuran senyum iba dan kecewa.
Mendengar ini, sepasang sahabat itu langsung berpandangan dengan ngeri. "Kami akan menghindari pertengkaran sebisa mungkin" kata Sumin.
Nenek itu menatap Sumin. Kemudian tersenyum tulus. "Kau memiliki pacar. Sangat tampan. Dia juga sangat mencintaimu. Ingat kata-kataku ini, nak! Jangan pernah menyakitinya, karena kau pasti akan menyesal di sisa hidupmu."
Sumin menengguk ludah dengan susah payah mendengar peringatan itu. Kemudian ia tersenyum untuk menutupi kegugupannya. "Aku akan mengingatnya."
Si wanita paruh baya tersenyum puas. Kemudian beliau mengalihkan pandangannya pada Inha. Nenek itu tersenyum kecewa. "Aku tahu niatmu sangat baik, nak. Tapi sayang sekali kau mengambil jalan yang salah."
Tidak mengerti, Inha hanya bisa mengerjap bingung. "Apa maksudnya itu, nek?"
Tapi si nenek yang semua rambutnya telah memutih itu hanya menggeleng. "Kau akan mengetahuinya suatu saat nanti. Dan berhati-hatilah dengan orang yang kau sukai. Dia bisa lebih menyakitimu jika kau menyakitinya sedikit saja"
Meskipun tidak paham, yeoja Choi itu mengangguk saja. Ia akan memikirkan apa yang dikatakan nenek ini nanti sesampainya di rumah.
"Lalu, apakah kalian percaya adanya vampir?" tanya nenek itu yang tiba-tiba mengalihkan pembicaraan.
Sumin sebenarnya merasa aneh karena nenek peramal ini tiba-tiba menanyakan makhluk dongeng. Meskipun begitu dia tetap menjawab, "Tidak"
Sedangkan Inha menjawab "Ya" di waktu yang sama.
Nenek itu langsung menatap Sumin dengan tajam. "Sebaiknya kau percaya, nak. Karena sepanjang hidupmu, kau akan terus berurusan dengan mereka"
Sumin menelan ludah dengan gugup.
"Bahkan sekarangpun, ada beberapa vampir di sekitar kalian. Tapi jangan takut. Vampir tidak lagi seganas dulu. Kecuali jika kau membuatnya marah"
Kedua wanita muda itu hanya bisa menganggukkan kepala saja.
Nenek itu akhirnya melepas tangan Sumin dan Inha. "Jangan hanya percaya pada apa yang kalian lihat dan dengar. Karena hal itu sering kali palsu. Turuti kata hati kalian. Karena hatimu tidak akan pernah mengkhianatimu." Nasihat wanita tua itu. Kemudian beliau kembali tersenyum. "Nah, bersenang-senanglah!"
"Berapa yang harus kami bayar, nek?" tanya Inha sambil merogoh tasnya.
"Tidak perlu. Aku hanya memberi tahu gambaran umum masa depan kalian" jawab wanita tua itu yang terus saja tersenyum.
"Apa kau yakin, nek?" Tanya Sumin.
Nenek peramal itupun mengangguk disertai senyum meyakinkan.
Setelah mengucap terima kasih, Inha dan Sumin kembali melanjutkan acara jalan-jalannya.
"Kenapa kau tidak percaya adanya vampir, Sumin ah?" tanya Inha penasaran.
Sumin mengangkat bahu. "Kupikir mereka hanya ada dalam dongeng. Tapi jika mereka memang benar-benar ada, aku ingin bertemu dengan mereka hehe" katanya diakhiri cengiran.
"Lalu menurutmu, siapa vampir di sekitar kita?"
"Entah. Mungkin tetanggaku? Teman kampusmu? Orang-orang di pemotretan? Atau mungkin... Junmyung?" tebak Sumin yang masih cengar-cengir. Kemudian keduanya tertawa bersama membayangkan namja Lee itu sebagai seorang vampir penghisap darah.
Tiba-tiba handphone Sumin bergetar. Gadis itupun segera mengeluarkan benda itu dan melihat layarnya. Sebuah pesan dari Jimin.
From: Park Jimin
Sayang, bisakah kau datang ke restoran lebih awal nanti? Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan
Dahi yeoja bermata bulat itu berkerut bingung saat membacanya. Entah kenapa firasatnya mengatakan bahwa Jimin akan membicarakan sesuatu yang sangat penting. Sumin jadi penasaran dan ingin segera mengetahuinya.
Saat sedang asyik mengetik balasan untuk Jimin, tiba-tiba smartphone Sumin disambar oleh seseorang. "Yaaaak!!" Pekiknya dengan terkejut. Kepalanya segera menoleh dan melihat seseorang yang berlari tunggang langgang. Seketika itu ia tahu bahwa orang itulah yang mengambil smartphonenya. "Pencuri!!" teriak gadis itu sambil berbalik dan berlari mengejar orang berhoodie hitam.
Pencuri itu terlihat berbelok ke sebuah gang dan Suminpun mengikuti. "Yaaaak!! Kembalikan smartphoneku!" Teriaknya lagi sambil berbelok ke gang itu juga.
Pencuri itu tiba-tiba berbalik. Dan Sumin bisa melihat penyebabnya. Di belakang si pencuri, ada dinding beton yang menjulang tinggi. Itu artinya, gang tersebut buntu.
Sumin berhenti beberapa meter dari si pencuri. "Kau terjebak." Katanya dengan senyum sinis. "Sekarang kembalikan handphoneku!" Lanjutnya sambil mengulurkan tangan.
Jika Sumin perhatikan, pencuri smartphonenya ini sepertinya adalah seorang lelaki. Tapi gadis itu tidak bisa mengira-ngira berapa usianya. Karena iapun tidak bisa melihat wajahnya yang tersembunyi dibalik tudung hoodie hitamnya.
"Sumin!" Teriak Inha yang datang dengan mengangkat kedua high heelsnya sebagai senjata. "Kau baik-baik saja?"
"Ya" jawab Sumin yang masih menatap tajam lelaki di hadapannya.
Yeoja Choi itu terus berlari melewati Sumin hingga sampai di dekat si pencuri. "Pencuri sialan!" teriaknya sambil mengayunkan tangannya untuk memukul kepala pencuri itu dengan bagian heel dari sepatunya itu.
Sayangnya, si pencuri itu malah menangkap ayunan tangan Inha. Kemudian ia menarik tubuh gadis itu ke arahnya, membalikkan badannya, dan mengunci leher Inha dengan tangan kanannya yang ternyata telah memegang pisau.
Sumin melihat gerakan si pencuri itu dengan mata lebar. Sepertinya lelaki ini adalah seorang pencuri profesional jika dilihat dari betapa cepat gerakannya.
Meskipun tertutup tudung hoodie, Sumin masih bisa melihat lelaki itu menyeringai. "Aku akan menyakitinya jika kalian macam-macam denganku" ancamnya.
Sumin terbelalak ngeri melihat mata pisau yang siap melukai tenggorokan sahabatnya itu. Inhapun sama. Matanya melirik pisau di lehernya dengan takut. Dia bahkan tidak berani hanya untuk menelan ludahnya.
"Apa maumu?" tanya Sumin tegang. Pandangannya tidak pernah lepas dari mata pisau si pencuri.
"Pertama, buang senjata konyolmu itu" kata si pencuri pada Inha.
Inhapun menurut. Ia menjatuhkan sepasang sepatu high heels itu dari kedua tangannya.
"Sekarang, serahkan uang dan smartphone kalian" ucap lelaki itu dengan senyum miring.
Dengan pasrah, Sumin melempar tasnya yang kemudian mendarat di dekat kaki si pencuri. "Kau sudah mendapatkan smartphoneku"
Inhapun juga menjatuhkan tasnya yang tersampir di bahunya. "Smartphoneku di dalam tas" katanya dengan suara tegang.
"Kau sudah mendapatkan apa yang kau mau. Sekarang lepaskan temanku!" Pinta Sumin dengan rahang mengeras.
Lelaki pencuri itu tersenyum miring. "Tidak-"
Tiba-tiba Inha mengayunkan sikunya kuat-kuat ke perut si pencuri di belakangnya. Bersamaan dengan itu, ia menginjak kaki si pencuri.
"-Aaaakkh!!" Membuat pria itu langsung memekik sambil terbungkuk, tanpa bisa melanjutkan kalimatnya tadi.
Secepat mungkin Inha segera berlari menjauh. Tapi ternyata si pencuri masih sempat menyabetkan pisaunya pada lengan Inha. "Aaakkh!" Teriak gadis itu kesakitan. Dia terhuyung tapi untungnya Sumin dengan sigap menangkap tubuh sahabatnya itu.
"Omo! Ayo kita segera pergi dari sini!" Kata Sumin sambil memapah Inha berlari pergi.
Setelah beberapa langkah, akhirnya Inha bisa berlari sendiri. Diapun mulai berteriak. "Pencuri!! Tolong!! Dia membawa pisau!!"
Masih sambil berlari, Sumin menengok ke belakang. Pencuri itu masih terbungkuk memegangi perutnya. Sepertinya Inha mengayunkan sikunya dengan sangat kuat. Melihat kesempatan untuk mengambil barang berharganya yang berada agak jauh dari lelaki sialan itu, Sumin segera berbalik. Dengan sekuat tenaga ia menendang kepala pencuri itu dengan heels kayunya.
Si pencuri itu terjengkang ke belakang dan kembali berteriak kesakitan. Yeoja bersurai coklat itu segera mengambil tasnya, tas Inha, dan juga high heels milik sahabatnya.
Tapi saat Sumin bangkit, lengannya telah dicengkram oleh si pencuri. "Sialan!!" teriak pencuri itu sambil menarik tubuh gadis itu ke arahnya.
Pacar Jimin itu terhuyung ke arah si lelaki pencuri. Hingga kemudian ia merasakan benda tajam dan dingin merobek perutnya. Mata bulatnya melebar saat menunduk. Lelaki sialan di depannya itu ternyata telah menusukkan pisaunya pada perut Sumin.
Tubuh Sumin langsung terasa lemas. Darah segar keluar dari sela-sela lukanya. Dengan gemetar, gadis itu memegangi perutnya, berharap bisa menghentikan pendarahan. Tapi sayangnya ia tak bisa. Cairan merah lengket itu terus membanjir keluar. Hingga pening menyerang kepala Sumin dan pandangannyapun mulai menghitam.
Sebelum yeoja Baek itu hilang kesadaran, ia masih sempat melihat senyum sadis si pencuri yang berdiri menjulang di atasnya.
TBC
Kurang gimana?
Ada typo kah?
Kurang detail kah deskripsinya?
Kurang ngefeel kah?
Kasih masukan dong ????
With love, Astralian ????