Apa kau percaya adanya vampir?
Sebagian orang mungkin akan menjawab YA. Sebagian yang lain mungkin akan menjawab TIDAK. Sedangkan sisanya mungkin akan diam saja karena terlalu bingung.
Kau mungkin mengira bahwa makhluk nocturnal ini hanya ada dalam dongeng yang biasa diceritakan untuk menakuti bayi.
Tapi bagaimana jika mereka benar-benar ada?
Bagaimana jika mereka berada diantara kita?
Bagaimana jika ternyata mereka bersembunyi dan berbaur dengan berjuta-juta manusia, tanpa kita sadari?
Jika kau tidak percaya dengan adanya makhluk penghisap darah ini, mungkin sebaiknya kalian tidak perlu melanjutkan untuk membaca story ini.
Tapi jika kau percaya adanya mereka, persiapkan hatimu karena mungkin story ini akan sangat mempengaruhi kesehatan hatimu.
Nah, jika kau percaya adanya vampir, apa kau akan merasa takut padanya?
Atau malah mengaguminya?
Kau pasti tahu bahwa mereka semua memiliki paras yang kelewat sempurna. Bahkan bisa saja mereka menjeratmu dengan pesonanya hanya agar mereka dapat meminum darahmu hingga tubuhmu mengering.
Apakah kau akan dengan senang hati memberikan darahmu itu?
Mungkin kau berfikir bahwa semua vampir pasti haus darah.
Tapi tidak.
Ada pula dari mereka yang sanggup menahan nafsunya. Memang kau pikir bagaimana cara mereka berada di lingkungan manusia? Tentu saja dengan menahan bau-bauan wangi darah itu.
Bahkan para vampir yang dianggap sudah cukup umur, akan dipaksa untuk tinggal dengan manusia untuk melatih mereka menahan nafsu.
Tentu saja ada manusia yang mengetahui keberadaan mereka di sekelilingnya.
Ada yang menyambut baik kehadiran mereka.
Dan ada pula yang membenci mereka.
Sebagian dari mereka percaya bahwa manusia dan vampir dapat hidup berdampingan dan saling menghormati. Mereka yakin bahwa vampir bisa mengendalikan diri dan tidak akan menyakiti manusia.
Tapi di sisi lain, ada manusia yang sangat membenci vampir. Karena menurut mereka, vampir tetaplah vampir dengan makanan pokok mereka berupa darah. Yang mana bisa membunuh jutaan manusia hanya dalam hitungan jam.
Mereka menyebut diri mereka sendiri sebagai, Vampire Hunter.
Sesuai dengan namanya, mereka memburu para vampir. Membunuhnya dengan peluru perak hingga tak ada lagi eksistensinya di muka bumi.
Dalam situasi seperti ini, dimanakah posisi yang akan kau ambil?
Apakah kau akan menjadi manusia yang akan hidup bersama para vampir tanpa memandang mereka dengan sebelah mata?
Atau kau akan menjadi manusia yang akan memburu vampir-vampir itu ke seluruh dunia?
Ataukah kau akan diam saja, berpura-pura bahwa kau tidak mengetahui keberadaan para vampir dan tidak ambil pusing dengan eksistensi mereka?
???? Black Roses ????
Seorang lelaki kelewat tampan sedang duduk santai di atap sebuah rumah. Netra coklatnya menatap bosan pada kehidupan malam para manusia. Semilir angin malam membawa aroma manis darah dari manusia-manusia itu. Namja itu mengendusnya. Kemudian seringai miring muncul di wajah sempurnanya. "Tidak ada yang menarik" gumamnya.
Gumaman itu tidaklah merujuk pada pemandangan dibawahnya. Melainkan merujuk pada bau darah para menusia itu. Ya, dia memang seorang vampir. Tapi dia termasuk vampir yang cukup rewel dengan makanannya. Bukan sembarang manusia yang akan dimangsanya. Ia hanya akan meminum darah yang menurutnya manis saja.
Bahkan jika ada seorang wanita yang dengan senang hati menyerahkan darahnya, tapi jika menurut lelaki itu tidak cukup manis, ia tetap tidak akan mau memangsanya. Ia akan lebih memilih untuk meminum darah babi saja.
"Kau disini, hyung" terdengar sebuah suara dari belakang namja itu.
Tapi lelaki itu tetap duduk, bahkan tidak menoleh untuk sekedar melihat tamunya. "Bagaimana kau tahu aku disini?"
Si tamu mengangkat bahu dengan cuek. "Dengan melacak pikiranmu, tentu saja"
Namja yang lebih tua tidak berkomentar lagi. Membuat keheningan menggantung diantara keduanya, seolah mereka tak saling kenal.
"Mari kita pulang, hyung. Sebentar lagi matahari akan terbit" ajak lelaki yang masih berdiri di belakang hyungnya itu.
Seolah tersadar dengan ajakan itu, si namja yang masih duduk santai itu sontak mendongak menatap langit.
Pemandangan yang sangat indah, dimana gelap malam mulai memudar. Digantikan oleh semburat gradasi pink-orange-kuning yang dihasilkan oleh bias sinar matahari.
"Kookie, apa kau tahu bagaimana rasanya terkena sinar matahari?" tanya yang lebih tua, setengah melamun.
Namja dibelakangnya langsung begidik ngeri. Karena ia memang pernah merasakannya sekali. Dulu. Beratus tahun yang lalu. "Menyakitkan"
"Aku ingin mencobanya tanpa merasa terbakar" gumamnya. Beberapa detik kemudian ia menertawakan diri sendiri karena mengkhayalkan sesuatu yang mustahil. "Konyol" cibirnya sambil bangkit. "Ayo pulang" ucapnya sambil menatap namja tampan lain yang lebih muda 200 tahun darinya.
Kookie mengangguk patuh. Sekejap kemudian mereka berdua telah menghilang dari sana.
???? Black Roses ????
Seorang gadis bersurai coklat panjang sedang berkutat dengan bunga-bunga di tokonya. Menyiraminya, memupuknya, dan menatanya sedemikian rupa hingga terlihat sangat cantik.
Yeoja itu tersenyum puas melihat hasil karyanya. "Sekarang waktunya mengepel. Setelah itu, toko siap dibuka" ucapnya dengan ceria.
Belum lama gadis itu mengepel sudut-sudut lantai, lonceng kecil yang ditempatkan di balik pintu toko telah berbunyi nyaring. Gadis itu heran. Padahal ia belum membalik papan gantung bertuliskan 'tutup' menjadi 'buka'. Tapi kenapa sudah ada pelanggan?
"Sumin ah, ada surat untukmu" teriak seorang gadis berambut sedikit ikal yang memasuki toko sambil mengamati sebuah surat di tangannya.
Mendengar teriakan itu, yeoja pemilik toko bunga itu menghela nafas lega. Ia pasti akan mengenali suara cempreng milik sahabatnya itu dimana pun berada. "Dari?" tanya gadis yang dipanggil -Sumin- tanpa mengangkat pandangan dari lantai.
"Tidak ada pengirimnya" jawab gadis tadi sambil membolak-balik surat tersebut dengan dahi berkerut.
Sumin menghela nafas sebal. Menghentikan aktivitas bersih-bersihnya, kemudian menatap sahabatnya itu. "Mana mungkin tidak ada pengirimnya, Inha"
Inhapun memperlihatkan sisi depan dan sisi belakang surat aneh itu untuk membuktikan bahwa memang tidak ada nama pengirim di amplopnya.
Dahi Suminpun ikut berkerut. "Aneh sekali" ucapnya sambil merebut surat tersebut. Diapun membukanya.
Penasaran, Inha yang bertubuh lebih pendek dari Sumin segera berjinjit di belakang sahabatnya itu. "Astaga tulisannya jelek sekali" komentar Inha yang ikut membaca.
Baek Sumin, tolong jangan ganggu suamiku lagi. Asal kau tahu saja, Park Jimin sudah memiliki 3 orang anak yang sangat menyayanginya, dan juga seorang istri yang cantik jelita.
Jadi tolong jangan goda dia lagi, dan jangan menemuinya lagi! Kau tidak bisa mendapatkan lelaki lain ya?! Dasar wanita murahan! Tidak tahu diri!
Awas saja, jika kau menemui suamiku lagi, aku akan membuat hidupmu sengsara!! Ingat itu!
Setelah membaca deretan kata itu, Sumin dan Inha sama-sama termenung.
"Astaga Sumin-ah, ternyata selama ini kau berkencan dengan Park Jimin?" Tanya Inha setelah terlepas dari keterkejutannya.
Tidak menghiraukan Inha, Sumin malah membolak-balik surat ancaman itu. "Benar-benar tidak ada pengirimnya" gumamnya dengan kerutan dahi yang semakin menukik tajam.
"Benar juga" Inha malah mengiyakan, lupa bahwa pertanyaannya belum terjawab sama sekali. "Tapi aku baru tahu Park Jimin itu sudah menikah. Ah, kupikir dia masih lajang" lanjutnya dengan bibir dipoutkan.
Seolah tertarik dengan perkataan Inha barusan, Suminpun memandangi sahabatnya itu.
"Apa?" Tanya Inha dengan refleks.
"Kau kenal dengan Park Jimin?" Tanya Sumin dengan wajah serius.
"Oh maafkan aku, Sumin. Aku tidak bermaksud merebutnya darimu. Aku hanya mengagumi ketampanannya saja" jawab Inha dengan panik. Berfikir bahwa Sumin cemburu karena perkataannya tadi.
"Apakah dia memang setampan itu?" Tanya Sumin lagi.
Inha langsung mengangguk antusias. "Sangat" jawabnya. Tapi sedetik kemudian ia terdiam. "Tunggu. Kau tidak tahu Park Jimin?" Tanya gadis itu dengan mata terbelalak.
Sumin hanya menggeleng. "Siapa sih Park Jimin itu?" tanyanya dengan polos.
Inha ternganga tak percaya. "Apa?!" Pekiknya. "Kau bercanda kan?"
Tapi teman masa kecilnya itu hanya menggeleng dengan wajah polos yang sama. "Park Jimin itu siapa, Inha?"
TBC
Halo ???????? silahkan tinggalkan kritik dan sarannya ya