Bel sekolah berbunyi nyaring menandakan usainya sekolah.
‘Duk’
Kepala Sera menghantam meja tulisnya.
“Aduh.”
“ckckck.” Lucas menggelengkan kepalanya seraya mendecakkan lidah.
“Udah selesai lagi kelasnya?” tanya Sera yang masih setengah sadar.
“Ke mana aja, Bu? Udah dua jam loh ini. Seru mimpinya?” tanya Lucas.
Bangku-bangku bergeseran dan langkah-langkah kaki serta canda tawa anak-anak membuat suasana kelas sangat riuh.
“Hmm…Aku ngga mimpi apa-apa kok.”
Sera menggosok matanya. Akhirnya gadis itu benar-benar terbangun. Dengan gontai, ia beranjak bangun dari bangkunya dan merapikan buku-buku di meja.
“Aku duluan yah. Harus bantuin tanteku jaga warung. Biasa,” kata Lucas.
“Okay. Sampai ketemu nanti malem,” jawab Sera.
Lucas dan Sera saling melambaikan tangan. Sera baru saja akan menutup kursinya ketika ia mendengar suara pintu diketuk.
Wajah Han Soo terpampang di ambang pintu ketika Sera mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang datang. Han Soo menyandarkan punggungnya di pigura pintu. Tubuhnya yang ramping dan tinggi terlihat bagaikan model.
“Come on, Sleeping Beauty,” kata Han Soo.
Sera pun berlari-lari kecil ke arah Han Soo. Han Soo dengan santai segera menggandeng tangan Sera. Untung saja teman-teman sekelas Sera and Lucas sudah hengkang dari ruangan. Jika tidak, pasti sudah ada kerusuhan di situ.
Sera dan Han Soo berjalan santai ke warung depan sekolah di mana mereka biasa makan bakso. Di sana banyak anak-anak yang sedang jajan dan duduk-duduk. Setelah memesan dua mangkuk mie bakso, Sera dan Han Soo duduk di bangku panjang di balik tenda.
“Kenapa ngeliatin aku terus?” tanya Sera saat Han Soo sedang menyeruput kuah baksonya.
Han Soo berhenti menyeruput. Ia mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah Sera. Matanya menatap mata pacarnya itu lekat-lekat.
“Soalnya kamu cantik,” jawab Han Soo.
Sera pun mendengus.
“Gombal. Yang bener dong, Han. Aku tahu kalau kamu lagi ada masalah.”
“Aku ngga ada masalah kok.” Han Soo kembali memfokuskan perhatiannya kepada mangkuk bakso di hadapannya.
“Udah ngomong aja. Kamu ngga bisa nyembunyiin apa-apa dari aku.”
Han Soo terdiam.
“Sebenernya Papa aku udah ngga pulang seminggu.”
Kali ini Sera-lah yang berhenti makan karena kaget.
“Aduh. Tapi Papa kamu udah ngasih kabar kan?”
“Dia telepon Mama minggu lalu. Mama terdengar marah di telepon.”
“Mungkin pertengkaran rumah tangga biasa kali, Han.” Sera berusaha menenangkan Han Soo.
“Kamu ngga ngerti, Ra. Papa dan Mama aku ngga pernah sekalipun ribut.”
Sera terdiam karena ia tidak tahu harus menjawab apa. Barulah ketika Han Soo mulai makan kembali, Sera bisa bernapas. Suasananya begitu tegang membuat Sera salah tingkah.
Selesai makan, Han Soo beranjak ke abang bakso dan membayar makanan Sera dan dirinya. Sera mengikuti Han Soo berjalan ke motor bebeknya yang terpakir di halaman sekolah. Han Soo menyerahkan helm pink salem milik Sera dan mengenakan helm hitam miliknya. Tak lama kemudian, Han Soo dan Sera melaju ke Plaza Senayan.
Han Soo dan Sera berjalan menuju Café Black List di mall. Mbak pelayan di café tersebut tersenyum kepada Sera dan Han Soo karena para pelayan di café tersebut sudah sangat mengenal mereka. Paling tidak Han Soo ke café itu tiga kali seminggu. Sera pun dengan senang hati menemani Han Soo hampir setiap kalinya.
“Pesenan biasa, Mas Han Soo?” tanya Mbak waiter.
“Iya, seperti biasa yah, Mbak,” jawab Han Soo.
bagus nih, mnarik. ini seting t4nya jkarta? tokoh utamanya bnyk nma asing, cm td ada bca plaza senayan.
Comment on chapter Pengakuan Ayahkyknya seting t4nya prlu d prjlas lagi (saran aja :D).
mampir2 juga ya, ke story about three boys and a man
untuk saling krisan :D