Loading...
Logo TinLit
Read Story - Renafkar
MENU
About Us  

Pagi hari di sekolah, Rena sedang duduk di dalam kelas sambil membaca novel favoritnya. Di kelasnya hanya beberapa orang yang datang pagi itu, yang lain biasanya agak siang termasuk Anta. Namun, tiba-tiba terdengar suara dentaman sepatu yang begitu cepat datang menghampirinya

               “Good morning Renaa,” teriak Anta duduk di sebelah Rena.

               Dengan tersenyum,”Hmm, morning,” jawab Rena santai.

               “Ish, kok lo nggak semangat gitu sih? Yang semangat dong,” suruh Anta

               “Yang penting masih gue jawab, dari pada enggak sama sekali,” cuek Rena.

               “Serah lo deh. Eh by the way, gimana perasaan lo hari ini?” tanya Anta

               Rena menoleh ke arah Anta yang menaik turunkan alisnya dan tersenyum lebar.

               Dengan tersenyum,”Udah agak mendingan. Dan moodboster gue nambah,” senyum Rena.

               “Yeee, berarti Rena udah nggak ada rasa dendam lagi kan?”

               Rena menjawabnya hanya dengan menggelng-gelengkan kepalanya.

               Di sela-sela obrolan mereka, datanglah dua orang kakak kelas yang memakai seragam pramuka dan menempatkan posisi mereka di depan kelas.

               “Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh!” ucap kedua kakak kelas itu.

               “Wa’alaikumsalam warrahmatullahi wabarakatuh,” serentak semua siswa yang ada di dalam kelas.

               “Maaf dek mengganggu waktunya sebentar. Kami dari panitia PAB pramuka akan memberikan kalian surat peminatan untuk mengikuti acara PAB ini. Di acara PAB ini kita akan mengadakan kemah tiga hari dua malam, jadi kami harapkan kalian semua ikut ya. Kalo nggak ikut, kalian akan meninggalkan moment-moment berharga selama PAB ini.”

               Tiba-tiba Anta mengangkat lengannya, menandakan bahwa ia ingin bertanya sesuatu kepada salah satu kakak pramuka itu.

               “Kak! Susunan acaranya itu apa aja kak? Kok sampe tiga hari banget?” tanya Anta

               “Oh iya, untuk hari pertama kalian akan mempersiapkan semua kelengkapan kalian serta membangun tenda yang akan kalian jadikan tempat istirahat, dan malam pertama kalian akan mengikuti proses pelantikan anggota baru pramuka. Hari kedua kalian akan jalan santai dan outbond seru, malam keduanya kami memberi kalian waktu bebas untuk bersenang-senang, dan pada malam itu juga kita akan menyalakan api unggun. Hari ketiga, kalian check out dan pulang ke rumah masing-masing,” jelas salah satunya.

               “Yeeaayy!!! Ada malam bebas!!!” teriak Juno hingga membuat seluruh kelas tertawa termasuk kakak-kakak pramukanya.

               “Meskipun ada satu malam buat kalian free ngapain aja, ada syaratnya juga loh,” lanjut salah satu kakak pramuka.

               “Syaratnya apa kak?” tanya Rena.

               “Syaratnya kalian tidak boleh meninggalkan lapangan sebelum meminta izin kepada ketua panitia,” jawabnya sambil tersenyum.

               “Yaahhh!!” teriakan protes menggema di ruangan kelas ini. Kekecewaan yang diperlihatkan semua anggota kelas Rena, membuat kakak pramuka yang ada di dalam kelas tertawa.

               Setelah itu, kakak-kakak pramuka membagikan kertas peminatan kepada seluruh siswa yang ada di dalam kelas tersebut. Dilanjutkan dengan  mengucapkan salam dan meninggalkan kelas.

               “Ren, kira-kira kita satu tenda sama siapa ya?” tanya Anta begitu kakak-kakak pramuka meninggalkan kelas.

               “Emm, gimana kalo kita ajak Syifa, Rani, Ara, Ody, sama Nayla? Kayaknya mereka mau kita ajak satu tenda,” saran Rena.

               “Ya udah, lo aja sana yang ajak mereka. Gue tinggal nunggu hasil,” ucapnya santai sambil menempelkan headset ke telinganya.

               “Dasar!!” Rena pun berdiri dan meninggalkan Anta menuju bangku teman-teman yang disebutkannya tadi.

               Setelah beberapa menit kemudian, Rena kembali duduk di bangkunya. Dengan cepat Anta segera melepaskan headsetnya dan mulai menanyai Rena.

               “Gimana, Ren?” tanya Anta

               “Mereka udah deal jadi kelompok satu tenda kita pas PAB nanti, puas lo?” jawab Rena.

               “Sip deh, puas banget gue.” sambil menunjukkan dua jempol kepada Rena.

               Kemudian, Rena dan Anta mulai membuat daftar barang-barang yang akan mereka bawa saat PAB nanti, dan kegiatan-kegiatan apa saja yang akan mereka lakukan saat malam bebas.

***

               Hari-hari pun berlalu begitu cepat, tibalah saatnya acara PAB atau jika diperpanjang adalah Penerimaan Anggota Baru pada cabang Pramuka dimulai. Para peserta sudah mulai berdatang pada sabtu pagi. Mereka semua memakai seragam pramuka. Sebelum mendirikan tenda, para peserta dikumpulkan terlebih dahulu di Aula, dan kemudian berjalan menuju lapangan.

               “Ta, gue mau ke toliet nih. Anterin gue yuk,” rengek Rena.

               “Ya udah ayo!” sambil menarik tangan Rena.

               Rena dan Anta berjalan menuju toilet dengan langkah cepat, karena tidak ingin ketinggalan acara. Tanpa Rena dan Anta sadari, mereka bertemu dengan Afkar yang baru saja keluar dari Aula bersama salah seorang temannya.

               Rena dan Afkar saling tatap, eyes to eyes, dilanjutkan dengan Afkar yang tersenyum di depan Rena. Rena mematung.  Afkar melewati Rena begitu saja tanpa mengetahui bahwa Rena gugup saat bertemu dengannya.

               “Ren, Rena. Lo nggak kenapa-kenapa kan?” bingung Anta.

               Rena masih mematung. Anta sudah mulai bingung, dan akhirnya memutuskan untuk teriak di samping telinga Rena.

               “WOY RENA!!” teriak Anta.

               “Aduhh!! Lo ngapain sih? Pake teriak di kuping gue segala lagi,” sambil menutup telinganya.

               “Lo tadi tuh bengong, Ren. Waktu lo tahu Afkar lewat, lo udah matung aja. Makanya gue teriak.” jawab Anta.

               “Ya udah gue ke toilet dulu. Tungguin ya,” perintah Rena.

               “Iya iya,”

               Beberapa menit kemudian, Rena keluar dari toilet dan bergegas menuju lapangan bersama Anta. Di lapangan semua peserta PAB beserta para panitia sudah berbaris dengan rapi untuk mengikuti apel pembukaan PAB. Melihat keadaan tersebut, Rena dan Anta segera, mencari barisan kelasnya dan membentuk barisan di belakang.

               Di bawah terik matahari, apel pembukaan berlangsung dengan lancar, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan susunan acara yang akan dilakukan selama PAB berlangsung. Setelah pembacaan susunan acara berakhir, para peserta dibubarkan untuk mendirikan tenda yang akan mereka tempati untuk istirahat, dilanjutkan dengan susunan acara lainnya.

               SKIP!

               Malam hari pertama pun telah berlalu, dan sekarang malam hari kedua pun datang. Malam inilah yang paling ditunggu-tunggu para peserta PAB, karena pada malam ini mereka dibebaskan untuk melakukan aktivitas apapun bersama teman-teman mereka. Mereka boleh berjoget, bernyanyi, atau berkumpul bersama mengelilingi api unggun.

               Tepat pukul 20.25, semua panitia dan para peserta PAB sudah duduk manis mengitari api unggun besar yang panas membara.Rena dan Anta duduk pada posisi di depan api unggun, dan yang paling mengejutkan, ternyata Afkar juga berada di posisi depan api unggun dan berhadapan dengan Rena.

               “Oke, adik-adik, gimana kalo malam yang indah ini kita nyanyi aja?” tawar Kakak panitia.

               “SETUJUUU!!” teriak semua peserta.

               Afkar tiba-tiba berdiri dan berjalan menuju tendanya. Semuanya terlihat bingung setelah melihat tingkah aneh Afkar yang tiba-tiba saja berdiri dan pergi begitu saja. Namun, tanpa diduga Afkar kembali dari tendanya dan membawa ditanganya.

               “Ooh, ambil gitar, wkwk,” gumam Anta.

               Rena hanya tersenyum menahan tawa dengan tingkah laku Afkar.

               Afkar duduk di tempatnya semula, dan bertanya kepada kakak panitia.

               “Kak, aku mulai dulu ya? Nanti kalo ada yang hafal lagunya bisa nyanyi bareng, kan?” tanya Afkar yang menoleh ke kanan dan ke kiri

               Semuanya terlihat mengangguk-anggukan kepala mereka masing-masing, menandakan bahwa mereka setuju.

               Afkar memulai petikan gitarnya dengan pelan. Suasana menjadi hening, dan semua perhatian mengarah ke Afkar.

               Afkar memulai nyanyiannya....

Dalam harapku dan inginku

Kau ada disana

Di setiap langkahku dan mimpiku

Kau ada disana....

 

Mungkin suatu saat nanti

Kau dan aku bersama

Berdua kita jalin kasih

Dalam satu ikatan cinta

               Mata Rena menatap Afkar yang sedang bernyanyi, ia perlahan mulai menikmati lagu yang dinyanyikan Afkar. Semua yang berkumpul disana juga menggerakkan tubuh mereka ke kanan dan ke kiri, meresapi tiap alunan lagu yang dinyanyikan Afkar.

               Asli! Suara Afkar enak banget, merduu, batin Rena.

               Pada lirik selanjutnya Afkar berhenti bernyanyi, dan menunggu ada yang melanjutkannya. Tiba-tiba Rena bernyanyi merdu dengan mata tertutup.

Oh Tuhan tolong...

Jaga dirinya disana

Aku disini kan menunggu

Hanya diriku dan dirinya

Indah pada waktunya

               Setelah itu, Rena membuka matanya dan yang terlihat pertama olehnya adalah Afkar yang tersenyum ke arahnya dan masih memetikkan gitarnya. Rena tersenyum, dan mereka bersama-sama melanjutkan lirik lagunya.

Oh Tuhan tolong

Jaga dirinya disana

Aku disini kan menunggu

Hanya diriku dan dirinya

Indah pada waktunya..

               Kemudian, terdengar suara sorak-sorak dan siulan dari para peserta dan para panitia.

               “Ciyeeee,” serentak semuanya menyoraki Afkar dan Rena. Namun, mereka berdua masih bertatapan dan tersenyum, tidak menghiraukan sorakan teman-temannya. Afkar mulai mengawali lirik.

Meski ku dan dirinya

Terpisah jarak dan waktu

Namun ku yakin

Dirimu hanya untuk ku (Afkar)

 

Tak perlu kau ragu kasih

Ku yakin cinta kita kan abadi...

Dan indah pada waktunya (Rena)

               Mereka bersama-sama bernyanyi, dan diiringi dengan suara dua yang dihasilkan dari suara para panitia dan para peserta.

Oh Tuhan tolong

               “Tuhan tolonglah merekaaa,” teriak Igo diikuti oleh semua yang ada disana.

Jaga dirinya disana

               “Disaanaa,” semua berteriak lagi.

Aku disini kan menunggu

               “Kami disini akan menunggunya,” teriak mereka lagi dengan tingkah laku yang berbeda. Ada yang menutup mata, mengepalkan tangan, berteriak di telinga temannya, dll.

Hingga diriku dan dirinya

Indah pada waktunya

               KOCAK PARAHH!!

Rizky Febian feat (Aisyah Aziz) – Indah pada waktunya

              

               Setelah nyanyian Afkar dan Rena selesai semuanya berteriak histeris.

“Yeeaayy.... Wouhuu... So sweet bangett,” teriak semua orang yang berkumpul malam ini.

               “Cuit, cuit,” Igo bersiul.

               Suara tepuk tangan dan sorakan gembira mulai terdengar keras. Afkar dan Rena tertawa malu.

               “Ehm, masih diliatin terus aja,” senggol Anta.

               “Eh, eee, siapa yang liatin, gue liatin api unggunnya kok,” Rena basa-basi.

               “Dih, masih ngeles aja, dasar adiknya Kak Dony.” tawa Anta diikuti oleh Rena yang juga tertawa.

               Afkar bersalaman dengan para kaum lelaki, dan ada juga yang memberinya pujian karena suaranya yang sangat enak didengar. Dia melihat Rena yang tertawa lepas dengan Anta. Afkar terkekeh kecil, dan tiba-tiba Igo mengejutkannya.

               “Woy bro!! Gimana rasanya bisa duet bareng Rena?” goda Igo.

               “Apaan sih lo?” Afkar memukul pundak Igo.

               “Ayo dong, lo cerita aja perasaan lo gimana. Gue kepo nih,” rengek Igo.

               “Biasa aja, Go. Yaa, deg-degannya juga sih, tapi... Ash pokoknya gitu deh,” Afkar ragu.

               “Ciyee yang lagi kesemsem,” Igo menyenggol manja ke Afkar.   

               “Ck, apaan sih lo? Jijik tahu!” Afkar pergi meninggalkan Igo.

***

 

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dede_pratiwi

    rena dan afkar menjadi renafkar, hehe... nice hit. keep writing. udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu

    Comment on chapter Kata Pengantar
Similar Tags
Untuk Navi
1185      655     2     
Romance
Ada sesuatu yang tidak pernah Navi dapatkan selain dari Raga. Dan ada banyak hal yang Raga dapatkan dari Navi. Navi tidak kenal siapa Raga. Tapi, Raga tahu siapa Navi. Raga selalu bilang bahwa, "Navi menyenangkan dan menenangkan." *** Sebuah rasa yang tercipta dari raga. Kisah di mana seorang remaja menempatkan cintanya dengan tepat. Raga tidak pernah menyesal jatuh cinta den...
I have a dream
328      265     1     
Inspirational
Semua orang pasti mempunyai impian. Entah itu hanya khayalan atau angan-angan belaka. Embun, mahasiswa akhir yang tak kunjung-kunjung menyelesaikan skripsinya mempunyai impian menjadi seorang penulis. Alih-alih seringkali dinasehati keluarganya untuk segera menyelesaikan kuliahnya, Embun malah menghabiskan hari-harinya dengan bermain bersama teman-temannya. Suatu hari, Embun bertemu dengan s...
NAZHA
445      336     1     
Fan Fiction
Sebuah pertemuan itu tidak ada yang namanya kebetulan. Semuanya pasti punya jalan cerita. Begitu juga dengan ku. Sang rembulan yang merindukan matahari. Bagai hitam dan putih yang tidak bisa menyatu tetapi saling melengkapi. andai waktu bisa ku putar ulang, sebenarnya aku tidak ingin pertemuan kita ini terjadi --nazha
FORGIVE
2109      745     2     
Fantasy
Farrel hidup dalam kekecewaan pada dirinya. Ia telah kehilangan satu per satu orang yang berharga dalam hidupnya karena keegoisannya di masa lalu. Melalui sebuah harapan yang Farrel tuliskan, ia kembali menyusuri masa lalunya, lima tahun yang lalu, dan kisah pencarian jati diri seorang Farrel pun di mulai.
I'm Possible
6627      1779     1     
Romance
Aku mencintaimu seiring berjalannya waktu, perasaanku berubah tanpa ku sadari hingga sudah sedalam ini. Aku merindukanmu seiring berjalannya waktu, mengingat setiap tatapan dan kehangatanmu yang selalu menjadi matahariku. Hingga aku lupa siapa diriku. -Kinan Katakan saja aku adalah separuh hidupmu. Dengan begitu kamu tidak akan pernah kehilangan harapan dan mempercayai cinta akan hadir tepat ...
Angkara
1137      670     1     
Inspirational
Semua orang memanggilnya Angka. Kalkulator berjalan yang benci matematika. Angka. Dibanding berkutat dengan kembaran namanya, dia lebih menyukai frasa. Kahlil Gibran adalah idolanya.
complicated revenge
21796      3373     1     
Fan Fiction
"jangan percayai siapapun! kebencianku tumbuh karena rasa kepercayaanku sendiri.."
Bertemu di Akad
4218      1199     1     
Romance
Saat giliran kami berfoto bersama, aku berlari menuju fotografer untuk meminta tolong mendokumentasikan dengan menggunakan kameraku sendiri. Lalu aku kembali ke barisan mahasiswa Teknik Lingkungan yang siap untuk difoto, aku bingung berdiri dimana. Akhirnya kuputuskan berdiri di paling ujung barisan depan sebelah kanan. Lalu ada sosok laki-laki berdiri di sebelahku yang membuatnya menjadi paling ...
Mahar Seribu Nadhom
5012      1744     7     
Fantasy
Sinopsis: Jea Ayuningtyas berusaha menemukan ayahnya yang dikabarkan hilang di hutan banawasa. Ketikdak percayaannya akan berita tersebut, membuat gadis itu memilih meninggalkan pesantren. Dia melakukan perjalanan antar dimensi demi menemukan jejak sang ayah. Namun, rasa tidak keyakin Jea justru membawanya membuka kisah kelam. Tentang masalalunya, dan tentang rahasia orang-orang yang selama in...
Puisi yang Dititipkan
528      349     2     
Romance
Puisi salah satu sarana menyampaikan perasaan seseorang. Puisi itu indah. Meski perasaan seseorang tersebut terluka, puisi masih saja tetap indah.