Bella mengamati sekumpulan anak-anak yang sedang mencari tempat duduk mereka. Berhamburan kesana-kemari. Ia sengaja berdiri di tempat strategis agar ia bisa menunjukkan tempat pada anak-anak yang masih kebingungan.
Satu jam kemudian, ia sampai di ruang kelas I-c. Ia adalah wali kelas di kelas tersebut, ia masuk dan mendapati anak-anak yang tadinya berisik menjadi diam. Bella mengamati sekeliling kelas. Semuanya biasa. Sangat biasa, kecuali seorang mahasiswa yang duduk di pojok belakang sebelah kiri. Anak itu. Anak yang kemarin.
Bella mengamati anak itu dari ujung kepala sampai kakinya. Tatapan matanya tajam, namun terhalang kacamatanya. Ia berpostur tegap namun badannya kurus atletis. Wajahnya tampan dan rambutnya disisir rapi. Ia masih bocah, pikir Bella. Makhluk itu manis dan misterius. Andai saja ia sedikit lebih dewasa, ia akan sangat menggoda.
Bella membuyarkan lamunan-nya. “Kalian semua dengarkan.” Kata Bella tegas, ia tak mau nantinya diremehkan bocah-bocah itu kedepannya jika ia terlihat lembek. “Nama saya Bella. Saya akan jadi wali Kelas kalian sekaligus guru BK. Jadi saya harap kalian tidak akan macam-macam dan membuat masalah kedepannya. Mengerti!” ancam Bella.
Dan terbukti berhasil, semua anak menjawab “Yes Ma’am”. Kecuali anak itu, ia hanya terdiam 1000 bahasa. Bella mengalihkan perhatiannya dan pergi keluar kelas. Siapa anak itu? , tanya Bella dalam hati. Bella sangat penasaran, ia bergegas menuju kantor dan membuka berkas para mahasiswa.
Rion. Oh...Rion Ramond Hullbert. Nama yang agak asing bagi telinganya. Ia meneliti berkas itu. Tak ada yang aneh, mungkin ini hanya perasaannya saja. Bella kembali duduk menempati kursi yang sekarang mungkin sudah sangat merindukannya. Ia memijat keningnya. Huftt...hari yang melelahkan.
“Ah...semuanya.” Mr. Frans bangkit dan mulai berbicara, “Sayang sekali, saya harus menyampaikan berita buruk hari ini. Mungkin sebagian dari kita terpaksa harus bekerja lembur hari ini dan kebetulan itu adalah Ms. Bella dan Ms. Corona. Sebagai guru BK, Ms. Corona dan Ms.Bella harus menyampaikan laporan evaluasi siswa baru tahun ini. Tentu saja, kalian tidak keberatan bukan? Apalagi saya rasa banyak yang mengangur, bukan?” lirik Mr. Frans pada Bella yang sontak langsung memperbaiki posisi duduknya.
Dasar pria tua sialan, batin Bella. Malam ini ia memiliki rencana membuat barbeque dengan Jean. Tapi nampaknya rencana itu harus hancur berantakan dan daging-daging bakar itu harus menunggu lain waktu. Ah...sayang sekali. Padahal, air liur Bella hampir menetes membayangkannya.
Jam 4 sore, semua staff sudah muali bergegas pulang. Dan ia dan Ms. Corona akan terjebak disini semalaman. Huft...saat ia ingin merenggangkan badan, Mr. Frans tiba-tiba berbalik padanya dan berkata, “Kalian paham kan, harus menyerahkan laporan itu besok?” ancamnya. Ms. Corona hanya tersenyum manis disusul dengan anggukan pasrah Bella.
“Ah...rasanya sayang sekali bukan Ms. Bella. Kita seharusnya sudah dirumah bersama keluarga. Ah...apa bayiku dirumah baik-baik saja ya? andai saja ada orang yang berbaik hati membantuku menyelesaikan pekerjaan ini.” guman Ms. Corona. Bella hanya membisu. Whatever lah, ia paham betul apa yang berada di balik ucapan wanita ular itu. Dan hari ini ia tak mau kerja lembur sendirian.
Jam pinus itu menunjukkan pukul 7 malam. Bella sudah mengantuk, ia igin segera menyelesaikan tugasnya. Sementara, di lain meja Ms. Corona malah bersandar dan mendengkur. Oh...rupanya memang benar semua wanita cantik akan jadi jelek saat tidur. Bella bangkit dari kursinya, ia ingin ke pantry untuk mengambil segelas air. Namun, sekelebat bayangan hitam mengurungkan niatnya.
***
Rion, tergesa-gesa membongkar semua isi tasnya. Beberapa buku tulis berhamburan. “Arghhh....” geramnya saat barang yang ia cari tak kunjung menampakkan diri. Ia terus mengobrak-abrik semua isi tasnya yang kini sudah terkulai di lantai. “Dimana Flashdisk-ku. Seharusnya aku tak seceroboh ini. Argghh...jangan sampai Flashdisk itu jatuh ke tangan orang lain. Itu akan sangat berbahaya. Data yang kudapat dari The Devil itu sangat berharga. Aku bahkan menyembunyikannya dari Leon.” Gumannya frustasi.
Ia mencoba memutar kembali ingatan-nya. Ia tak seharusnya membawa benda itu ke sekolah. Dimana benda itu sekarang, batinnya sambil mengacak-acak rambutnya. Ah...ayo berpikir. Rion mencoba berpikir keras dimana ia meletakkan benda itu. Ia yakin benda itu masih di sekolah. Laci. Satu kata itu muncul bagai pelita yang menerangi rasa frustasinya.
Iya. Ia meletakkan benda itu di laci tadi siang. Ia harus mengambilnya lagi. Ia tak bisa menunggu matahari menampakkan diri lagi keesokan harinya. Rion bergegas menyambar jaket hoodie-nya dan menggunakan masker. Ini sudah hampir pukul 7 malam. Ia harus bergegas dan berharap tidak ada yang akan memergokinya nanti.
“Ah...apa itu tadi.” Batin Bella saat ia mengamati sebuah kelebat bayangan menuju ruang kelas. Ah...mungkin ia salah lihat. Tak mungkin masih ada orang disini, ini sudah sangat malam. Apa mungkin hantu, bulu kuduk Bella seketika berdiri. Ia memang pemberani tapi bukan pada makhluk gaib. Tapi itu sangat tak mungkin, hantu kan tidak punya bayangan, kan? Untuk mengobati rasa penasaran yang semakin memuncak Bella pun mengalah pada insting-nya dan menelusuri lorong menuju kelas.
Rion terburu-buru memasuki ruang kelasnya. Terkunci. Tapi itu bukan masalah baginya. Ia segera mengeluarkan sebuah jarum dan dengan mudahnya membuka pintu kelas. Ia bergegas masuk. Merapatkan pintu itu seperti tadi dan menuju mejanya. Merogoh laci dengan harap-harap cemas. Dan seketika mendapati dirinya merasakan kelegaan yang luar biasa begitu tangannya yang tertutup kaos tangan menyentuh sebuah benda yang dicarinya sejak tadi. Ia segera menjejalkan benda itu ke sakunya sedalam mungkin, berharap benda itu tak akan jatuh.
Baru saja ia ingin melangkahkan kakinya. Telinganya yang sensitif menangkap bunyi sepasang kaki yang mendekat. Ia refleks menyembunyikan dirinya di bawah meja dan berjalan merangkak menuju jendela.
Bella mengamati keadaan sekitarnya tapi tak ada hal yang aneh. Namun, instingnya yang kuat menuntunnya pada ruang kelasnya yang masih terkunci rapat. Tanpa sadar tangan Bella menyentuh gagang pintu dan mendorongnya. Ia sangat terkejut begitu menyadari pintunya sudah tak terkunci. Ini tidak mungkin. Pak Roy selaku security pasti selalu mengunci semua kelas saat menjelang malam. Hanya ada satu kemungkinan. Penyusup.
Bella melangkahkan kakinya kedalam kelas dengan hati-hati. Lampunya masih mati, suasananya gelap. Ia berjalan perlahan-lahan mengamati keadaan sekeliling. Mungkin penyusup itu masih ada di dalam kelas ini, ia harus hati-hati. Bella berjalan menuju belakang kelas. Mendekatkan jaraknya pada penyusup itu. Namun, tiba-tiba saja ada tangan yang mendekap mulutnya dari belakang. Dengan gerekan refleks ia menyikut penyusup itu tepat di perutnya. Tapi penyusup itu berhasil mengelak.
Kini mereka sudah saling berhadap-hadapan. Penyusup itu memakai baju serba hitam dan menggenakan masker. Penyusup itu adalah pria dan setinggi Bella. Tanpa mengalihkan pandangan Bella langsung menyambar kursi yang ada di dekatnya dan melemparkannya pada penyusup itu. Namun, diluar dugaan Bella penyusup itu dengan mudah menghindar dan malah menerjang Bella. Bella hampir terjerembab ke lantai jika saja ia tak cepat-cepat menghindar.
Penyusup ini berbahaya, gerakanya cepat dan ringan seperti gerakan karate yang ia pelajari. Dengan cepat Bella menghantamkan tinju, tapi ditangkis oleh penyusup itu. Penyusup itu mulai menggunakan gerakan kaki dan kali ini Bella tak bisa menghindar. Bella terjatuh kebelakang tapi ia berhasil menarik jaket penyusup itu. Mereka terjerembab ke lantai bersama-sama.
Dengan cepat penyusup itu melepaskan cengkeraman tangan Bella dan memuntir tangan Bella hingga Bella tak bisa bergerak. Namun, Bella cepat-cepat melepaskan diri. Dan sekarang mereka berhadapan lagi.Penyusup itu menyerangnya lagi, ia memfokuskan gerakannya pada pukulan, tendangan, siku dan serangan lutut. Thai Boxing.
Bella kewalahan menangkisnya. Untuk saat ini ia tak dapat menyerang balik, bertahan saja sudah membuatnya ngos-ngosan. Selama ini Bella tak pernah bertemu lawan yang sebanding dengannya. Namun, sekarang pria tak dikenal ini membuatnya kewalahan.
Jika ia wanita biasa, ia pasti sudah tumbang dari tadi. Untungnya ayahnya adalah master karate. Namun, pria yang dihadapinya sekarang bukan pria sembarangan. Pria ini mengusai muay thai dan juga gerakan karate. Sulit sekali menggabungkan kedua gerakan ini. dan energi pria ini luar biasa, karena muay thai ini menggunakan gerakan seluruh tubuh. Harusnya ini akan menguras tenaga yang banyak, tapi pria ini sepertinya memiliki banyak cadangan tenaga.
Bella sudah hampir kalah, ah apa pedulinya dengan cara yang baik saat bertarung yang diajarkan ayahnya. Toh ini bukan di arena. Dengan cepat Bella menyambar vas bunga yang ada di meja dan melemparkannya pada penyusup itu. Penyusup itu berhasil menagkis vas itu tepat sebelum mengenai kepalanya. Namun, vas itu berhasil melukai lengannya.
Saat ia kehilangan fokus Bella mulai menyerangnya, ia terjengkang dan alhasil Bella berhasil menindihnya, “ Siapa kamu!” gertak Bella berusaha mencoba melepaskan masker yang menutupi wajah penyusup itu. Tapi penyusup itu membantingnya ke belakang. Mencengkeram kuat kedua lengannya dan dengan tali yang entah ia dapat darimana. Penyusup itu mengikat kedua lengan Bella dengan kuat dan menyumpal mulutnya menggunakan taplak meja dan meninggalkan Bella yang terikat begitu saja.
Bella berusaha keras berteriak, namun tak ada suara yang bisa keluar dari mulutnya. Hanya Ms. Corona yang saat ini bisa membantunya. Ia benci gagasan bahwa ia membutuhkan pertolongan wanita itu. Namun, ia tak punya pilihan lain. Ia berusaha melonggarkan taplak yang menyumpal mulutnya dengan menggerakkan wajahnya sebisa dan seaneh mungkin.
Begitu ikatannya mengendur ia berteriak minta tolong. Dan ia bernafas lega begitu mendengar suara langkah kaki mendekat. “Ms. Bella kau dimana?” tanya Ms. Corona dengan takut dan gemetar. “Ms. Corona aku disini. Masuklah ke dalam ruangan kelas. Cepatlah.” Teriak Ms. Bella. Ms. Corona membuka pintu dan begitu melihat Bella yang terikat ia malah menangkupkan kedua tangannya menutupi mulutnya yang mungkin sudah mengangga lebar.
“Ms. Corona bantu aku melepaskan ikatan ini.” perintah Bella. Namun, wanita yang di panggilnya itu malah diam tak berkutik. Wajahnya pucat pasi. Oh...seharusnya Bella tak mengandalkan wanita pengecut itu. “Hey...Cepat!!” Geram Bella emosi.
Tapi wanita itu malah melangkahkan kakinya mundur dan berlari menjauh. “Hey...pengecut! lepaskan ikatanku.” Wah...Benar-benar wanita ular itu. Bella mencoba melepaskan ikatan itu dengan geram. Wanita ular itu sangat egois, meninggalkannya begitu saja. Dasar picik...dan sialnya setelah berlama-lama berkutat dengan tali itu Bella bahkan tak bisa mengendurkan ikatannya. Ikatannya terlalu kuat.
Tiba-tiba pintu terbuka dengan kasar. Dan muncullah Pak Roy, security sekolah. “Pak...tolong lepaskan saya, pak.” Rintih Bella. Dengan sigap pak Roy menghampirinya dan berusaha melepaskan ikatan Bella. Dan rupanya pak Roy bahkan kesulitan melepaskan ikatan itu. Dan hal yang membuat Bella semakin geram adalah pak Roy bahkan butuh waktu hampir seperempat jam untuk mencoba mengotak-atik tali itu. Apa sebegitu susah sih, batin Bella kesal.
Akhirnya setelah sekian lama ikatan itu terlepas. “Ms. Bella tak apa-apa.” Tanyanya. “Saya baik-baik saja pak.” Jawab Bella. “Lebih baik anda ke pos satpam saja. Disana lebih aman.” Ajaknya. Bella pun menurut, jujur saja Bella malu. Melarikan diri seperti ini bukan gayanya. Tapi, pria itu tadi kuat sekali Bella bahkan tak sanggup menghadapinya.
Saat ia sampai di pos satpam, Bella melihat Ms. Corona yang ketakutan duduk sendirian. Wah...rupanya wanita itu yang melaporkan hal itu pada pak Roy. Yah...ia beruntung. Jika ia benar-benar meninggalkannya sendirian, Bella pasti akan memberikan pelajaran yang berharga padanya besok.
“Sebenarnya apa yang terjadi ?” tanya Pak Roy begitu Bella duduk. “Tadi ada penyusup. Saya melawannya tapi sayang ia berhasil kabur.” Jawab Bella enteng seolah itu bukan apa-apa. Tapi, wajah Ms. Corona tambah memucat. Setelah melalui diskusi yang panjang. Bella dan Ms. Corona pulang. Ini sudah larut malam dan sebaiknya kasus ini harus menunggu sampai besok.
Rion segera turun dari mobil sport mewahnya. Memarkirkannya dihalaman rumahnya. Seharusnya sekolah sudah kosong pada malam hari. Tapi sialnya, ia malah bertemu dengan wali kelasnya di kelas. Dan sialnya lagi wanita itu cukup kuat untuk menghambatnya. Ia tadi mengikat wanita itu, maksudnya gurunya. Tapi, Rion sama sekali tak merasa bersalah.
Salah sendiri wanita itu ikut campur. Padahal ia hanya ingin mengambil barangnya yang tertinggal. Untung ia tak meggunakan kekuatannya secara penuh. Tap sialnya sekarang sikunya sakit karena hantaman vas tadi.
Rion segera memasuki rumah barunya, menuju kamarnya. Rion melepaskan hoodie dan maskernya. Ia menemukan lebam biru pada siku lengannya ketika berkaca. Oh...beruntungnya ia hari ini, umpatnya dalam hati.
Sementara itu, Bella akhirnya sampai di rumah. Dan begitu ia membuka pintu ia medapati Jean yang menunggunya dengan cemas. “Bella...kamu dari mana saja.” Geramnya namun berubah kaget saat Bella pulang dalam keadaan berantakan.
“Bella kamu baik-baik saja?” tanya Jean khawatir. “Ah...aku baik-baik saja. Hanya saja bla-bla-bla...” Bellapun menceritakan semua kejadian itu dengan semangat seperti anak kecil sehabis menonton film kartun yang disukainya bukannya habis berkelahi dengan penyusup. Sementara Jean hanya termanggu.
“Serius kamu Bel? Tapi kamu nggak terluka, kan?” tanyanya begitu Bella selesai cerita. Aku nggak papa sih. Juma tanganku agak memar aja karena terus mengangkis serangannya tadi. Sorry banget ya, kita nggak jadi Berbeque-an hari ini. Dan aku juga lupa mau sms kamu.” Jawab Bella merasa bersalah.
“Ah...itumah gampang. Nggak usah kamu pikirin. Sekarang kamu mandi aja terus bobok.” Nasehat Jean seperti ibunya saja. Bella-pun menurut. Tapi, anehnya ada perasaan berdesir dalam hatinya. Penyusup itu, dia pria pertama yang bisa mengalahkanku!
Wihh mantap
Comment on chapter RK