Lemmy akhirnya ikut pergi dengan Retia. Mereka jalan-jalan sambil mengarah ke toko hewan. Pasar, restoran, dan aneka toko telah mereka lewati. Seperti dugaannya, desa ini memang makmur dan warganya terlihat sangat bahagia. Terutama, pemimpinnya—Ren Herodis—juga sangat ramah. Tapi, perilaku seperti ini bisa saja digunakan untuk menutupi sesuatu. Karena itulah, Lemmy tertarik pada desa ini.
Akhirnya mereka sampai. Toko hewan itu cukup besar dari yang dibayangkannya. Banyak binatang ada disana. Burung, kucing, anjing, dan lainnya lengkap berada di toko itu. Seseorang mendekati mereka.
"Hai, Retia, membeli makanan ikan lagi?" seorang wanita dengan rambut yang dikucir ke samping bertanya pada Retia. Dia melihat pemuda di sampingnya, "Dan siapa ini? Pendatang baru lagi?"
"Iya, dia baru datang kemarin. Namanya Lemmy Nashville" jawabnya.
"Salam kenal" Lemmy menunduk tanpa memberi ekspresi.
"Salam kenal juga, Lemmy. Aku pemilik dan pengurus toko ini, Terry Kayr" balas Nyonya Terry dengan ramah. “Retia, kau bisa bertanya padanya untuk membeli makanan ikan" tunjuknya ke seorang pemuda berambut pirang dan memakai kacamata yang sedang mengelus burung.
"Aku bisa sendiri, kok. Aku tahu tempatnya"
"Jangan begitu, dia juga pendatang baru minggu ini. Kalian bisa menjadi teman dekat"
Dia berpikir sejenak, "Emm baiklah, Lemmy kau tunggu disini ya?" tanpa menunggu jawaban, ia langsung pergi meninggalkan mereka berdua.
Suasana menjadi terasa canggung. Tidak ada satupun dari mereka yang bicara. Akhirnya Terry berinisiatif untuk bicara lebih dulu.
"Kau anak yang pendiam, ya?!" Lemmy tidak memedulikan pertanyaan itu. Dia malah memalingkan wajah.
Terry tetap tersenyum ramah. "Retia memang cepat akrab dengan orang lain" mereka melihat orang yang dibicarakanya tertawa bersama pemuda berkacamata yang ada disampingnya.
"Itu perkembangan yang bagus. Padahal dulu dia anak yang pendiam, tak peduli pada lingkungan sekitar, dan jarang tertawa seperti itu" lanjutnya.
Lemmy mengedipkan mata beberapa kali. Dia tidak menyangka, gadis aneh itu yang selalu terlihat bahagia, memiliki sikap yang berbeda darinya sekarang.
"Dia menyimpan rahasia, karena itulah dia menghindari orang-orang. Tetapi seiring waktu, dia mulai membuka diri"
"Rahasia apa?"
Terry tersenyum cukup lama pada Lemmy. "Ketika kau sudah menjadi sahabatnya, dia pasti akan mengatakannya" Lemmy terdiam memikirkannya. Sebenarnya dia sudah memiliki dugaan tentang jawaban pertanyaannya sendiri.
"Tetapi ingat! Jangan pernah menghianatinya. Tidak hanya dia yang akan marah tetapi 'kami' juga" kata Terry lagi dengan menekankan kata 'kami' yang berarti warga desa.
Entah mendengarkan atau tidak, dia masih menatap Retia dengan tajam.
* * *
Setelah selesai membeli, Retia mengajak Lemmy ke suatu tempat.
"Rolo ternyata sangat baik dan asyik diajak bicara. Dia bahkan mengajariku cara merawat telur burung hingga menjadi burung dewasa. Dia sangat ramah" Retia menceritakan pertemuannya dengan teman barunya.
"Rolo? Anak yang memakai kacamata tadi?"
"Benar. Kau harus mengobrol dengannya jika bertemu lagi" Lemmy tidak menanggapi. Dia tidak berminat untuk perkenalan lagi.
"Ah... kita sampai" Retia langsung berlari ke arah danau, meninggalkan Lemmy yang berhenti di tempat. Dia memperhatikan Retia yang begitu girang memberi makan ikan-ikan di danau. Rambut merahnya kelihatan keluar ketika gadis itu menundukkan badan sedikit ke bawah.
"Retia!" panggilnya sembari melangkah mendekat hingga di samping pohon.
"Ya. Kenapa?"
"Nyonya Terry memberitahuku kalau kau memiliki rahasia" ucapnya langsung tanpa basa-basi.
"Hah? A-apa..?" Retia gugup dan membenarkan penutup kepalanya.
Lemmy melihat tindakannya dan tersenyum kecil seperti apa yang diduganya memang benar. "Tadi saat di Sacry Hapdee, kau belum menjawab pertanyaanku tentang makan sambil menutup kepala. Itu dimaksudkan untuk menyembunyikan rambutmu itu, maksudku rambut merahmu itu yang dimaksud rahasia, 'kan?"
Retia tampak tegang. Wajahnya terlihat panik. Bagaimana dia tahu? Kurasa ayah salah, dia bukan orang yang dapat dijadikan teman.
Melihatnya membisu, dia yakin sekarang, dugaannya memang terbukti benar. Dia duduk di bawah pohon. "Aku tahu ‘cerita itu’, tapi tidak tertarik. Ini juga baru pertama kali aku melihat seseorang berambut merah dan langsung membuatku kagum”Retia membulatkan mata, merasa kaget dan heran.
“Kau pasti sangat cantik dengan rambut indahmu itu"
Ia tersentak. Kalimat Lemmy yang terakhir itu mengingatkannya pada ucapan Shiva padanya dulu. Dia lalu mendekat. Dari bawah, Lemmy dapat melihat mata Retia yang berwarna merah juga. Mata semerah darah, membuatnya tambah kagum. Tapi tidak memberi tanggapan.
"Apa maksudmu berkata seperti itu? Kupikir tadi kau bagian dari orang-orang jahat itu?"
Lemmy menatapnya dengan heran.
"Tapi kau juga langsung bertanya kepadaku, bukan menyerang atau... menculikku" dia menyentuh dagunya, merasa bingung juga.
"Aku semakin tidak mengerti" ucapnya sambil menggelengkan kepala. "Ada orang yang ingin menculikmu?" tanyanya menyelidik.
Retia membuang muka. "Iya"
Lemmy menatap lama. Sekarang ia mengerti apa dimaksud Terry tentang penghianat. Dan ini pasti berkaitan dengan rambut merahnya. "Lalu apa hubungannya dengan rambut merah?"
Retia tersentak kaget. "I-itu..." ia kebingungan menjawabnya. Segera ia ambil napas panjang. "Akan lebih baik jika kau tidak mengetahuinya" lalu berlari pergi tanpa berkata apa-apa lagi.
"Tunggu!" Lemmy berteriak memanggilnya, tetapi gadis itu tetap berlari cepat.
Lemmy segera menyadari kesalahan bodohnya itu dan mengutuki dirinya sendiri. "Bagus. Sekarang aku kehilangan sumber informasiku. Betapa bodohnya aku” Andai saja dia tetap diam, dia pasti sudah berteman dengan putri kepala desa ini dan mudah mendapat informasi apapun. Dia yakin, Ren Herodis memiliki banyak informasi yang mungkin berguna baginya.
Ketika memandang ke danau, di melihat sesuatu."Apa itu?" karena penasaran, dia mendekat sampai ke pinggir danau. Dilihatnya seekor ikan yang cukup besar membawa sesuatu di mulutnya. Ikan itu menghampirinya. Karena merasa aneh, Lemmy mencelupkan tangan kanannya ke air. Air di danau tidak dingin, justru terasa hangat.
Ikan itu memberikan benda tadi kepadanya. Ternyata sebuah pin. Bentuknya segitiga berwarna hitam dengan ukiran aneh yang berwarna emas. Seperti simbol mantra, pikirnya ketika melihat ukiran tersebut.
Itu milik Kak Retia, benda kesayangannya yang tadi terjatuh disini
Lemmy mendengar suara. Dia langsung menyadari asal suara tersebut.
"Jadi ini milik Retia. Kau yang mengambilnya ketika jatuh di danau ya?" tanyanya pada si ikan.
Kau bisa mengerti ucapanku?
"Ya, tentu saja. Katanya ini anugerah. Orang-orang bermata emas dapat berkomunikasi dengan hewan dan tumbuhan. Dan juga pada hal lain yang cukup aneh. Semua ini berkaitan dengan kekuatan orang bermata emas itu" ucapnya menjelaskan.
Waahh, hebat. Kalau begitu kekuatanmu adalah...
Lemmy memejamkan mata sesaat dengan senang. Lalu mengarahkan tangannya ke depan. Seketika air di sekitar si ikan merapat membentuk bola yang mengangkat ikan itu ke udara.
"Ya, kekuatanku adalah mengendalikan air"