Kicauan burung yang terdengar bersahut-sahutan bersamaan dengan hangatnya sinar matahari pagi, tampaknya tak cukup untuk dapat mengusik tidur seorang gadis bersurai brunette panjang yang masih setia berada dalam hangatnya selimut tebal bercorak bintang miliknya.
Satu-satunya gerakan yang berasal dari tubuh gadis itu hanyalah geliatan nyaman yang malah menambah nyenyak tidur gadis itu, seakan berisiknya kicauan burung dibalik jendela kamar menjadi lullaby untuknya.
Dan jangan lupakan pula gedoran keras yang berasal dari luar pintu kamarnya, memperkuat bukti betapa senangnya gadis muda itu bergumul dibawah selimut hangatnya.
“Annie! Mau tidur sampai kapan!? Bukannya hari ini kau bilang punya jadwal penting!?” Teriak pemuda bersurai pirang yang setia menggedor pintu putih didepannya sejak lima belas menit lalu, tentu saja demi membangunkan sang adik yang memang terlalu sulit untuk dibangunkan sampai-sampai membuatnya ingin naik darah saat itu juga.
Bagaikan mantra sihir, kata-kata terakhir dari kalimat sang kakak membuat tubuh annie bergerak cepat untuk segera bangun. Sepasang kaki itu melangkah dengan tergesa menuju kamar mandi, dan jangan lupakan pula tangannya yang secepat kilat menyambar handuk yang tergantung tepat disamping pintu kamar mandi.
Diluar, pemuda dengan tinggi 175 cm itu menghela nafas lega setelah mendengar suara rusuh dari dalam kamar sang adik yang sekaligus menjadi pertanda bahwa makhluk tukang tidur itu sudah bangkit dari hibernasinya.
Dengan hanya butuh waktu tak lebih dari sepuluh menit annie beraada didalam kamar mandi, gadis berusia tujuh belas tahun itu telah keluar dengan bathrobe ditubuhnya. Ia bahkan tak peduli sedikitpun jika pada kenyataannya ia tak terlalu bersih saat mandi tadi, saat ini yang terpenting ia bisa berpakaian dengan benar terlebih dahulu sebelum berangkat kesekolahnya.
Dengan cekatan, tangan annie meraih sebuah kemeja lengan panjang dengan kaus putih pendek yang nantinya akan ia pakai untuk dalaman dan tentu saja sebuah jeans panjang berwarna pudar untuk bagian bawahnya.
Tak butuh waktu lama, gadis itu telah siap sepenuhnnya dengan tas yang sudah tersampir manis dibahu. Dan sebelum dirinya benar-benar keluar dari kamar bernuansa biru itu, ia menyempatkan diri untuk mematut diri didepan cermin hanya untuk sekedar memastikan bahwa baju yang ia pakai tak lagi terbalik seperti sebulan yang lalu.
Kejadian yang cukup lama memang, tapi bahkan hingga sekarang teman-temannya masih mengejek dirinya jika mengingat hal memalukan itu.
Dia adalah marryanne swadzigger, dan karena namanya yang sedikit susah untuk disebut maka semua teman-teman atau siapapun mengenal dirinya memanggilnya annie. Seorang gadis berusia tujuh belas tahun yang sebentar lagi akan mengakhiri masa sekolah menengahnya yang membosankan. Juga seorang gadis bersurai brunette panjang dan sedikit bergelombang dengan mata biru laut yang sering disebut ‘putri tidur’ oleh sang kakak, zack.
Seulas senyum tampak diwajah manis annie kala sepasang netranya menatap sang kakak yang tengah duduk manis dengan pisau selai dan roti panggang ditangannya. Dengan segera gadis itu melangkah mendekat dan menepuk bahu sang kakak.
“Hai selamat pagi zack, apa tidurmu nyenyak?” Sapa annie dengan riang. Setelahnya, gadis ceria itu menarik salah satu kursi dimeja makan dan mendudukinya.
Sementara itu, zack hanya meliriknya sekilas lalu memusatkan kembali pandangannya pada roti dan selai di masing-masing tangan. Membuat annie sedikit mengerucutkan bibir mencoba terlihat seolah ia tengah kesal karena diabaikan.
Namun hal itu tak berlangsung lama, hingga sepasang netra biru itu bertemu pandang dengan sepiring pancake dengan kepulan asap menggoda dari tangan sang bibi yang lewat didepan matanya. Dan saat itu pula ekspresi kesalnya tergantikan dengan ekspresi kelaparan yang kentara.
“That’s what i like, pancake bibi linda memang selalu saja menggugah selera makanku!” seru annie sembari mengambil beberapa lembar pancake untuk kemudian ia letakkan dipiringnya sendiri, tak lupa pula tangannya meraih sebotol madu disalah satu sudut meja sebagai pelengkap sarapannya.
Wanita paruh baya yang masih memakai apron itu tersenyum hangat, satu tangannya yang bebas ia gunakan untuk mengusak surai brunette indah itu dengan sayang. “Kalau begitu kau makan saja sebanyaknya, nanti akan bibi buatkan lagi jika masih kurang.”
Dengan mulut penuh dengan pancake, annie mengangguk antusias mendengarkan ucapan wanita yang telah ia anggap sebagai ibu baginya tersebut.
“Ck dia itu bisa makan apa saja bibi, tidak perlu repot-repot begitu. Toh dia juga hanya tau tidur dan makan,” ucap zack sembari memasukkan sepotong roti yang ia persiapkan sendiri kedalam mulutnya.
Yang tentu saja hal itu mengundang tatapan tajam dari annie namun kemudian zack balas menatapnya seolah ia mengatakan ‘apa lihat-lihat’ dari tatapannya saja.
“Okay jangan bertengkar dulu, cepat kalian habiskan sarapannya dan berangkat sekolah sebelum telat,” ucap bibi linda.
Sebuah gerakan dari zack mengalihkan perhatian annie dari pancake dipiringnya, dengan sigap ia menahan kemeja zack saat pemuda pirang itu meraih tasnya seakan bersiap pergi mendahului annie.
“Heh mau kemana? Tunggu aku,” ucap annie. Kemudian tangannya bergerak kembali untuk memasukkan pancake yang tersisa dipiring kedalam mulutnya.
“Bibi linda kami berangkat dulu!” Seru annie setelah menyelesaikan sarapannya dan melepaskan ujung kemeja zack yang sempat ia tahan, meskipun pemuda itu terus-terusan menggerutu.
“Hei.” Annie yang tengah menghapalkan beberapa rumus untuk ujian nanti refleks menoleh saat suara zack terdengar memanggil dirinya.
“Kenapa kau selalu tak bisa bangun lebih awal? Jika dulu aku masih bisa memakluminya karena kau masih anak-anak, tapi sekarang kau itu sudah hampir menyusulku keperguruan tinggi. Bukankah itu agak keterlaluan?” ucap zack panjang lebar, hingga membuat annie yang mendengarkan sedikit ternganga karena baru kali ini zack berbicara sepanjang itu dalam satu kalimat.
Selama ini yang selalu pemuda itu ucapkan hanyalah umpatan pelan saat ia sedang kesal, teriakan penuh emosi di pagi hari saat membangunkan dirinya yang juga selama ini ia anggap ucapan terpanjang yang pernah zack ucapkan, lalu saat sedang menjahilinya hanya dengan beberapa kata.
Annie menyadarkan dirinya dari keterkagumanya segera, ia mengalihkan atensi sepenuhnya pada zack disampingnya sebelum benar-benar menjawab pertanyaan pemuda itu. Meskipun sebenarnya ia agak sedikit bingung harus menjawab yang mana terlebih dahulu.
“Hm aku juga sebenarnya selalu ingin bangun lebih awal, tapi rasanya entah kenapa sulit sekali untuk dilakukan. Seolah-olah ada seseorang yang menyuruhku untuk tetap tidur,” balas annie.
Zack menatap gadis yang hanya setinggi lengan atasnya itu sejenak lewat ujung matanya, “kau tak sedang berbohong kan?” ucap zack yang mengundang lirikan tajam dari annie.
“Please, aku sedang serius karena kau yang bertanya serius sekali tadi,” balas annie sediki jengkel.
Kemudian keheningan menyelimuti keduanya, tak ada yang membuka obrolan hingga zack menghentikan langkahnya disalah satu halte.
“Hati-hati dijalan, jangan membolos seperti seminggu lalu. Aku berangkat dulu,” ucap zack yang kemudian menguasak surai sang adik yang tentu saja menimbulkan protes dari gadis yang usianya berjarak tiga tahun darinya itu.
Disaat bis yang ditumpangi zack telah melaju, annie kembali melangkahkan kaki dengan sedikit malas menuju gedung sekolah yang tinggal berjarak seratus meter didepan matanya.
Hembusan angin yang tak tau dari mana asalnya membuat annie bergidik, ia mendongakkan kepalanya menatap langit cerah kota london yang memang saat ini tengah berada di musim panas sehingga mustahil ada angin sedingin itu.
“Mungkin hantu kesepian,” pikir annie sembari melanjutkan langkah kakinya sebelum ia benar-benar telat dan pada akhirnya tak diperbolehkan masuk oleh miss. Brady.
“Annie!!!” Seruan seorang gadis yang memanggil namanya membuat annie berhenti dan menoleh, mengulas senyum lebar menyambut kedatangan gadis pendek seusianya yang saat ini berlari kecil menghampiri dirinya.
“Sudah belajar untuk ujian hari ini?” Ucap gadis berkuncir kuda itu dan dibalas annie dengan anggukan.
Kedua pasang kaki milik kedua gadis itu kembali melangkah menuju kelas mereka, hingga annie berhenti secara tiba-tiba dan berbalik. Membuat gadis disampingnya ikut berhenti dan mengerutkan dahinya bingung.
“Annie, ada yang salah?” ucap gadis itu.
Annie menggeleng pelan lalu kembali berbalik dan melangkah, “Entahlah jessie, kurasa aku hanya berhalusinasi.” Jessie menaikkan sebelah alisnya heran, namun kemudian ia ikut melangkahkan kaki juga mengikuti sahabatnya.
Kedua gadis itu masuk kedalam kelas dimana hampir semua kursi sudah terisi oleh para siswa dikelas mereka, keduanya memilih untuk menempati kursi kosong paling belakang yang tersisa.
Jessi menyenggol lengan annie dengan sikutnya, “hei ann aku rasa kita dapat jackpot,” bisiknya sembari terkikik kecil.
“Setuju,” balas annie dengan suara pelan pula. Dan setelahnya kedua gadis itu tertawa dengan suara pelan
“Perhatian semuanya, aku punya kabar!” Sontak berpasang-pasang mata yang tadinya menghadap kebawah beralih menatap pemuda dengan surai cokelat tua didepan
.
“Kira-kira ketua kelas kita mau mengatakan apa?” bisik annie pada jessie disampingnya.
“Entahlah, kuharap ini berkaitan dengan ujian kita hari ini,” balas jessie.
Pemuda dengan tinggi sekitar 170-an itu menarik nafas sejenak, “Miss braddy tadi memberitahuku, ujian akan diundur sampai minggu depan dan dia juga memberitahuku kalau hari ini seluruh pelajaran kita kosong.”
Sontak hampir seluruh penghuni kelas itu termasuk annie bersorak senang, meskipun ada beberapa yang terlihat lesu ataupun kecewa karena berarti hari ini mereka semua dapat pulang cepat.
“Ck tau begitu aku tidak usah berangkat dan melanjutkan tidurku saja,” gerutu annie setelah sebelumnya ia sempat menjadi orang yang paling bersemangat karena ujian diundur.
Jessie tersenyum seolah-olah ia adalah ibu annie dan mengusap pucuk kepala gadis yang lebih tinggi darinya itu beberapa kali, “Tenang saja setelah ini silahkan sambung tidurmu semalam sepuasmu,” ucap jessie.
Sebuah gebrakan pada pintu masuk membuat semua orang didalam kelas menghentikan seluruh kegiatannya, membuat keramaian yang sedetik lalu mengisi kelas tersebut berubah menjadi keheningan yang mencekam.
Dipintu masuk, sekitar empat orang aneh berpakaian serba hitam hingga wajahnya pun tertutup oleh tudung hitam yang mereka kenakan berdiri seakan tengah memindai keseluruh bagian kelas.
“Maaf tuan-tuan, ada perlu apa anda kemari?” ucap ketua kelas sembari mendekat perlahan kearah orang-orang tak dikenal itu.
Namun belum sempat dirinya mendekat, kepalanya terasa memberat dengan pandangan yang mulai mengabur saat itu pula. Dan hal itu bukan hanya terjadi pada dirinya seorang, melainkan hampir seisi kelas yang juga mulai memegangi kepala mereka hingga akhirnya seluruh orang mulai tak sadarkan diri.
Kecuali annie yang sejak kedatangan orang-orang yang bahkan tak ia kenali itu membuatnya membeku, ia pun tak mengerti mengapa tubuhnya saat ini seolah bergetar ketakutan pada orang-orang dengan jubah hitam tersebut.
“Beritahu ketua kita menemukan salah satunya,” ucap salah satu dari empat orang bertudung itu.
Dengan segenap tenaga, annie berhasil mengembalikan kesadaran sepenuhnya. Meskipun ia tahu bahwa mustahil untuknya keluar dari tempat ini, ia tetap berharap ada satu cela untuknya keluar.
“Nona swadzigger, rupanya anda tumbuh dengan baik ditempat ini ya. Kalau begitu sekarang saatnya pulang.” Annie berbalik, menatap penuh tanda tanya pada seseorang lagi yang baru saja masuk.
Perlahan orang yang memanggilnya itu membuka tudung yang menutupi kepalanya, memperlihatkan wajah seorang lelaki berusia sekitar pertengahan dua puluh tahun yang saat ini tengah menyeringai padanya.
“Si-siapa kalian sebenarnya?” ucap annie yang kemudian merutuki dirinya sendiri yang malah terdengar gugup saat berbicara.
“Ck ternyata pertanyaanmu sama saja dengan si pirang itu,” Ucap lelaki itu sembari menunjuk pada seorang pemuda bersurai pirang yang saat ini tak sadarkan diri dengan beberapa luka diwajahnya.
Zack!
Annie melebarkan matanya melihat sang kakak yang sama sekali tak sadarkan diri, sejenak ia lupa jika dihadapannya saat ini ada seorang pria aneh yang memiliki kekuatan tak lazim baginya.
“Mari kita cepat akhiri, waktuku tak banyak untuk berlama-lama disini.”
Annie melebarkan matanya sekali lagi saat tubuhnya seperti tersengat aliran listri yang membuat pandangannya mengabur lalu ia tak sadarkan diri seperti yang lainnya.
“Mudah sekali, dasar lemah. Cepat bawa dia dan tinggalkan kota manusia ini,” perintah pria tersebut yang langsung dilaksanakan oleh beberapa pria bertudung yang datang pertama kali.
“Zed bagaimana dengan para manusia ini?” ucap pria yang ditugaskan untuk membawa annie yang tak sadarkan diri.
“Tinggalkan saja, efek sihirnya hanya akan bertahan selama lima belas menit. Mereka tak semudah itu mati,” ucap pria bernama zed itu lalu kembali melangkahkan kakinya keluar,
.
.
THE PYTHONISSAM
.
.
“Jika perkiraanku benar, maka para bangsa proditor itu akan kembali melewati portal utama. Jika semua yang diperkirakan oleh kepala sekolah benar, maka harusnya mereka membawa dua orang itu lebih dulu dari kita. Untuk itu aku tugaskan kalian untuk menjaga portal utama, mengerti!”
“Kami mengerti ketua,” balas seorang gadis bersurai perak yang diikuti anggukan oleh beberapa orang yang juga berseragam sama dengan yang dikenakan oleh gadis itu.
“Baiklah, aku percayakan pada kalian.”
Lanjut~
Comment on chapter Chapter 1