Hari baruku tanpa Beta sudah dimulai.Aku masih gugup menghadapi hari pertama di kelas sebelas.Kelasku berada di lantai tiga,bersampingan dengan kelas 11 IPS-5,kelasnya Kay dan Indri yang kebetulan sekelas lagi.
Naasnya,di kelas sebelas ini aku sekelas dengan Arya,Yuda dan Revan,keluargaku berkumpul jadi satu.Resti juga sekelas lagi denganku,membuka kesempatan besar untuk Arya makin dekat dengannya.
Aku menduduki meja paling depan dekat tembok,barisan pertama dari pintu.Aku sebangku dengan Arya,lagi.Yuda sebangku dengan Revan di belakangku.
Semua pandangan terpaku menuju pintu,menunggu siapa yang akan menjadi wali kelas kami tahun ini.
"Semoga tante Mila," gumamku yang cukup terdengar oleh Arya
"Jangan dong,calon mertua gak jadi dia." sahut Arya
Suara sepatu hak tinggi terdengar anggun mendekat ke kelasku,semuanya menebak bahwa yang akan menjadi wali kelas adalah seorang guru perempuan yang masih muda.Suara sepatunya makin mendekat,dan muncullah sosok yang akan menjadi wali kelasku.
"Bu Fitri lagi?" gumamku begitu melihat pada guru yang memasuki kelasku
"Selamat pagi anak muda generasi penerus bangsa!" sapa Bu Fitri ceria
"Sepertinya wajah saya sangat tidak asing bagi kalian,jadi kita langsung mulai saja penyusunan struktur organisasi kelas ini." ucap Bu Fitri
"Oke,yang menjadi ketua kelas adalah tuan Alfatih Adriansyah!" tunjuk Bu Fitri padaku
"Ahahah,ketua kelas" ledek Arya
"Dan,yang menjadi wakilnya adalah ... Yuda" lanjut Bu Fitri
"Ahahah,lo wakilnya si Alfa" ledek Arya lagi
"Sekretarisnya,Resti Marshilla!"
"Wakilnya ... tunggu sebentar.Alfa,Bella Tania ke mana?" tanya Bu Fitri
"Gak sekelas,bu" sahutku
"Pantas saja kamu sebangku dengan sesama jenis," balas Bu Fitri membuatku bergidik ngeri mendengar kata sesama jenis
"Terserah kamu sajalah siapa yang akan menempati setiap bidang di struktur organisasi di kelas ini.Tapi,saya harap kamu memilihnya dengan penuh bijaksana.Bisa dimengerti,tuan Alfa?"
"Bisa,bu" sahutku
Bu Fitri pun memulai materinya.
Aku merasa kelas sebelas ini adalah kutukan.Ya,ketika aku disatu-kelaskan dengan Arya,Yuda dan Revan dan wali kelasnya adalah Bu Fitri lagi.
***
Aku menghampiri kelas Kay untuk mengajaknya pulang.
K
ami pun menuju parkiran dan menaiki mobilku.
Mobil?
Ya,Bunda membiarkanku untuk menggunakan mobilnya karena jarang ia pakai.Jadi,kami tidak akan kepanasan,kehujanan,tapi kena macet.
"Tadi di kelas,ada yang nembak aku." ucap Kay
"Terus?Diterima?" tanyaku
"Nggaklah,aku itu gak mau pacaran dulu.Aku masih takut disakiti," jawab Kay
"Oh,baguslah.Lagian,lo harus fokus dulu sekolah." kataku menasihati
"Iya sih,tapi 'kan aku juga mau ada orang yang spesial gitu."
"Simpan aja di dalam hati,"
"Ungkapinlah,biar dia tau."
"Ya udah, kalo sakit hati tanggung sendiri."
"Ih,Alfaaa"
"Apa?"
"Eh,mampir dulu yuk!"
"Mampir ke mana?"
"Di depan ada toko buku,ayolah."
"Oke,"
Aku pun memberhentikan mobilku dan memarkirkannya.Kay langsung masuk lebih dulu karena ia sangat maniak buku,sedangkan aku berjalan santai di belakangnya.
Aku pun hanya melihat-lihat,bukunya sangat banyak dan membuat siapa saja ingin membeli semuanya.
Ku lihat,Kay sedang melihat-lihat buku puisi.Dia sangat antusias sekali dan sangat bersemangat.Entah kenapa melihat perilaku Kay,aku jadi mengingat Beta.Ya,saat aku sedang berulang tahun dan mengajak Beta jalan-jalan.Rasanya sudah lama aku tidak berbincang dengannya.
"Alfa," panggil seseorang
Aku menoleh ke arahnya,
"Eh,Rangga.Tumben mainnya di toko buku," sindirku
"Iyalah,'kan gue mau hadapin banyak ujian."balasnya sambil memperlihatkan beberapa buku persiapan untuk UN yang ia pegang.
"Sendirian aja,kaya jomblo."candaku
"Sayang,ini kayanya bagus deh"
Aku hanya diam terpaku mendengar suara yang keluar dari sosok wanita yang mendekat pada Rangga.
"Nggak dong,gue sama cewe gue" ucap Rangga sambil merangkul bahu Beta dari samping
Beta menatapku,
"Hai,Bet!" sapaku sambil tersenyum
"Oh,h-hai" balas Beta gelagapan
"Kelas berapa?" tanyaku basa-basi
"IPA-3,lo?"tanya Beta padaku
" IPA-1,"jawabku
Rangga berjalan menjauh dari kami karena sedang menerima telepon.
"Apa kabar di kelas baru?Lo sebangku sama siapa?" tanyaku
"Sama Natalie," jawab Beta
"Oh iya,Bu Fitri nanyain lo tadi.Kalo seandainya kita sekelas,dia mau nunjuk lo jadi sekretaris." kataku
"Oh,"
"Alfa,aku udah mau bayar nih." ucap Kay sambil menunjukkan dua buah buku puisi
Beta menatapku dan Kay bergantian,
"Ini Kay,dia sepupu gue." ucapku memperkenalkan Kay pada Beta
"Oh,gue Beta." balas Beta memperkenalkan dirinya
"Ya sudah,gue duluan ya." pamitku
"Iya,hati-hati." pesan Beta
Aku pun berjalan menuju kasir bersama Kay.
Dari perbincanganku bersama Beta tadi,rasanya aku seperti berbicara dengan orang asing.
Beta berubah,dia bukan Beta yang kukenal dulu.Apa dia seperti itu karena dalam rangka menjaga perasaan Rangga?Aku ragu.
Saat aku berada di parkiran,
"Alfa!" panggil Rangga
Aku menoleh ke arahnya,dia berjalan mendekat bersama Beta.
"Boleh minta tolong?" tanyanya
"Boleh," jawabku singkat
"Gue minta tolong buat anterin Beta ke rumahnya,soalnya gue ada urusan dadakan yang gak bisa ditinggalin.Boleh?"
"Terserah Beta-nya,"
"Dia mau kok,soalnya gue gak tega biarin dia pulang sendirian.Maaf banget ngerepotin,"
"Nggak kok,rumah gue sama Beta kan deket."
"Ya udah,sayang,kamu sama Alfa ya pulangnya.Maaf banget aku gak bisa antar kamu," ucap Rangga pada Beta
"Iya,gpp kok." balas Beta
Aku membukakan pintu mobil untuk Beta,dia masuk tanpa berkata apapun.Kay pun duduk bersama Beta di belakang,aku sudah seperti sopir saja di depan sendirian.
Sepanjang jalan,Kay mengobrol bersama Beta.Namun,Beta terlihat agak canggung,entah kenapa.
Beta hanya mengucapkan terima kasih saat aku menurunkannya di depan rumahnya.
"Sebelumnya tak pernah seasing ini," batinku
***
Hujan turun dengan deras mengguyur kota,aku mencoba menikmatinya sambil ditemani cokelat hangat di balkon kamarku sembari memainkan gitarku.
"Beta," gumamku tak sengaja
"Ada apa dengan Beta?"
Aku menoleh ke asal suara.
Pemilik suara itu adalah Kay,dia berjalan mendekat dan duduk di kursi yang bersebelahan denganku,meja bundar menjadi jarak antara kami.
"Nggak," sanggahku agak gugup sekaligus malu karena dia mendengar gumamanku yang tak sengaja
"Aku mau buat puisi,tapi lagi gak ada ide.Mau bantu gak?" tanya Kay
"Blank idea," kataku sambil memetik senar gitarku asal
"Apa kamu punya kenangan indah di kala hujan?" tanya Kay
Aku terdiam,tiba-tiba aku teringat Anggia.
Aku selalu pulang sekolah dengan berjalan kaki saat SMP dulu,aku selalu pulang bersama Anggia.Ketika hujan,kami selalu hujan-hujanan sambil bercanda sepanjang jalan menuju ruma.Dan kami selalu sakit bersamaan keesokan harinya.
Anggia,aku masih merindukanmu.
"Kamu punya masalah apa?Coba ceritakan,"pinta Kay
" Nggak, gue gak ada masalah apa-apa."sanggahku
"Nggak ada masalah?Masa sih?Menurut pengamatan sekilasku,kamu ini selalu memikirkan sesuatu.Apalagi ketika orang lain berbicara,kamu selalu saja melamun.Kenapa,Alfa?" tanya Kay sekali lagi
"I'm okay,Kayla" jawabku malas
"That's right?"tanya Kay ragu
Aku terdiam,aku menyadari bahwa aku sedang berbohong sekarang.
"Buku puisi yang kubeli tadi isinya bagus-bagus,kebanyakan tentang mencintai dalam diam dan luka di masa lalu." cerita Kay
"Gue banget," batinku
"Kamu punya puisi?" tanya Kay
"Punya,banyak." jawabku
"Di mana?Coba liat," pintanya antusias
"Ada,di otak." kataku asal membuatnya memasang wajah kesal
"Aku serius,"
"Jangan terlalu serius,nanti dianggap bercanda." kataku spontan
Detik berikutnya aku langsung terdiam,rasanya ucapanku tadi sangat cocok untuk menggambarkan kisahku dengan Beta.Aku terlalu serius menanggapi semuanya,sampai Beta menyadarkanku bahwa semuanya hanyalah sebuah candaan.
"Alfa,aku tau kamu ini banyak pikiran.Apa kamu gak mau berbagi masalah yang kamu pikirkan sama aku?Aku siap menjadi pendengar setia,asal kamu merasa lebih lega." kata Kay
"Lo terlalu baik,Kay.Gue gak mau masalah gue jadi beban buat lo,cukup gue yang sering melamun dan memikirkan masalahnya.Lo gak usah,"tolakku halus
"Kamu juga terlalu baik,Alfa.Kamu gak mau orang di sekitarmu merasa terbebani,kamu selalu ingin orang di sekitarmu selalu bahagia dan tidak meninggalkan senyumnya." balas Kay
"Kamu rencananya mau kuliah di mana?" tanya Kay
"Maunya sih ke Swiss,soalnya di sana suasananya masih alami.Kalo lo?" tanyaku pada Kay
"Aku mau kuliah di London atau di Amsterdam,kayanya asik." jawab Kay
"Enak ya mengkhayal,gak tau cara wujudinnya gimana." kataku sambil tertawa kecil
"Bermimpilah setinggi langit,kita gak tau Tuhan menakdirkan seperti apa nantinya."sahut Kay
"Sekali lagi,lo jadi motivator gue."ujarku membuat Kay hanya tersenyum
"Ibuku selalu bilang seperti itu,Fa.Dia adalah motivator dalam kehidupanku."ucap Kay
***