Aku mengawali hari pertama liburanku dengan bermalas-malasan di atas ranjang.Tiba-tiba Bunda mengetuk pintu dengan keras yang membuatku terganggu,Bunda membuka pintu kamarku karena tidak terkunci.
"Siap-siap,Fa,kita mau liburan ke Bogor." ucap Bunda
"Ngapain?" tanyaku malas
"Kita liburan di kampung halaman Ayah,Fa.Ayolah,Bunda udah gak sabar nih.Cepat bereskan barang-barangmu,kita akan pergi siang ini." suruh Bunda
"Apa?Siang ini?!"
"Iya,cepat.Barang-barang Bunda,Ayah dan Zahra sudah siap di mobil."
"Kok Bunda gak kasih tau sejak semalam?"
"Kamu lupa kamu tidur jam berapa?Kamu tidur dari jam 5 sore,udah kaya mayat hidup tau."
"Iya,Bun.Alfa mandi bentar lagi,"
Bunda pun keluar dari kamarku tanpa menutup pintu.Dengan malas,aku bangkit dan mengambil handuk untuk mandi.
***
Aku membawa barang-barang dari mobil dengan malas,Bunda membawa barang yang banyak dan berat sampai aku jadi kuli panggul mendadak begini.
Aku dipersilakan masuk oleh seorang perempuan yang sepertinya seumuran denganku,
"Mau dibantu?"tawarnya
Aku hanya mengangguk kemudian dia membantuku membawakan satu koper yang sejak tadi kutarik bergantian dengan koper yang lain.
Aku mengikuti langkahnya dari belakang,
"Ini kamar kamu," ucapnya berhenti di depan sebuah kamar dan membukakan pintunya
"Oh,makasih ya." balasku kemudian memasuki kamar dan menarik semua barang-barang ke dalam
Aku menghempaskan tubuhku di atas ranjang,rasanya perjalanan tadi begitu melelahkan.
"Lo Alfa 'kan?"
Aku membuka mataku dan pandanganku langsung tertuju pada asal suara,
"Lo Revan?Teman sebangku Arya?" tanyaku memastikan pada sosok pria yang berdiri di depan pintu.
"Iya,jadi lo anaknya Kak Reno.Kok gue baru tau sih," ucapnya kemudian berjalan mendekat
"Lo adiknya Ayah?Berarti lo itu om gue" simpulku
"Gue kira,anaknya Mas Reno itu Zahra doang."
"Oh iya,anak cewe tadi siapa?"
"Itu anak keduanya Mas Rafa,namanya Kayla."
"Ooh,dia tinggal di sini juga?"tanyaku jadi kepo
"Iyalah,Mas Rafa 'kan sibuk kerja.Kasian kalo Kay sendirian di rumah." jawab Revan
"Oh iya,Van.Ajak gue keliling yuk,kayanya seger banget di sini." pintaku
"Lo sama Kay aja,gue lagi mager." tolak Revan sekaligus memberi usul
"Yaudah," balasku singkat kemudian mengikuti langkah Revan yang sudah keluar lebih dulu
Langkah Revan terhenti saat seorang perempuan berpapasan dengan kami,dia adalah Kayla,perempuan yang aku dan Revan cari.
"Kay,lo ajak anak ini jalan-jalan.Keliling rumah aja deh,gak usah jauh-jauh." suruh Revan
Kayla pun mengangguk mengerti,setelahnya Revan segera pamit karena dia ingin istirahat.
"Ayo," ajak Kayla
Aku pun mengikuti langkahnya. Rasanya kami masih canggung,mungkin karena belum saling mengenal.
"Udah lama banget ya kita gak ketemu," ucap Kayla memulai obrolan sambil berjalan santai
"Emang kita pernah ketemu?" tanyaku heran,padahal aku merasa ini adalah pertemuan pertamaku dengannya
"Pernah,bahkan sering.Dulu,aku sering ke rumah kamu sama Papa aku" jawabnya
"Oh gitu,gue kok lupa ya.Btw,lo kelas berapa?" tanyaku
"Aku kelas satu SMA,kamu?"
"Sama,"
Kami pun duduk di depan kolam renang di halaman belakang,rasanya begitu menenangkan.
"Aku suka tempat seperti ini,membuatku tenang dan nyaman." ucapnya kemudian menuangkan teh hangat dari teko kecil yang ada di atas meja,entah sejak kapan teko itu ada di sana.
"Aku suka nulis puisi kalo lagi sendiri di sini,karena suasana yang tenang membuat banyak inspirasi muncul." ungkap Kay kemudian meminum tehnya perlahan karena asap panasnya masih mengepul ke atas
"Gue juga suka puisi,tapi inspirasi gue muncul di saat gue lagi galau dan depresi." balasku kemudian menuangkan teh juga,lalu meminumnya
"Alfa,kamu pernah jatuh cinta?" tanya Kay
Aku hanya mengangguk sambil meneguk teh hangatku pelan-pelan,
"Aku juga pernah jatuh cinta,dan rasanya itu sangat membahagiakan.Setiap hari aku meneleponnya,setiap hari minggu pasti kita bertemu dan menghabiskan waktu bersama.Sampai suatu saat,aku melihatnya bersama perempuan lain.Dia bilang,perempuan itu yang akan mengisi harinya menggantikanku.Aku heran,kenapa dia bisa secepat itu mencari penggantiku.Sejak saat itu aku jadi trauma untuk jatuh cinta lagi,"curhat Kay
"Kamu pernah pacaran?" tanya Kay tiba-tiba, aku hampir tersedak karena terkejut
"Nggak," jawabku jujur
"Terus kenapa kamu bilang pernah jatuh cinta?" tanyanya heran
"Gue pernah cinta sama seseorang,tapi gak sempat terungkapkan." jawabku menerawang
"Kenapa?Ungkapin aja,nanti kamu menyesal.Menurutku,lebih baik menyesal karena pernah melakukan sesuatu daripada menyesal karena tidak pernah melakukannya." ucap Kay memberiku nasihat
Aku tersenyum simpul,
"Gue gak sempat ungkapin bukan karena dia sudah memiliki pasangan,tapi karena jarak yang sudah tidak bisa digapai lagi.Dia udah meninggal," kataku jadi mengingat Anggia lagi
Kay terdiam,dia menatapku lekat.Dia berdiri dan memberiku isyarat agar berdiri juga.Akupun berdiri sambil menatapnya,
Dia langsung memelukku dan menangis,
"Terjun ke dunia cinta memang membuat kita menjadi seseorang yang lebih lemah,tapi lebih tegar dalam waktu bersamaan.Tapi,luka yang diberikan pun dapan membuat kita sangat terpuruk bahkan trauma untuk mendekatinya lagi.Terima kasih telah menemaniku berbincang tentang cinta,baru kali ini aku mendapat teman bicara sepertimu." ungkap Kay terdengar puitis dan baku,mungkin karena dia terlalu biasa menulis puisi.
Dia melepas pelukannya dan menghapus sisa-sisa air mata yang tergenang di pelupuk matanya.
"Kalau kamu pulang,aku akan menunggumu kembali ke sini.Aku akan merindukanmu," ucap Kay kemudian tersenyum
Akupun tersenyum dan mengusap pelan rambutnya,
"Jangan sedih,masih banyak orang yang bisa membuatmu bahagia.Tak perlu mempunyai kekasih agar harimu berwarna,yang kau perlukan hanyalah seorang sahabat dan keluarga yang senantiasa mendukungmu.Dunia ini tak sesempit itu,Kay." kataku memberi nasihat, agak kaku karena menggunakan bahasa yang agak baku.
Kay pun kembali duduk dan meneguk tehnya kemudian memejamkan matanya,
"Jaga baik-baik rahasiaku,baru kali ini aku berani mengungkapkan masalahku pada orang lain." ucapnya
"Iya," balasku kemudian duduk dan kembali meneguk tehku
***
Saat ini aku sedang di ajak jalan-jalan ke kebun teh milik kakek oleh Kay.Kami saling kejar-kejaran dan bercanda sepanjang jalan.Bertemu dengan Kay membuatku merasa sedang bersama Zahra versi remaja.Sikap Kay memang seperti Zahra yang selalu ingin bermanja-manja denganku,tapi tidak semanja Maurel juga.
Eh,Maurel.Rasanya sudah lama aku tidak berkomunikasi dengannya sejak terakhir kali aku marah karena dia mempermainkanku.Aah,sudahlah.Ini waktunya liburan,aku harus melupakan semua masalahku di Bandung.
Aku memasang bando yang kubuat dari akar-akar kering dan bunga liar yang ada di sekitar kebun.Aku memakaikannya pada Kay,dia terlihat cantik memakainya.
Aku mengeluarkan handphone-ku dan memotret Kay.Kayla terlihat manis dan menggemaskan saar berpose,dia jadi semakin mirip dengan Zahra.
"Kita pulang,yuk." ajaknya
Aku pun mengikuti langkah Kay dari belakang,dia sudah berlari duluan karena aku mengejarnya.
Rasanya aku ingin cepat-cepat Zahra besar,ternyata perempuan remaja yang bersikap seperti anak kecil itu lebih menggemaskan.
Kay berhenti di sebuah bangunan yang bisa disebut sebagai rumah pohon.Bangunan itu tidak terlalu tinggi,Kay segera memanjatnya dengan tangga yang sudah tergantung di sana.Aku menyusulnya dan menaiki rumah pohon itu,
"Ini rumah pohon siapa?" tanyaku sambil melihat-lihat kondisi rumah pohon yang sepertinya masih kokoh
"Kakek yang buat,untukku." jawab Kay dengan pandangan yang lurus ke depan
"Kalo aku merasa kesepian dan ingin sendirian,aku selalu ke sini.Sekalipun sudah malam," ceritanya
Kay pun memegang tanganku dan mengolesi telapak tanganku dengan cat air yang entah sejak kapan ada di sana,dia menempelkan telapak tanganku ke dinding rumah pohon.Dia melepas tanganku kemudian menulis namaku dengan spidol.
"Ini sebagai tanda kalo kamu pernah ke sini," jelas Kay yang mungkin menyadari ketidakpahamanku atas perbuatannya
Kay pun memberiku tissue untuk membersihkan tanganku.
"Orang rumah tau kalo lo suka ke sini?" tanyaku sambil membersihkan tanganku
"Tau,karena tempat yang selalu kudatangi adalah tempat ini,kebun teh,dan danau.Selain itu,aku gak pernah kemana-mana lagi," jawabnya sambil tersenyum
Tiba-tiba handphone-ku berdering pertanda ada yang menelepon,aku segera mengangkatnya.
~Beta~
"Alfa,lo kemana?Saudara gue udah dateng nih,rumah lo kok kaya kosong?"
"Gue lagi di Bogor,Bet."
"Gue bilang 'kan jangan kemana-mana,fa."
"Maaf,Bet.Bunda dadakan ajak gue ke sini."
"Ya udah deh,selamat berlibur."
~Beta memutus teleponnya
Aku jadi merasa bersalah pada Beta,nada bicanya terdengar kecewa.Aku lupa telah berjanji untuk tidak kemana-mana.Lagi-lagi kau menyebalkan,Alfa.
"Pulang yuk!" ajak Kay
Aku pun mengangguk dan mempersilakannya turun lebih dulu.
Begitu sampai di rumah kakek,aku langsung memasuki kamar dan tertidur karena kelelahan.
***