Read More >>"> BANADIS (Proses Menjadi Stabil) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - BANADIS
MENU
About Us  

L

Suatu hari,

Ketika dunia tidak lagi sama.

 

Kesal. “Apa ini?! Omzet kita turun terus sejak enam bulan yang lalu?”

“Iya, tuan,, pelanggan mungkin bosan dengan penghibur – penghibur kita.”

“Huh, sial! Gara – gara anggarannya dialokasikan buat militer, nggak keurus deh bisnisnya.”

“Mana pesenan SoF lagi sepi,, Komplit dah,!”

“Tuan,, Apa tarif SoF nya sementara kita turunkan dulu?”

“Iya deh,, tapi cuma sampe yang tingkatnya medium, Kalo hard, tetep.”

“Siap,!”

“Trus kondisi BM gimana?”

“Bagus, tuan,, Mendekati posisi recovery.”, jawab Tayar.

“Syukurlah, nggak rugi – rugi amat.”

Mengangan. “Yar, kalo Banadis saya tambahi tempat judi gimana?”

“Bagus, tuan. Tapi butuh investasi lebih,”

“Huh, itu lagi masalahnya,” Tuan Rakat menjadi kesal karena dulu bisnis BM nya pernah dipermainkan persekutuan Darmasih.

“Kalo enggak, Pasti aku sudah buka tempat judi terbesar di Nusantara.”

“Baiknya fokus dulu pada hal yang penting, tuan.”

Tanpa disangka Tuan Rakat mencabut pedang dari sarungnya. “Sudah berani kamu?”

Tayar menghadapi ancaman itu tanpa takut sedikitpun.

Menghela nafas. “Clang,!” Tuan Rakat membuang pedang kebanggaannya itu.

“Maaf, Yar.”, ucap beliau, tampak gusar.

Tayar memungut pedang fenomenal itu. Dengan tenang menjawab, “Iya, Tuan Rakat,”

“Terima kasih,” Raja Banadis itu menyarungkan lagi senjatanya.

Diberani – beranikan, “Mungkin ada baiknya kita pergi ke Happy Happy Hour, tuan.”

Tuan Rakat menuruti saja saran dari Tayar.

 

 

 

LI

Happy Happy Hour,

 

Yoslin tengah bersiap – siap.

Saat itu dirinya kedatangan tamu spesial.

Cewek montok itu ingin menampilkan diri secantik mungkin.

 

Tayar masuk ke ruang ganti para penghibur.

“Hati – hati lo, Yos,, Tuan Rakat lagi bad mood.”

“Ohh, ya,,”, sahut Yoslin sambil berdandan.

Tayar melihat luka sayatan tadi melalui cermin.

“?? Lehermu kenapa, Yar?”

“Habis ditebas sama Tuan Rakat.”

“Kok sampe dalem gitu,?”

“Hm, Biasa aja,”, sahut Tayar.

“Diobatin tuh,”

“Udah og, sama Siren.”

“Halah, sakjane kamu kan yang mau ketemu Siren, Pake alasan ngajak Tuan Rakat.”

“Ohh, Ya udah,, Aku ajak Tuan Rakat pulang ya,” Sambil hendak berlalu.

“Ehh,, Jangan, jangan,, Jahat banget sih,”

“Huh, gitu mau,”, ejek Tayar.

“Iya lah, Siapa sih yang nggak mau ngelayani raja?”

“Kamu jangan sampe suka sama Tuan Rakat lo,”

“Iyaa, Nggak levellah aku sama Tuan Rakat.”

“Goodd,, Ayo, cepetan! Lama banget dandannya.”

“Ih, ya biar dong, Orang aku yang dandan.”, sahut Yoslin.

 

 

 

LII

Ruang Cinta,

 

Yoslin masuk ke dalam ruangan.

Dirinya melihat Tuan Rakat sedang menenggak minuman.

 

“Malem, tuan,,”, sapa cewek itu, menghampiri beliau.

Duduk di samping kiri laki – laki itu. Yoslin sedikit gugup.

“Mm,, Tuan mau apa?”

“Terserah,”

“Mm,, Saya pijit mau?”

“Ya,”

“Silakan, tuan.”

Laki – laki itu melangkah ke atas ranjang.

 

Sambil bertelanjang dada, Tuan Rakat tengkurap pada kasur empuk.

Cewek montok itu pun mulai beraksi.

 

Pundak, bahu, leher, punggung dipijat oleh cewek itu.

Bagian atas dan bawah punggung dipukul – pukul dengan agak keras.

“Hmm,, mantep, Yos,”

“Bagian sini, Yos,”

“Iya, tuan,” Yoslin mengalihkan pukulan lembutnya ke kanan dan kiri tubuh.

“Ah, ah,, Agak sakit di situ,”

“Oh,, Maaf, tuan,” Menurunkan tingkat pukulan.

Tuan Rakat merasakan ketegangan otot – ototnya perlahan – lahan mereda.

 

Setelah selesai dipijit, Tuan Rakat langsung beranjak dari ranjang.

Beliau menggerak – gerakkan tubuhnya, membebaskan rasa kaku yang masih tertinggal.

Berlari – lari kecil. “Hoohhh,,”

Raja Banadis itu merasa greget lagi.

Berpakaian. Beliau hendak melangkah keluar kamar.

“Tuan,!, Enggakk,, itu dulu?”

“Ohh, Lain kali ya, Yos,, Udah cukup mijitmu.”

“Yaahh,,” Agak kecewa cewek montok itu melihat Tuan Rakat pergi.

 

 

 

LIII

Esok harinya,

 

Pertemuan rutin bos – bos distrik Banadis,

Tuan Rakat tampak greget.

Auranya menyala – nyala.

Tampaknya beliau hendak melakukan sesuatu yang penting.

Para bos distrik terlihat bertanya – tanya dalam batin perihal sikap Tuan Rakat.

 

“Selamat siang, terima kasih sudah mau datang,, Saya akan mengumumkan suatu hal yang penting hari ini, Tapi sebelumnya saya ingin mendengar laporan dari masing – masing distrik.”

Satu per satu bos distrik mengungkapkan perkembangan distriknya.

Mereka mengutarakan kendala dan permasalahan yang berulang kali timbul saat melakukan operasi pengiriman kargo.

Para bos distrik juga mengungkapkan tingkat kepercayaan pelanggan yang belum sebagus dulu.

Mereka, para pelanggan masih mempertanyakan keamanan pengiriman kargo mereka dari pungutan – pungutan pajak, dsb.

 

“Oh, begitu,, Saya pribadi juga paham permasalahan tersebut, Saya harap anda – anda sekalian bisa bertahan dari penurunan perdagangan kita ini, Dan untuk masalah penjagaan – penjagaan itu, saya perintahkan untuk penghancuran total, kalo mereka ingin bermain – main dengan kita, saya harap kita bisa memberi pelajaran yang harus mereka ingat, Sekali lagi hancurkan sekalian para penjaga itu, Mengerti?”

“Siap, tuan,, Mengerti,!”

“Ada lagi yang mau disampaikan?”

“Tuan Rakat,, Apakah pembangunan pangkalan militer di perbatasan Jegrek akan dilanjutkan atau tidak?”

“Kelihatannya tidak, bos Jedeng, Karena sudah nggak penting lagi. Saya pribadi akan memfokuskan perdagangan pada hal yang telah ada, Juga saya ingin mencari tau sesuatu yang ada di bagian barat Jegrek.”

“Maaf, Tuan Rakat,, bukannya bagian barat Jegrek masih tertutup?”

“Iya, karena itu saya dan bos Jedeng akan mengeksplorasi bagian barat Jegrek., Siap, bos Jedeng?”

“Oh ya,, Siap, tuan!”

“Ok, Dan selama saya mengeksplorasi bagian barat Jegrek segala tanggung jawab pengelolaan perdagangan dan tata kerajaan saya serahkan ke Tayar, Tolong kerja samanya dari bos – bos distrik untuk kelancaran pengelolaan tersebut.”

“Siap, tuan,, Siap,,”, sahut mereka, tampak sangat paham.

 

 

 

LIV

Kerajaan Darmasih,

 

Di sebuah ruangan besar sedang dilaksanakan rapat evaluasi tata kelola anggaran.

Terlihat di ruangan itu Tuan Ibeng dan beberapa pelaksana kebijakan.

 

Setelah semua duduk pada tempatnya masing – masing, rapat evaluasi pun dimulai.

Tuan Ibeng mempersilakan masing – masing divisi pelaksana melaporkan perkembangan kebijakan kerajaan.

 

“Terima kasih, Tuan Ibeng,, secara umum perkembangan perdagangan menuju proses recovery setelah sebelumnya kita mengalami gejolak dalam hal jual beli komoditas unggulan kerajaan. Proses pengadaan pupuk dan bibit tanaman mulai berjalan normal, sehingga pada musim tanam mendatang kita bisa memenuhi lahan persawahan dan perkebunan yang ada. Lalu untuk proses ekspor hasil budidaya ikan air tawar masih menunggu kebijakan kerajaan Sinter karena kerajaan Sinter masih melakukan revitalisasi aset – aset karena pergolakkan beberapa waktu yang lalu., Demikian, Tuan Ibeng,”

 

“Mohon izin untuk melaporkan hasil evaluasi terakhir, Tuan Ibeng,, Secara umum proses pengadaan properti beserta perawatan dalam proses recovery, Banyak tempat – tempat usaha dan pos – pos jaga yang memang perlu diprioritaskan dalam hal penganggaran. Inventarisasi pada seluruh pos – pos jaga dan tempat usaha memperlihatkan banyak belanja produk yang harus dilakukan, misalnya untuk lemari penempatan barang – barang jaga, meja, kursi dan perlengkapan kamar kecil. Semua itu membutuhkan perhatian yang layak dari pengalokasian anggaran. Lalu untuk tempat – tempat usaha, menurut perkembangan beberapa bulan terakhir para penyewa lahan ataupun kios merasa perlu dilakukan patroli secara berkala yang berkaitan maraknya pencopetan dan penjarahan barang – barang tertentu, misalnya emas dan hasil bumi. Selain itu untuk properti yang ada di dalam benteng masih bisa dipergunakan dan dalam kondisi baik., Demikian laporan ini saya sampaikan, terima kasih,”

 

“Mohon izin, Tuan Ibeng,, Saya hendak melaporkan hal – hal yang perlu dijadikan perhatian bersama dalam hal keamanan dan pertahanan. Secara umum kondisi kestrukturan baik, posisi perwira yang banyak ditinggalkan mulai bisa diisi kembali meskipun peruntukannya belum bisa dikatakan optimal. Penjagaan dan rencana patroli terhadap pusat – pusat pemerintahan dan tempat usaha siap kami optimalkan kembali, namun untuk pengawasan dan penindakan para pembalak liar di distrik Alas Matuk tampaknya perlu dibuatkan rencana jangka pendek yang cukup. Karena para pembalak itu tampaknya semakin nekat saja melakukan aktifitasnya, sehingga kami memerlukan izin untuk menindak para pembalak secara tegas supaya hasilnya optimal. Lalu untuk meminimalisir rute – rute penyelundupan kami sangat memerlukan optimalisasi persenjataan karena umumnya tempat – tempat tersebut berada di sekitar perbukitan. Itu pun rute yang para penyelundup itu lalui ada banyak sehingga kami kesulitan menganalisa pergerakan para penyelundup. Demikian,, jadi secara umum proses penstrukturan bisa dijalankan secara berkelanjutan. Terima kasih,”

 

Lalu tanya jawab perencanaan program dilakukan,

 

 

 

LV

Pertemuan Persekutuan Darmasih,

 

Tuan Ibeng mengusulkan hal yang tidak lazim dilakukan yaitu,

“Tuan – Tuan yang terhormat pada kesempatan ini kami mewakili kerajaan Darmasih mengajak Tuan – Tuan sekalian untuk ikut secara aktif dan bekerjasama dalam hal – hal yang hendak kami sampaikan, Pertama,, kami mengusulkan untuk membuka kerja sama dengan Perserikatan Cilikan karena bagaimanapun mereka sama hal nya seperti kita perlu untuk saling melindungi dan saling menjaga atas kesinambungan perdamaian yang baru saja terlahir kembali ini. Saya melihat Perserikatan Cilikan sudah mempunyai motivasi untuk berserikat dan berkumpul sehingga hal itu memudahkan kita untuk menyukseskan kampanye – kampanye kemerdekaan ke seluruh bagian Nusantara. Menghentikan peperangan adalah suatu hal yang haq dan itu harus kita suarakan bersama. Disamping itu mediasi terhadap hal – hal yang diperlukan bagi kerajaan – kerajaan yang terlibat sengketa tampaknya perlu diperluas lagi gugus fungsi dan kewenangannya, apabila kita ingin menjangkau lebih banyak hal lagi dalam proses menuju stabilitas keamanan dan politik seluruh bagian Nusantara. Kedua,, saya mengusulkan pada tatanan struktur keanggotaan persekutuan untuk menambahkan disposisi bagi para pengamat yang hendak melihat perkembangan dan fokus acuan gerakan persekutuan ini. Dengan ini diharapkan nanti kerajaan – kerajaan yang hendak menjadi anggota menjadi semakin tertarik untuk ikut aktif dan menyuarakan kebebasan berpendapat dan kebebasan dari penindasan dan perlakuan – perlakuan tidak manusiawi lainnya. Dalam kestrukturan tersebut anggota pengamat, kami usulkan supaya kerajaan – kerajaan tersebut mempunyai hak untuk diskusi dan berpendapat sehingga arus – arus komunikasi bisa dilakukan secara terbuka dan dapat dideteksi sejak awal apabila terjadi gejolak yang bisa mengancam stabilitas keamanan secara global.”

 

Tapi tampaknya kerajaan yang lain tidak tertarik atas usulan tersebut.

 

 

 

LVI

Perserikatan Cilikan,

Perkumpulan dusun – dusun yang berada dalam satu (eks) kerajaan.

Konon kerajaan itu sangat maju ilmu pengetahuannya.

Tersurat pada batu – batu dan lembaran – lembaran kuno kerajaan tersebut telah mempelajari ilmu sastra, ilmu perbintangan dan ketatanegaraan.

Namun catatan – catatan sejarah kerajaan itu telah berpindah tangan ke daerah barat, sehingga bagian tengah Nusantara kehilangan langkah besar menuju ilmu pengetahuan modern.

 

Berkat kehadiran eks Banadis di tempat itu mereka pun mulai belajar apakah itu musyawarah mufakat, meskipun masing – masing perwakilan masih mempersenjatai diri saat berada di tempat musyawarah.

 

“Saya tadi dengar kalian meributkan masalah padang rumput.”

“Iya, pak Tuwang,, Kami tadi meributkan masalah padang rumput. Sapi – sapi Cingkap nih masuk ke padang rumput kami.”

“Apa maksud kamu? Gimana bisa sapi aku masuk padang rumput kalian? Itu masih padang rumput kami.”

“Apa kamu tak mengerti juga? Itu sudah batas rumput kalian. Jangan seenaknya lah kalian mengaku – mengaku begitu.”

Terus berkelit. “He, Wowor,, Kami bukan mengaku – mengaku tapi itu benar sebenarnya itu batas rumput kami.”

“Tak adalah batas rumput kalian sampai ke dalam padang rumput yang biasa kami pakai.”

“Kalian berdua apa tidak mempunyai batas padang rumput yang pasti?”

“Kalo padang rumput yang pasti kami tidak punya, pak Tuwang. Kami hanya kira – kira saja batas padang kami.”

“Iya, pak Tuwang,, Makanya Wowor pikir itu batas padang mereka.”

“Eh, itu memang batas padang kami, Jangan menuduh kami mengada – ngada.”

“Betul itu, Jangan main menuduh saja, kalo tak ada bukti begitu.”

“Alah, berasa cakap kamu ngomong begitu, Tengok itu timbangan sayur kamu.”

“Ada apa dengan timbangan aku? Udah benar dengan timbangan aku.”

“Benar apanya? Timbangan kamu itu seberat baja, Dapet dikit aku dari timbangan kamu.”, keluh wanita suku Ijjok.

“Eh, timbangan kamu aja yang terbang. Ringan sekali pemberat kalian itu.”

“Ehh, ini udah takaran timbangan kami, Jangan kamu maki – maki ukuran timbangan kami.”

“Iya lah, timbangan kalian itu memang terbang, Bisa bikin rugi aku punya sayur.”, sahut wanita suku Cakem semakin kesal.

Menyela, “Iya, iya,, Ayo, kita satukan takaran kita gimana?”

“Lalu pake takaran siapa, pak Tuwang? Takaran mereka tu terlalu sembrono, rugi aku dibuatnya.”

Wanita suku Ijjok itu berkacak pinggang,

“Takaran kalian yang terlalu berat gimana bisa wortel – wortel itu dapat sedikit,?”

Tuwang mulai pusing dengan keributan yang terjadi.

“Selisihnya berapa timbangan kalian itu?”

“Yaa,, kira – kira 3 ons lah,”

Menjadi heran. “Kok bisa ya,?”

“Itu lah, pak Tuwang,, Mana bisa kami dapat untung dari timbangan mereka,”

“Mana mungkin? Timbangan kalian itu yang terbang.”

“Iyaa, iyaa, nanti saya akan takar timbangan kalian berdua itu.”

“Lalu untuk masalah batas padang rumput Cingkap dan Wowor itu, besok saya coba cek padang rumput kedua dusun kalian itu.”

 

 

 

LVII

Padang rumput Zebar,

Tampak hijau dan terbentang luas.

Dengan latar belakang gunung Samoro nan garang.

 

Saat itu angin sedang berhembus kencang.

Kesadaran seolah – olah ditabrak oleh hembusan itu.

Sungguh rasanya seperti ada di sebuah pedesaan yang masih perawan.

 

Menunjukkan sebuah gundukan. “Ini, pak Tuwang,, batas rumput kami.”

“Ehh, Enak aja kamu bilang, Itu masih rumput kami hingga sana.”

“Eh, kamu jangan mengaku – mengaku gitulah, Ini batas rumput kalian.”

“Enak saja, Enggak, enggak,, Batas rumput kami sampai sini.”

“Apa kamu mengaku – mengaku nggak berdasar gitu? Dasar maling,!”

“Apa kamu ucap? Kamu siap mati di sini?!”

“Siap siap aja, Ayo kelahi,!”

Memisah konfrontasi fisik itu. “Stop,! Stop!, Berhenti!!”

“Apa sih kalian macam anak kecil pula?!, Biar saya bekerja,!”

“Siap, pak,, Siap,,”

“Iya lahh,,”

Tuwang berpikir sejenak.

“Sejak kapan kalian berebut batas ini?”

“Yaa,, sudah lama, pak. Sudah puluhan tahun mungkin.”

“Lalu kalian berpikir jika ini batas suku kamu, dan ini batas suku kamu darimana?”

“Ya kami kira – kira saja, pak.”

“Iya, pak,, kami sesuaikan dengan batas gundukan biasanya.”

“Jadi ini batas gundukan kamu?”

“Iya, pak,, ini,”

“Lalu batas kamu?”

Berjalan sedikit. “Ini, pak. Ini kan seperti gundukan.”

Melihat kenyataan itu, Tuwang tertawa dalam hati.

“Macam gimana orang – orang keras kepala ini kelahi?”

Laki – laki tua itu bertanya, “Kalian pernah tahu jalan setapak?”

“Yaa,, misal jalan kecil begitu kan, pak?”

“Iya, benar,, Itu semacam jalan kecil.”

“Jadi begini, yang kalian anggap batas itu sebenarnya adalah jalan setapak. Coba kalian berjalan sampe kesana, Apa kalian melihat gundukan yang sama?”

Kedua kepala suku itu berjalan hingga ujung padang rumput.

 

Tuwang menghampiri mereka berdua.

“Gimana? Ada gundukan yang sama kan?”

“Iya, pak Tuwang,, ada,”

“Iya,, ada, pak.”

“Nha benar kan, Ini itu gundukan sebenarnya untuk jalan setapak, mulai dari sini yang katanya batas rumput kamu, hingga sini yang katanya batas kamu. Nha rumput yang tumbuh di atas sini sebenarnya itu bukan milik siapa – siapa karena itu jalan setapak yang sudah ditumbuhi oleh rumput.”

“Ohh, Begitu ya, pak,”

“Sekarang coba kalian berjalan agak jauh ke sana, Kalian pasti akan melihat gundukan yang sama.”

Mereka berjalan hingga tengah – tengah padang rumput.

Lalu kedua orang itu kembali ke hadapan Tuwang.

“Gimana? Ada kan?”

“Iya, pak,, Ada.”

“Iya,, ada gundukan juga di sana.”

“Ternyata selama ini saya salah kira.”

“Iya, saya juga salah kira, pak.”, ucap ketua suku Cingkap.

Menghela nafas. “Ya sudahh,, besok kalian bisa potong rumput ini untuk jalan setapak, dan kalian bagi dua hasilnya. Dan ingat, kalian punya batas rumput yang baru.”

 

 

 

LVIII

Menjelang siang,

Di sudut pasar Obor.

 

Menghela nafas. Tuwang tampak sedang berpikir.

Sepasang matanya melihat kedua timbangan itu dibuat dari bahan yang berbeda.

Membatin, “Mungkin karena bahan dasar pemberatnya,”

“Lha trus aku harus gimana ini supaya beratnya sama?”

Tuwang menemui mereka berdua.

“Bu Cepi dan bu Ijez saya minta tolong alat timbangan yang ada di pasar Obor dikumpulkan semua,”

“?? Tapi buat apa, pak?”

“Lha kalo masih dipakai jualan gimana, bapak?”

“Cari saja yang sudah tidak berjualan,”, ucap Tuwang. “Ini hanya untuk memastikan saja kok, bu.”

 

Tidak lama beberapa alat timbangan para pedagang di pasar Obor ada di hadapan Tuwang.

Dengan teliti beliau mengukur satu demi satu timbangan itu.

Dan memang benar apa yang diprasangkakan Tuwang, jika bahan dasar untuk membuat pemberat itu berbeda.

Makanya hasil timbangan juga dipastikan berbeda pula.

Permasalahan selanjutnya, Ijjok dan Cakem saling klaim jika pemberat timbangan mereka telah sesuai dengan arahan kepala suku.

“Oh ya, ibu – ibu kalo mau bikin timbangan beli bahan bakunya dimana?”

“Kami biasanya beli di Metrust, pak. Harganya agak murah.”

“Baiklah,, untuk sementara masalah ini saya sudahi dulu, Besok akan saya lanjutkan setelah pulang dari Metrust.”

“Yaahh,,”

Agak kecewa. Pedagang pasar Obor kembali ke kiosnya masing – masing.

 

 

 

LIX

Pengrajin logam Metrust,

Pertama kali tiba Tuwang dan beberapa Panji Gandrung disambut dengan kepulan asap hitam nan pekat dari sebuah rumah.

Panas dan terasa gerah aura di sekeliling tempat itu.

Halaman rumah itu tampak gersang.

Tidak ada sehelai dedaunan pun yang terlihat.

Tampilan teras rumah itu juga tidak menampakkan sebuah estetika.

 

Seseorang keluar dari dalam rumah sederhana itu.

Terlihat, Laki – laki itu mengibas – ngibasi tubuh dengan handuk.

Lalu dengan handuk berwarna kumal itu juga dirinya mengelap peluh pada wajahnya.

 

Terkejut. Segera orang itu menghampiri tamunya.

“Selamat datang, tuan,, Selamat datang di Metrust,, Perkenalkan nama saya Eturg,”

Sambil tersenyum ramah, Tuwang menyambut jabat tangan laki – laki itu.

“Selamat siang, tuan Eturg,, Saya Tuwang dan ini rekan – rekan saya,”

“Ohh,, Tuan Tuwang,, Selamat datang,, Selamat datang,,”

 

Setelah semua duduk pada tempat yang tersedia,

“Begini, tuan Eturg,, Kedatangan saya ini hendak menanyakan sesuatu kepada tuan. Saya sedang sangat kebingungan dengan benda – benda ini, Kenapa mereka berbeda jauh beratnya, tuan Eturg?”

“Boleh saya lihat pemberat itu?”

“Silakan, tuan,, Silakan,”

Dengan segenap keahlian dan kemampuannya dalam melihat, mengamati dan menganalisa maka Eturg menyatakan, “Ini sebenarnya dari logam yang sama, tuan. Ini dari logam besi dan ini juga dari besi, namun bedanya yang ini ada sedikit campuran seng nya.”

“Tapi kenapa jika kedua benda ini dijadikan ukuran timbangan sangat berbeda jauh beratnya, tuan?”

“Ohh,, ini berhubungan dengan timbangan pasar itu ya?, Hahaha,, Memang saya mendapatkan pemesanan seperti itu, tuan. Tapi yang menjadikan berat timbangan – timbangan itu berbeda sebenarnya terletak pada wadah penampungnya, tuan. Ada suatu suku yang tidak bisa saya sebutkan namanya memesan timbangan dengan wadah dari campuran tembaga dan seng, Ada suku yang lain menyuruh saya membuat wadah timbangan dari aluminium. Jadi tuan pasti sudah tau kenapa berat timbangan itu bisa berbeda.”

“Oo,, seperti itu, Iya, iya,,”

“Memangnya ada apa tuan kok sampe namanya hal tersebut?”

“Haha,, ituu suku – suku itu sempat bersitegang karena perbedaan berat timbangan yang ada.”, jawab Tuwang, apa adanya.

“Ohh, itu,, Itu memang sudah menjadi masalah turun temurun, tuan. Kedua suku itu dalam memesan alat timbangan berbeda – beda logam yang dimauinya.”

“Ohh,, begitu,, Saya jadi mengerti sekarang asalnya masalah ini.”

 

Setelah itu Tuwang pamit undur diri sambil membeli beberapa logam mentah dalam jumlah tertentu.

 

 

 

LX

Ruang pertemuan tertutup Cilikan,

Meskipun hanya berisi meja besar berbentuk bulat dan beberapa kursi, tapi ruang pertemuan itu dapat menyimpan aib dari tiap – tiap suku.

Sudah ada beberapa aib suku – suku yang eksis di Cilikan tersimpan secara baik di dalamnya.

Ruangan itu membuat mereka jujur dengan rahasia atau motif tersembunyi yang ada. Juga tak segan – segan mereka dihujat, dicaci maki ataupun direndahkan di dalam ruangan itu tanpa perlu merasa jatuh harga dirinya.

 

Tuwang mulai berbicara secara terbuka dan terus terang dengan maksudnya.

“Karena itu saya hanya ingin tahu maksud tuan – tuan kepala suku sekalian perihal perbedaan hasil timbangan tersebut. Silakan, siapa yang ingin berbicara terlebih dulu?” Lalu laki – laki berumur itu merilekskan posisi duduknya.

Meskipun begitu kedua kepala suku itu masih tampak ragu.

Tuwang kembali mendominankan posisi duduknya. “Apa tuan – tuan sekalian ingin sekali lagi merasakan susahnya menghidupi anggota suku kalian?”

“Bukan begitu tuan, kami hanya tak inginkan aib kami yang buruk – buruk ini terlintas keluar. Kami sangatlah malu pak Tuwang jika kebusukan – kebusukan kami ini menjatuhkan harga diri suku kami.”, ucap kepala suku Ijjok.

“Tenang saja, tuan,, Saya dulu juga punya aib – aib yang sangat buruk, tapi kami pun di tempat yang lama membahas aib itu secara tertutup seperti ini hingga kami mampu mengatasi aib – aib itu tanpa menjatuhkan sikap saya yang terkenal santun ini.”

“Tapi bagaimana ya, tuan? Tempat tuan yang dulu itu termasuk tidak suka bergosip, sedangkan di sini satu orang sama orang lain begitu ingin tahu aib – aib itu, dan jika itu sampai tersebar mereka pasti akan sangat mencibir kami dan seluruh suku kami.” Kepala suku Ijjok tampak berkeringat dingin.

“Benarlah itu, pak Tuwang,, Untuk apa bapak ini begitu hendak tau aib – aib kami dan seluruh suku kami? Tak ada untungnya sama sekali untuk bapak supaya tahu.”

“Itu memang benar tuan kepala suku Cakem, saya pribadi akan tidak untung sekali dengan aib – aib suku – suku kalian itu, kami hanya tidak ingin suku kalian, suku Cakem dan suku Ijjok bersitegang karena permasalahan ini. Karena saya sudah menyadari tanda – tanda kemunduran dagang sayur – sayuran kalian, terutama suku Cakem. Saya khawatirnya lama – lama sayur – sayuran kalian itu tidak laku karena kalah saing dengan suku yang lain. Padahal selama ini pendapatan terbesar suku Cakem dari sayur – sayuran kan,”

“Maaf, pak Tuwang,, saya ingin bicara,,”

“Ya, silakan, tuan Ijoined,,”

“Maaf, pak Tuwang,, kami itu hanya mencari kesempatan saja dari penjualan sayur – sayuran dari Cakem yang menurut saya tidak pas timbangan itu, Maka kami menjadikan wadah timbangan kami itu dari logam yang agak ringan, Saya tahu suku Cakem membuat wadah timbangan itu dari campuran tembaga dan seng, karena itu kami siasatkan dagang kami dengan wadah yang lebih ringan, juga dengan pemberat yang ringan juga. Karena pak Tuwang tahulah, tempat kami ini ada di ujung Cilikan, jauh dari pasar Obor ataupun pasar – pasar yang lain. Dan jelas sekalilah pak Tuwang kualitas sayur mayur kami tak sebagus dan sebaik dari Cakem, karena itulah kami sengaja meringankan timbangan. Kami hanya takut sayur mayur kami tak laku dan busuk di ladang.”

“Nhaa dengan begini kan saya langsung punya solusi untuk suku Ijjok,, Tuan Ijoined jual belikanlah sayur mayur tuan itu di persimpangan – persimpangan yang ada, tak perlu jauh – jauhlah sayur mayur tuan itu dijualbelikan di pasar Obor. Dan apabila gudang tuan penuh tapi tak bisa dijual di persimpangan – persimpangan barulah tuan suruh anggota suku tuan jual belikan itu di pasar Obor. Tapi inget, tuan Ijoined,, taruhlah itu dengan timbangan yang normal, supaya tuan tak rugi banyak – banyak.”

 

Di akhir pertemuan kepala suku Cakem tetap tidak hendak berbicara.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
When I Was Young
8239      1654     11     
Fantasy
Dua karakter yang terpisah tidak seharusnya bertemu dan bersatu. Ini seperti membuka kotak pandora. Semakin banyak yang kau tahu, rasa sakit akan menghujanimu. ***** April baru saja melupakan cinta pertamanya ketika seorang sahabat membimbingnya pada Dana, teman barunya. Entah mengapa, setelah itu ia merasa pernah sangat mengenal Dana. ...
CATCH MY HEART
2451      907     2     
Humor
Warning! Cerita ini bisa menyebabkan kalian mesem-mesem bahkan ngakak so hard. Genre romance komedi yang bakal bikin kalian susah move on. Nikmati kekonyolan dan over percaya dirinya Cemcem. Jadilah bagian dari anggota cemcemisme! :v Cemcemisme semakin berjaya di ranah nusantara. Efek samping nyengir-nyengir dan susah move on dari cemcem, tanggung sendiri :v ---------------------------------...
Run Away
6667      1493     4     
Romance
Berawal dari Tara yang tidak sengaja melukai tetangga baru yang tinggal di seberang rumahnya, tepat beberapa jam setelah kedatangannya ke Indonesia. Seorang anak remaja laki-laki seusia dengannya. Wajah blesteran campuran Indonesia-Inggris yang membuatnya kaget dan kesal secara bersamaan. Tara dengan sifatnya yang terkesan cuek, berusaha menepis jauh-jauh Dave, si tetangga, yang menurutnya pen...
Flowers
359      247     1     
Inspirational
Zahra, remaja yang sering menggunakan waktu liburnya dengan bermalas-malasan di rumah, menggunakan satu minggu dari libur semesternya untuk mengunjungi tempat yang ingin dikunjungi mendiang Kakaknya. Bukan hanya demi melaksanakan keinginan terakhir Kakaknya, perjalanan ini juga menjadi jawaban atas semua pertanyaannya.
Coldest Husband
1305      675     1     
Romance
Saga mencintai Binar, Binar mencintai Aidan, dan Aidan mencintai eskrim. Selamat datang di kisah cinta antara Aidan dan Eskrim. Eh ralat, maksudnya, selamat datang di kisah cinta segitiga antata Saga, Binar, dan Aidan. Kisah cinta "trouble maker dan ice boy" dimulai saat Binar menjadi seorang rapunsel. Iya, rapunsel. Beberapa kejadian kecil hingga besar membuat magnet dalam hati...
injured
1218      657     1     
Fan Fiction
mungkin banyak sebagian orang memilih melupakan masa lalu. meninggalkannya tergeletak bersama dengan kenangan lainya. namun, bagaimana jika kenangan tak mau beranjak pergi? selalu membayang-bayangi, memberi pengaruh untuk kedepannya. mungkin inilah yang terjadi pada gadis belia bernama keira.
CAFE POJOK
3199      1077     1     
Mystery
Novel ini mengisahkan tentang seorang pembunuh yang tidak pernah ada yang mengira bahwa dialah sang pembunuh. Ketika di tanya oleh pihak berwajib, yang melatarbelakangi adalah ambisi mengejar dunia, sampai menghalalkan segala cara. Semua hanya untuk memenuhi nafsu belaka. Bagaimana kisahnya? Baca ya novelnya.
Hati Yang Terpatahkan
1843      836     2     
Romance
Aku pikir, aku akan hidup selamanya di masa lalu. Sampai dia datang mengubah duniaku yang abu-abu menjadi berwarna. Bersamanya, aku terlahir kembali. Namun, saat aku merasa benar-benar mencintainya, semakin lama kutemukan dia yang berbeda. Lagi-lagi, aku dihadapkan kembali antara dua pilihan : kembali terpuruk atau memilih tegar?
Move on
63      42     0     
Romance
Satu kelas dengan mantan. Bahkan tetanggan. Aku tak pernah membayangkan hal itu dan realistisnya aku mengalami semuanya sekarang. Apalagi Kenan mantan pertamaku. Yang kata orang susah dilupakan. Sering bertemu membuat benteng pertahananku goyang. Bahkan kurasa hatiku kembali mengukir namanya. Tapi aku tetap harus tahu diri karena aku hanya mantannya dan pacar Kenan sekarang adalah sahabatku. ...
Glad to Meet You
249      190     0     
Fantasy
Rosser Glad Deman adalah seorang anak Yatim Piatu. Gadis berumur 18 tahun ini akan diambil alih oleh seorang Wanita bernama Stephanie Neil. Rosser akan memulai kehidupan barunya di London, Inggris. Rosser sebenarnya berharap untuk tidak diasuh oleh siapapun. Namun, dia juga punya harapan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Rosser merasakan hal-hal aneh saat dia tinggal bersama Stephanie...