Read More >>"> Sekretaris Kelas VS Atlet Basket (Bola Besar) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sekretaris Kelas VS Atlet Basket
MENU 0
About Us  

Hari Rabu kemarin tidak ada kejadian spesial selain keusilan Gilang yang membuat Sekertaris IPA 5 terduduk pasrah di bangkunya sambil memijat pelipis. Benar-benar mengenaskan nasib Amira kemarin, karena semakin hari ulah Gilang semakin naik stadium alias tambah parah. Dan hal itu membuat Amira sungguh capek.

Hari Kamis ini, jam pelajaran pertama ialah kelas olahraga. 11 IPA 5 terlihat antusias karena jadwal olahraga mereka bareng dengan jadwal olahraga kelas 12 IPS 1. Yang mana kelas 12 IPS 1 ini, konon katanya, isinya banyak cowoknya.

11 IPA 5 adalah kelas yang selalu dan paling semangat jika jadwal olahraga tiba. Ya iya, bayangin aja kalau pas lagi pemanasan. Mereka yang cewek-cewek bisa dengan gratis menikmati pemandangan yang bikin mata tambah jreng.

Pertama, 12 IPS 1 ini cowok-cowoknya famous semua, nggak ada yang nggak. Kedua, wajah mereka itu pastinya ganteng-ganteng. Jadi mau dipandang berapa lama pun pasti betah dan nggak mungkin eneg. Ketiga, sebagian besar dari mereka semua adalah atlet. Ada yang jago handball, futsal, renang, badminton, voli, dan yang paling populer adalah basket. Nah, yang keempat ini berhubungan dengan poin nomor tiga tadi. Karena kebanyakan dari mereka itu adalah atlet, jadi banyak juga diantara mereka yang punya perut kotak-kotak.

Tuh. Nikmat mana yang kau dustakan? Jadi, nggak perlu jauh-jauh ke Korea. Nggak perlu habisin kuota buat nonton oppa-oppa. Nggak perlu lah.

Kalau di depan mata sudah tersaji kenapa tidak?

“La, hari ini lo pilih Kak Alfian apa Kak Angga?” tanya Fiona dengan senyum jahilnya.

“Emm, hari ini Kak Danial aja deh,” jawab Kayla nyengir.

“Astaga, ganti lagi?”

Kayla pun berdehem sebentar kemudian menunjuk puncak kepalanya sendiri lalu bergantian menunjuk seorang cowok yang ngobrol sama teman-temannya itu.

“Tuh, lihat. Gaya rambut Kak Danial keren banget. Bayangin deh, kalau gue bisa ngebelai rambutnya itu. Astaga, Fi, Fiona gue mau pingsan.” Kayla mengeluarkan jurus lebay-nya dan Fiona hanya geleng-geleng kepala.

“Fi, buruan baris yang rapi, bentar lagi pemanasan,” ucap Amira yang tiba-tiba datang.

“Oh, oke. Siap Bu Sek.”

“Kay,” panggil Amira pada Kayla yang masih mematung sambil mengamati Kak Danial yang lagi ketawa-ketiwi sama temennya.

“Fi, tuh anak kenapa?” tanya Amira pada Fiona.

“Hadeh, biar gue aja yang nanganin. Lo urus yang lain aja nggak apa,” balas Fiona yang diangguki Amira.

Begitu semuanya sudah berbaris rapi, pemanasan pun dimulai.

“Heh, anak cewek pada kenapa, sih?” tanya Niko pada Tino sambil melirik ke barisan anak cewek kelas mereka.

“Lo kayak nggak tahu aja. Semua anak cewek kelas kita kan pada ngefans tuh sama kakak kelas IPS 1,” jawab Tino santai.

“Kena pelet kali,” timpal yang lainnya.

“Aneh banget. Padahal masih gantengan kita. Ya nggak?” sahut Elvan si Kapten.

“Kan cewek-cewek kelas kita matanya pada katarak, jadi maklum lah....” sambung Gilang yang tiba-tiba ikut nimbrung. Suasana pun jadi sedikit rusuh karena barisan cowok bagian tengah kompak terkikik setelah mendengar perkataan Gilang tadi.

SHUT! Kalian jangan ngerumpi!” bisik Difina dengan keras.

“Iya, iya. Jangan galak gitu dong, Bu Bendahara.”

Setelah pemanasan yang berlangsung selama sepuluh menit itu selesai, semuanya langsung menuruti perintah guru masing-masing. Kelas dua belas kebagian main badminton dan futsal, sedangkan kelas sebelas kebagian main basket dan voli.

Entah kebetulan atau takdir, Amira tidak ahli dalam kedua olahraga tersebutbasket dan voli.

Anjiirr, mending main bulutangkis. Bolanya kan kecil, kalau ketimpuk nggak sakit. Lah ini, dua-duanya besar,” keluh Amira.

Semuanya sudah hafal kalau kelemahan Amira adalah pada permainan bola besar. Dari awal, teman-temannya sudah tau, tapi karena ini memang jadwalnya kelas sebelas mau bagaimana lagi.

“Sori, Mir. Kita kagak berani ngomong ke Pak Rico kalau mau tukeran olahraga. Lo menyesuaikan diri aja, ya?” Amira hanya bisa mengangguk pasrah.

“Temen-temen! Yang cowok basket, KUY!” teriak Gilang dan semua cowok pun langsung ke lapangan basket. Tepatnya di samping lapangan bola voli.

“Mir, kita satu kelompok ya?” ajak Mitha dan Fadia antusias.

“Oke. Tapi jangan ngomel-ngomel kalau entar gue nggak bisa mukul bola,” jawab Amira nyengir.

“Hehe, iya deh iya. Yuk!”

Olahraga hari ini pun di mulai. Elvan dan Gilang bersama anak buahnya dengan asyik bermain basket. Sedangkan anak cewek yang dipimpin MariskaWakil Ketua Kelas, dengan serius bermain voli. Amira pun juga harus berusaha agar ia tidak menyulitkan teman-temannya.

Guys, lihat deh. Amira bego banget ya kalau lawan bola besar.” Lainnya pun setuju dengan ucapan Gilang.

“Tau tuh, padahal enakan bola besar loh,” timpal Andra yang dihadiahi tatapan ambigu teman-temannya.

“Sekretaris kita emang beda. Sukanya yang kecil-kecil.” Semuanya pun mengakak karena ucapan Dito.

“Lang,” panggil Elvan.

“Apaan?” tanya Gilang sambil menautkan kedua alisnya.

“Ajarin gih,” ucap Elvan dengan senyum jahil.

“Lo kira gue bapaknya apa?”

Lagi-lagi semua kaum cowok kelas 11 pun tertawa.

Sekarang mari kita lihat suasana kaum cewek yang kayaknya lagi serius itu.

“Ayo, Mir. Kalau bolanya jatuh ke lo, jangan cuma dilihat doang!” Fadia gregetan.

“Sulit woy....”

Permainan masih berlanjut. Cerdik sekali mereka karena tidak mengarahkan bola pada Amira. Ya kan mereka sudah tahu, kalau bolanya pasti cuma dilihat doang sama Sekretaris 11 IPA 5 ini.

Namun, tanpa diduga-duga, Kayla si pemain lawan mem-passing bola ke arah Amira. Amira pun terkesiap saat bola voli melayang ke arahnya. Wajahnya panik tetapi ia berusaha mengendalikannya dengan bersikap tenang. Tangannya bersiap untuk men-spike bola itu, ia meloncat dan....

Priiittt

“Yee! Kita menang!”

Sorakan heboh pun terdengar riuh di daerah lawan. Amira beserta timnya hanya bisa menghela napas panjang.

Sorry guys,” ucap Amira nyengir dan mengangkat jarinya membentuk peace.

“Huftt, santai aja. Ini cuma permainan bukan pertandingan,” balas Mariska bijak dan menepuk bahu kanan Amira.

“Gue emang tolol banget. Masa tangan gue nggak kena bolanya, sih.” Amira memaki tangannya sendiri yang tadi gagal melakukan spike tajam seperti pertandingan-pertandingan keren di televisi.

“Santai aja. Kita ambil minum dulu, ya,” ucap Mitha yang diangguki Amira.

Kini, di lapangan voli hanya ada beberapa cewek doang. Sebagian besar dari mereka sedang mengambil minum atau beli es untuk meredakan dahaga. Amira menunggu Fadia dan Mitha di pinggir lapangan. Ia meluruskan kakinya dan menengadahkan kepalanya, mencari udara pagi sebanyak-banyaknya sambil memejamkan mata.

“Bu Sek,” panggil sebuah suara yang muncul dari samping Amira.

Gadis itu membuka matanya dan menoleh ke samping. “Apaan?” tanyanya malas saat mengetahui siapa yang memanggilnya.

“Nih.” Gilang menunjukkan layar hapenya yang menampilkan sebuah adegan kegagalan Amira memukul bola voli tadi.

“HAPUS NGGAK?!” perintah Amira langsung bangkit berdiri.

“Enggak,” jawab Gilang halus.

“Lang, hapus!”

“Enggak mau, Amira.”

Gilang menyeringai. Dia sangat senang akhirnya bisa melakukan pembalasan yang setimpal pada rivalnya itu. Rasanya sangat bahagia melihat Amira yang marah-marah disertai ketakutan kalau video ini tersebar.

“Gue nggak akan nyebarin ini, kok. Tenang aja, gue nggak sejahat lo.” Amira mendengus mendengarnya.

“Tapi hapus, Gilang. Itu memalukan....” Amira memohon.

“Enak aja. Gue ngambil gambarnya susah tahu, bolanya ngehindari lo mulu tadi. Untung aja, saat detik-detik terakhir bolanya mengarah ke lo. Ya gue nggak mau nyia-nyiain kesempatan emas itu lah,” jelas Gilang panjang lebar yang membuat Amira semakin geram dengannya.

“Bener-bener lo ya,” Amira mengangkat tangannya ke udara ingin menampol Gilang tapi tak jadi. Gadis itu berusaha sabar.

“Apa? Mau nampol? Mau mukul? Mau apa?”

Wajah Amira memerah karena menahan kesalnya. Amarahnya sudah mencapai ubun-ubun, dan kapan saja bisa ia lepaskan.

“Denger ya, Amira. Kalau main bola voli aja lo kagak bisa, gimana entar nasib nilai olahraga lo. Lo lupa ya, dua bulan lagi kelas kita ada tes olahraga,” ucap Gilang membuat Amira langsung terlonjak.

Seketika wajah gadis itu blank, tak ada tanda-tanda ia marah lagi. Sekarang pikirannya jadi teralihkan oleh ucapan Gilang beberapa detik lalu.

Tes? Wadoh, gawat dong. Gue belum bisa apa-apa.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
My Sweety Girl
10559      2391     6     
Romance
Kenarya Alby Bimantara adalah sosok yang akan selalu ada untuk Maisha Biantari. Begitupun sebaliknya. Namun seiring berjalannya waktu salah satu dari keduanya perlahan terlepas. Cinta yang datang pada cowok berparas manis itu membuat Maisha ketakutan. Tentang sepi dan dingin yang sejak beberapa tahun pergi seolah kembali menghampiri. Jika ada jalan untuk mempertahankan Ken di sisinya, maka...
14 Days
886      628     1     
Romance
disaat Han Ni sudah menemukan tempat yang tepat untuk mengakhiri hidupnya setelah sekian kali gagal dalam percobaan bunuh dirinya, seorang pemuda bernama Kim Ji Woon datang merusak mood-nya untuk mati. sejak saat pertemuannya dengan Ji Woon hidup Han Ni berubah secara perlahan. cara pandangannya tentang arti kehidupan juga berubah. Tak ada lagi Han Han Ni yang selalu tertindas oleh kejamnya d...
Who You?
766      491     2     
Fan Fiction
Pasangan paling fenomenal di SMA Garuda mendadak dikabarkan putus. Padahal hubungan mereka sudah berjalan hampir 3 tahun dan minggu depan adalah anniversary mereka yang ke-3. Mereka adalah Migo si cassanova dan Alisa si preman sekolah. Ditambah lagi adanya anak kelas sebelah yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan untuk mendekati Migo. Juya. Sampai akhirnya Migo sadar kalau memutuskan Al...
CATCH MY HEART
2585      982     2     
Humor
Warning! Cerita ini bisa menyebabkan kalian mesem-mesem bahkan ngakak so hard. Genre romance komedi yang bakal bikin kalian susah move on. Nikmati kekonyolan dan over percaya dirinya Cemcem. Jadilah bagian dari anggota cemcemisme! :v Cemcemisme semakin berjaya di ranah nusantara. Efek samping nyengir-nyengir dan susah move on dari cemcem, tanggung sendiri :v ---------------------------------...
Please stay in my tomorrows.
362      258     2     
Short Story
Apabila saya membeberkan semua tentang saya sebagai cerita pengantar tidur, apakah kamu masih ada di sini keesokan paginya?
Mars
1041      570     2     
Romance
Semenjak mendapatkan donor jantung, hidup Agatha merasa diteror oleh cowok bermata tajam hitam legam, tubuhnya tinggi, suaranya teramat halus; entah hanya cewek ini yang merasakan, atau memang semua merasakannya. Dia membawa sensasi yang berbeda di setiap perjumpaannya, membuat Agatha kerap kali bergidik ngeri, dan jantungnya nyaris meledak. Agatha tidak tahu, hubungan apa yang dimiliki ole...
Ketos in Love
965      562     0     
Romance
Mila tidak pernah menyangka jika kisah cintanya akan serumit ini. Ia terjebak dalam cinta segitiga dengan 2 Ketua OSIS super keren yang menjadi idola setiap cewek di sekolah. Semua berawal saat Mila dan 39 pengurus OSIS sekolahnya menghadiri acara seminar di sebuah universitas. Mila bertemu Alfa yang menyelamatkan dirinya dari keterlambatan. Dan karena Alfa pula, untuk pertama kalinya ia berani m...
The Red Eyes
21785      3089     4     
Fantasy
Nicholas Lincoln adalah anak yang lari dari kenyataan. Dia merasa dirinya cacat, dia gagal melindungi orang tuanya, dan dia takut mati. Suatu hari, ia ditugaskan oleh organisasinya, Konfederasi Mata Merah, untuk menyelidiki kasus sebuah perkumpulan misterius yang berkaitan dengan keterlibatan Jessica Raymond sebagai gadis yang harus disadarkan pola pikirnya oleh Nick. Nick dan Ferus Jones, sau...
HIWAY Ketika Persahabatan Mengalahkan Segala
979      479     1     
Inspirational
Persahabatan bukan tentang siapa yang salah. Persahabatan adalah tentang meminta maaf. Hany, seorang gadis SMA bermata indah telah mengecewakan teman-temannya saat memutuskan untuk keluar dari ekskul cheerleader dan beralih ke ekskul futsal. Apa alasan Hany? Dan mampukah dia mengobati kekecewaan teman-temannya?
Everest
1746      718     2     
Romance
Yang kutahu tentangmu; keceriaan penyembuh luka. Yang kaupikirkan tentangku; kepedihan tanpa jeda. Aku pernah memintamu untuk tetap disisiku, dan kamu mengabulkannya. Kamu pernah mengatakan bahwa aku harus menjaga hatiku untukmu, namun aku mengingkarinya. Kamu selalu mengatakan "iya" saat aku memohon padamu. Lalu, apa kamu akan mengatakannya juga saat aku memintamu untuk ...