Read More >>"> Sekretaris Kelas VS Atlet Basket (Bukan Drama Korea) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sekretaris Kelas VS Atlet Basket
MENU
About Us  

Memang benar, realita tak seindah ekspektasi dan hidup tidak semanis drama Korea, pikir seorang gadis berambut kucir satu yang melangkah santai menuju kelasnya. Pikirannya menggerutu, tetapi wajahnya tampak datar seolah tak memiliki ekspresi.

Kenapa gue ngikutin saran Fadia dan nontonin sinetron Korea, sih. Pake baper segala lagi guenya.

Nama gadis itu Amira Zeanifa. Panggilannya Mira. Ia menggeleng keras berusaha menyingkirkan gambaran-gambaran romantis yang semalam ditontonnya. Bodo amat dengan adegan manis dan romantis mereka, Amira hanya khilaf karena terpancing saran Fadia, sahabatnya yang gila Korea.

Pintu kelas bercat biru muda dengan label XI MIPA 5 di atasnya menyambut gadis itu. Membuang segala gerutuan yang tadi memenuhi otak, tangannya pun meraih gagang pintu dan mendorongnya. Ia melangkah masuk dan menghela napas panjang, lagi-lagi ia first come.

Seperti biasanya pula, ia membuka satu persatu jendela agar udara pagi bebas masuk ke kelasnya. Berhubung hari Senin adalah jadwalnya piket, maka ia melanjutkan dengan membersihkan setiap meja. Setelah selesai, gadis itupun duduk di kursi guru dan mengisi jurnal kelas.

Fyi, Amira adalah Sekretaris. Satu-satunya Sekretaris di kelas ini.

“Enak banget kelas sepi gini.” Tubuhnya menyender pada kursi yang di dudukinya dan matanya terpejam.

B R A K !

“Amira! Gue udah datang, catet ya!” teriak cewek bertubuh gempal yang muncul dari balik pintu. Di belakangnya menyusul rombongan MIPA 5 dengan ocehan-ocehan pagi mereka.

Kelas ini mulai gaduh. Ketenangan yang tercipta sesingkat lirikan doi tadi telah menguap bagaikan air yang didihkan. Amira tersenyum singkat, saatnya bekerja.

“Bu Sek! Gue, Kayla, Nafa!” ucap Andra menyebut nama siswa yang datang bersama dirinya.

Amira mengulum bibir lalu memberi tanda titik di kolom nama ketiga temannya itu.

“Bu Sek, titiknya gue yang tebel biar Bu Jelita kelihatan!” Amira mengangguk saja mendengar ucapan Niko si ketua geng murid pemalas yang baru saja duduk di bangkunya.

Ya, mereka ini memang anak IPA. Namun, mereka tidak sekaku anak IPA 1, 2, 3, maupun 4. Mereka IPA 5, kelas yang isinya murid-murid sempak, Semangat dan komPakyang bilang si Ketua kelas. Jadi, tipekal murid pemalas pun pasti ada di kelas ini, seperti Niko.

Lagi pula, siapa sih yang tidak tahu tentang kasus Niko dan Bu Jelita? Anak kelas sebelah pun bahkan tahu kalau Niko dan Bu Jelita belum pernah akur. Entah si Niko yang sengaja memancing emosi atau memang Bu Jelita yang hobi berdebat dengan anak itu. Intinya, jika Bu Jelita yang perfeksionis digabungkan dengan Niko yang awkward, mungkin akan terjadi ledakan bom kedua di Hiroshima dan Nagasaki.

“Lo udah bawa air mineral kan?” Amira bertanya pada Niko.

Cowok itupun menunjukkan sebuah botol plastik berisi air. “Bawa, dong. Entar kalau gue ngantuk tinggal tuang dikit ke tangan, lalu usapin ke mata,” jawabnya nyengir.

“Ati-ati entar lo khilaf nyiram Bu Jelita,” timpal Andra. Niko hanya tertawa menanggapinya.

Ada alasan tersendiri mengapa Niko membawa air mineral. Selain untuk ia minum, mengusapkannya ke mata adalah salah satu cara ampuh mengatasi rasa kantukitu kalau menurut pemikiran Niko, karena cowok itu tidak tahan menguap jika kantuk menyerangnya.

Iya, Bu Jelita yang secantik namanya itu paling tidak suka jika ada murid menguap saat pelajarannya. Mungkin beliau adalah tipekal orang yang ingin murid-muridnya selalu tersenyum indah saat pelajarannya. Karena bukan cuma menguap, batuk dan bersin aja langsung mendapat komentar dari beliau.

Bersinnya bisa dikecilin nggak suaranya?

Itu batuk apa teriak? Alay banget.”

Ya, rasanya hidup ini penuh dengan cobaan.

Amira menghela napas, kembali sibuk mengisi jurnal sambil sesekali mengamati pintu kelas. Hingga ia mengernyit begitu melihat siapa yang nongol selanjutnya.

Sepatu biru dongker, gelang tangan hitam, dan tas yang diselempangkan sebelah. Amira mendongak dan mendapati wajah itu dengan senyuman sok kerennya. “Buset, kudanil.”

“Pagi Amira,” sapa orang itu dengan senyuman manis.

Amira tidak merespon bahkan tidak melirik sedikitpun. Merasa diabaikan, orang itu berjalan menghampiri Amira di kursi guru dan langsung menarik ujung rambut gadis itu dengan penuh perasaan.

“Woy kudanil! Penganiayaan lo!” murka Amira sambil menggebrak meja.

“Heh anoa, nama bagus-bagus lo ubah seenak udel. Nama gue tuh Gilang. Gilang Raynaldi si cowok keren yang tidak ada tandingannya.”

“Kresek mana kresek? Ahh, Kay! Lo bawa kaca nggak? Pinjem, dong!”

Gilang sudah hampir mencekik leher Amira yang secara tidak langsung menyindir dan mengatainya tidak keren. Padahal, Gilang itu memang keren dan ganteng. Dia punya banyak fans. Nggak cuma teman seangkatan, tetapi adik kelas dan kakak kelas juga mengagumi sosok Gilang. Namun kembali lagi, Amira sudah berpikir matang-matang sebelum menyebut Gilang ganteng. Risikonya besar.

“Heh, gue udah dateng. Kasih tanda titik dong di kolom nama gue!” suruh Gilang ketika melirik jurnal kelasnya.

“Ogah, males.”

“Wah, punuk tikus ngajak ribut.”

SRUAK !

“Lang, balikin! Lo bukan sekretaris.”

Gilang semakin meninggikan jurnal itu dengan wajah tanpa dosanya. Amira sudah menahan agar dirinya tidak khilaf mengumpati cowok itu.

“Nggak sampe nggak sampe, pendek sih.”

“Bacot,” geram Amira. Ia mengipasi lehernya sendiri yang mendadak panas. Sepertinya suhu di ruang ini mulai naik karena kedatangan makhluk gila seperti Gilang.

Suara kekehan kecil membuat Amira mendongak. “Lo yang tambah menyusut atau gue yang makin tinggi sih?”

Amira mendelik, hendak menghujani Gilang dengan sumpah serapahnya.

“Seloo, nih gue balikin. Udah gue isi sendiri.” Cowok itu langsung nyelonong ke bangkunya yang berada paling belakang bersama deretan Niko dan Andra.

Melihat itu, Amira pun menelan kembali umpatan yang hendak dikeluarkannya tadi. Memasang wajah tenangnya, ia kembali duduk di kursi guru. Perlahan sudut bibirnya tertarik. Tangan kanannya merogoh isi saku dan mengambil sesuatu dari sana.

Tipe-x.

Dengan santai gadis itu memusnahkan tanda titik di kolom nama Gilang Raynaldi.

“Heh, kampret! Lo ngapain megang tipe-x?” Gilang bertanya dari bangkunya.

“Membasmi tanda titik di kolom nama lo.”

Gilang melotot sempurna kemudian berdiri dengan wajah siap tempur. “AMIRA! LET’S BATTLE WITH ME, NOW!”

Dan pertengkaran yang selalu menjadi sarapan pagi siswa 11 IPA 5 ini pun terjadi. Bukan hanya setiap pagi sih, tetapi hampir di setiap waktu mereka tidak pernah absen bertengkar.

Pernah juga suatu hari, menjelang jam istirahat ada sebuah panggilan mendadak. “PANGGILAN DITUJUKAN KEPADA SEKRETARIS KELAS 10, 11, DAN 12 HARAP SEGERA KE RUANG BK. SEKALI LAGI, PANGGILAN DITUJUKAN KEPADA SEKRETARIS KELAS 10, 11, DAN 12 HARAP SEGERA KE RUANG BK.

Kedua manusia yang terlibat perang dunia ketiga itupun langsung rebutan untuk datang ke ruang BK.

Ini, nih. Kebanyakan murid merasa horor kalau disuruh masuk BK, tetapi Amira dan Gilang malah saling jambak-menjambak supaya bisa menginjakkan kaki di sana.

“Gue yang dipanggil.” Amira menarik rambut Gilang begitu pun Gilang yang mendorong-dorong bahu Amira.

“Gue aja yang dateng. Lo udah berkali-kali ke sana,” balas Gilang tak mau kalah.

“Enggak! Lepasin gue, kudanil!”

“Ogah! Lo yang lepasin jambakan lo dulu!”

Dan saat itu, penghuni kelas bukannya melerai malah jadi kompor. Ada yang siul-siul, memotret adegan tak etis tersebut sampai menabuh galon yang ada di samping lemari.

Ya, Gilang Raynaldi. Sosok manusia yang selalu mengusik dan memancing emosi Amira. Rival yang ingin mendapatkan jabatan sekretaris di kelas sekaligus tokoh utama dalam hidup Amira yang datang membawa sejuta ketengilannya.

Kenapa sih lo gangguin gue mulu?

Kan itu hobi gue.”

Sangking kesalnya, Amira pernah menyarankan agar Gilang imigrasi saja ke Pluto dan berhenti mengganggu dirinya. Namun, gadis itu malah kena jitakan dari cowok ini.

Satu hal yang pasti, inti dari segala permasalahan, yaitu kehidupan Amira berbeda jauh dengan drama Korea yang ditontonnya semalam. Jauh!

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Petrichor
4109      1380     2     
Inspirational
Masa remaja merupakan masa yang tak terlupa bagi sebagian besar populasi manusia. Pun bagi seorang Aina Farzana. Masa remajanya harus ia penuhi dengan berbagai dinamika. Berjuang bersama sang ibu untuk mencapai cita-citanya, namun harus terhenti saat sang ibu akhirnya dipanggil kembali pada Ilahi. Dapatkah ia meraih apa yang dia impikan? Karena yang ia yakini, badai hanya menyisakan pohon-pohon y...
Sebuah Musim Panas di Istanbul
320      219     1     
Romance
Meski tak ingin dan tak pernah mau, Rin harus berangkat ke Istanbul. Demi bertemu Reo dan menjemputnya pulang. Tapi, siapa sangka gadis itu harus berakhir dengan tinggal di sana dan diperistri oleh seorang pria pewaris kerajaan bisnis di Turki?
Kamu!
1857      704     2     
Romance
Anna jatuh cinta pada pandangan pertama pada Sony. Tapi perasaan cintanya berubah menjadi benci, karena Sony tak seperti yang ia bayangkan. Sony sering mengganggu dan mengejeknya sampai rasanya ia ingin mencekik Sony sampai kehabisan nafas. Benarkah cintanya menjadi benci? Atau malah menjadikannya benar-benar cinta??
Rêver
5503      1642     1     
Fan Fiction
You're invited to: Maison de rve Maison de rve Rumah mimpi. Semua orang punya impian, tetapi tidak semua orang berusaha untuk menggapainya. Di sini, adalah tempat yang berisi orang-orang yang punya banyak mimpi. Yang tidak hanya berangan tanpa bergerak. Di sini, kamu boleh menangis, kamu boleh terjatuh, tapi kamu tidak boleh diam. Karena diam berarti kalah. Kalah karena sudah melepas mi...
THE WAY FOR MY LOVE
406      311     2     
Romance
Mencintaimu di Ujung Penantianku
4206      1158     1     
Romance
Perubahan berjalan perlahan tapi pasti... Seperti orang-orang yang satu persatu pergi meninggalkan jejak-jejak langkah mereka pada orang-orang yang ditinggal.. Jarum jam berputar detik demi detik...menit demi menit...jam demi jam... Tiada henti... Seperti silih bergantinya orang datang dan pergi... Tak ada yang menetap dalam keabadian... Dan aku...masih disini...
Sanguine
4434      1449     2     
Romance
Karala Wijaya merupakan siswi populer di sekolahnya. Ia memiliki semua hal yang diinginkan oleh setiap gadis di dunia. Terlahir dari keluarga kaya, menjadi vokalis band sekolah, memiliki banyak teman, serta pacar tampan incaran para gadis-gadis di sekolah. Ada satu hal yang sangat disukainya, she love being a popular. Bagi Lala, tidak ada yang lebih penting daripada menjadi pusat perhatian. Namun...
ALVINO
4140      1839     3     
Fan Fiction
"Karena gue itu hangat, lo itu dingin. Makanya gue nemenin lo, karena pasti lo butuh kehangatan'kan?" ucap Aretta sambil menaik turunkan alisnya. Cowo dingin yang menatap matanya masih memasang muka datar, hingga satu detik kemudian. Dia tersenyum.
in Silence
392      268     1     
Romance
Mika memang bukanlah murid SMA biasa pada umumnya. Dulu dia termasuk dalam jajaran murid terpopuler di sekolahnya dan mempunyai geng yang cukup dipandang. Tapi, sekarang keadaan berputar balik, dia menjadi acuh tak acuh. Dirinya pun dijauhi oleh teman seangkatannya karena dia dicap sebagai 'anak aneh'. Satu per satu teman dekatnya menarik diri menjauh. Hingga suatu hari, ada harapan dimana dia bi...
complicated revenge
17281      2761     1     
Fan Fiction
"jangan percayai siapapun! kebencianku tumbuh karena rasa kepercayaanku sendiri.."