Loading...
Logo TinLit
Read Story - Man in a Green Hoodie
MENU
About Us  

Enam hari sudah berlalu sejak pertemuan pertamaku dengan Dirga. Hari ini temanku pulang ke rumah, sehingga aku sudah tidak akan bisa lagi bertemu dengan Dirga di taman rumah sakit ini. Aku sudah membulatkan tekad, hari ini aku harus mendapatkan nomor ponselnya, agar kami bisa berjanji untuk bertemu di tempat lain setelah ini.

Walau temanku sudah pulang sejak siang tadi, tapi aku tetap datang ke rumah sakit ini di sore hari. Tujuanku hanya satu, bertemu dengan Dirga.

Pukul 16:00 WIB, waktu biasa kami bertemu di taman ini. Aku melangkahkan kaki dengan riang menuju bangku taman yang selalu kami duduki. Namun hanya kehampaan yang menyambutku disana.

Tidak ada sesosok pria berhoodie hijau tua, yang biasanya langsung menoleh dan memberi senyum terindah saat ia mendengar langkah kakiku.

Dirga belum datang. Batinku sambil menghela nafas panjang.

Aku pun langsung merebahkan tubuh di atas bangku kayu tersebut, menunggu kehadiran sosok pria yang selama enam hari terakhir selalu menemani sore hariku. Aku bergidik ketika telapak tanganku menyentuh kayu yang agak lembab dan dingin. Hujan deras tadi malam masih meninggalkan sedikit jejaknya di bangku ini.

Lima menit berlalu. Aku melipat kedua tangan di dada, berusaha menghalau hembusan angin agar dinginnya terasa tak terlalu menusuk. Sebersit rasa sesal karena tidak membawa jaket langsung menghampiri. Penyesalan memang selalu datang terlambat!

Sepuluh menit berlalu, dan masih belum ada tanda kedatangan seorang Dirga. Padahal biasanya, dia selalu sudah berada di bangku ini sebelum aku datang. Keadaan taman yang biasanya ramai, hari ini pun tampak sepi. Mungkin karena pengaruh kondisi cuaca yang mendung dan agak berangin, membuat sore ini bukan waktu ideal untuk bersantai di taman.

"Apa hari ini dia tidak datang kesini ya?" aku mulai gelisah sambil melirik jam tangan yang melingkar manis di tangan kiriku. Langit senja semakin gelap oleh awan mendung, seiring hatiku yang turut menjadi kelabu karena penantian yang tidak pasti.

Lima belas menit telah berlalu. "Ah, seharusnya dari kemarin nanya nomor hapenya. Kalau gini kan jadi kehilangan jejak. Masa harus datang kesini tiap hari buat nungguin dia? Kalau orang yang dibesuknya udah gak dirawat, kan pasti dia juga udah gak datang lagi. Jadi percuma aja walau nungguin disini terus. Aaaah!! Kirana bego!!!" aku merutuki kebodohanku.

"Siapa yang bego?" sebuah suara yang sudah tidak asing lagi sekonyong-konyong memenuhi gendang telingaku. Membuatku langsung menolehkan kepala menyongsong suara yang sedari tadi sudah ku nanti kehadirannyaa.

Dirga sedang berdiri di belakang bangku taman yang kududuki, badannya dicondongkan ke depan, dengan kedua tangannya bertumpu di senderan bangku. Kepalanya ditolehkan sehingga kedua mata indahnya langsung menatapku tajam. Senyuman yang tersungging di wajahnya seketika melenyapkan rasa gelisah yang sejak tadi menghampiriku.

"Dirga! Aku pikir kamu hari ini gak datang." Binar kebahagiaan dan rasa lega tak bisa kusembunyikan dari mataku. Lagipula, aku juga tak berkeinginan untuk menyembunyikannya. Aku ingin dia tahu, kalau aku senang atas kehadirannya.

"Maaf yaa, aku telat. Kamu udah lama nunggu ya?" Dirga berjalan dan langsung mengisi tempat kosong di sisi kananku.

"Gak papa kok, lagian kamu juga udah datang."

Dirga tersenyum mendengar jawabanku, dan ku lihat ada sedikit hal berbeda dari dia yang biasanya. Dia terlihat agak pucat dan lemas, tidak seceria biasanya.

"Ga? Kamu lagi gak enak badan ya?" tanyaku khawatir.

"Hmm? Aku gak apa-apa kok. Hari ini kita mau ngapain nih? Ngobrol aja, atau ngobrol sambil gambar?" Dirga menjawab dengan menatapku sekilas, dan langsung menyibukan diri dengan menyiapkan peralatan gambarnya.

"Terserah kamu aja." sahutku sambil terus memperhatikan sosok pria yang berada disampingku. Beberapa kali terdengar batukan kecil keluar dari mulutnya.

"Teman kamu hari ini pulang kan?" Dirga bertanya tanpa menoleh menatapku. Ia terlihat mulai sibuk mencoret buku sketsanya. Sepertinya dia sudah menemukan objek gambarnya hari ini.

"Iya, tadi siang pulangnya."

"Tadi siang?" Dirga menghentikan kegiatannya menggambar dan memandangku. "Berarti kamu kesini sore ini bukan untuk menjenguk temanmu?"

"Iya, sore ini aku datang hanya untuk ketemu kamu." Pipiku terasa panas saat aku mengatakannya. Pasti wajahku saat ini sudah merah seperti kepiting rebus!

"Boleh minta nomor ponsel kamu? Biar kedepannya kita masih bisa tetap berhubungan. Mungkin bertemu di tempat lain atau hanya sekedar saling sharing via chat." Aku tak berani memandangnya saat mengucapkan kalimat-kalimat itu. Aku hanya bisa menunduk sambil menatap tanah yang diinjak sepatuku.

Aaah, seorang Kirana yang biasa penuh rasa percaya diri kenapa mendadak jadi ciut gini sih??

Tiba-tiba sebuah tangan terulur di depan mataku. Dengan bingung aku menoleh Dirga dan mendapatinya sedang tersenyum. "Sini hape kamu, biar aku bisa simpankan nomorku. Tapi janji nanti harus chat ya."

Setelah pertukaran nomor ponsel yang berlangsung lancar, suasana kembali cair seperti biasa. Kami mengobrol santai, dengan Dirga yang sambil berkutat dengan buku sketsanya. Aku juga sudah tidak terlalu memperhatikan beberapa batuk kecil yang keluar dari mulutnya. Mungkin karena efek bahagia sudah mendapatkan nomor ponselnya, hingga beberapa hal luput dari perhatianku.

Ditengah-tengah obrolan, batuk Dirga tiba-tiba mulai tak terkendali. Buku sketsa dan pulpennya sudah terjatuh ke tanah, tangan kirinya menutup mulut berusaha meredam sang batuk, sementara tangan kanannya mencengkram dada dan sesekali menepuk-nepuknya. Tubuh yang tadinya bersandar di bangku, sudah membungkuk seiring batuk yang tak kunjung berhenti.

Aku panik! Aku hanya bisa mengusap-usap punggungnya, berharap hal itu bisa meredakan batuknya, sambil menanyakan keadaanya. Tidak ada jawaban terucap dari bibirnya, sementara bisa ku lihat keringat dingin mulai bermunculan di wajahnya yang semakin pucat.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • rara_el_hasan

    si Dirga ,,,hehehe

    Comment on chapter CHAPTER 1 : Di Sudut Taman
Similar Tags
Manuskrip Tanda Tanya
5702      1717     1     
Romance
Setelah berhasil menerbitkan karya terbaru dari Bara Adiguna yang melejit di pasaran, Katya merasa dirinya berada di atas angin; kebanggaan tersendiri yang mampu membawa kesuksesan seorang pengarang melalui karya yang diasuh sedemikian rupa agar menjadi sempurna. Sayangnya, rasa gembira itu mendadak berubah menjadi serba salah ketika Bu Maya menugaskan Katya untuk mengurus tulisan pengarang t...
The Figure
356      261     1     
Short Story
Do you like short horror story which features vengeance and spirits? This is a story of mr.Deliabourne through his journey as a simple man until he saw a strange ominious figure.
REASON
9512      2297     10     
Romance
Gantari Hassya Kasyara, seorang perempuan yang berprofesi sebagai seorang dokter di New York dan tidak pernah memiliki hubungan serius dengan seorang lelaki selama dua puluh lima tahun dia hidup di dunia karena masa lalu yang pernah dialaminya. Hingga pada akhirnya ada seorang lelaki yang mampu membuka sedikit demi sedikit pintu hati Hassya. Lelaki yang ditemuinya sangat khawatir dengan kondi...
One-Week Lover
1913      968     0     
Romance
Walter Hoffman, mahasiswa yang kebosanan saat liburan kuliahnya, mendapati dirinya mengasuh seorang gadis yang entah dari mana saja muncul dan menduduki dirinya. Yang ia tak tahu, adalah fakta bahwa gadis itu bukan manusia, melainkan iblis yang terlempar dari dunia lain setelah bertarung sengit melawan pahlawan dunia lain. Morrigan, gadis bertinggi badan anak SD dengan gigi taring yang lucu, meng...
The Final Journey
433      303     5     
Short Story
Will they reached the top of the mountain with Fay's ashes?
Reminisensi Senja Milik Aziza
925      493     1     
Romance
Ketika cinta yang diharapkan Aziza datang menyapa, ternyata bukan hanya bahagia saja yang mengiringinya. Melainkan ada sedih di baliknya, air mata di sela tawanya. Lantas, berada di antara dua rasa itu, akankah Aziza bertahan menikmati cintanya di penghujung senja? Atau memutuskan untuk mencari cinta di senja yang lainnya?
The Arcana : Ace of Wands
172      149     1     
Fantasy
Sejak hilang nya Tobiaz, kota West Montero diserang pasukan berzirah perak yang mengerikan. Zack dan Kay terjebak dalam dunia lain bernama Arcana. Terdiri dari empat Kerajaan, Wands, Swords, Pentacles, dan Cups. Zack harus bertahan dari Nefarion, Ksatria Wands yang ingin merebut pedang api dan membunuhnya. Zack dan Kay berhasil kabur, namun harus berhadapan dengan Pascal, pria aneh yang meminta Z...
Aku Biru dan Kamu Abu
829      483     2     
Romance
Pertemuanku dengan Abu seperti takdir. Kehadiran lelaki bersifat hangat itu benar-benar memberikan pengaruh yang besar dalam hidupku. Dia adalah teman curhat yang baik. Dia juga suka sekali membuat pipiku bersemu merah. Namun, kenapa aku tidak boleh mencintainya? Bukannya Abu juga mencintai Biru?
Tinta Buku Tebal Riri
539      354     0     
Short Story
Cerita ini hanyalah fiktif belaka, apabila ada kesamaan kejadian, nama dan tempat hanyalah kebetulan semata. NB : picture from Pixabay.com
Palette
6314      2271     6     
Romance
Naga baru saja ditolak untuk kedua kalinya oleh Mbak Kasir minimarket dekat rumahnya, Dara. Di saat dia masih berusaha menata hati, sebelum mengejar Dara lagi, Naga justru mendapat kejutan. Pagi-pagi, saat baru bangun, dia malah bertemu Dara di rumahnya. Lebih mengejutkan lagi, gadis itu akan tinggal di sana bersamanya, mulai sekarang!