Loading...
Logo TinLit
Read Story - Man in a Green Hoodie
MENU
About Us  

Suatu senja yang cerah, mataku tiba-tiba terpaku pada sesosok pria yang sedang duduk di bangku taman rumah sakit. Rambut hitam pekat yang bergelombang, terlihat mengintip dari balik hoodie hijau tua yang dikenakannya. Kulit putih wajahnya membingkai sepasang mata yang indah. Tatapannya tajam, namun terasa hangat. Kedua matanya tampak serius memandang sebuah buku sketsa di pangkuannya. Tangan kanannya bergerak cekatan di atas buku tersebut, sementara tangan kirinya memegang erat buku tersebut agar tak jatuh dari pangkuannya.

Tanpa kusadari, aku sudah berjalan menjauhi lorong rumah sakit dan menuju ke arah taman. Perlahan semakin dekat kearah pria berhoodie hijau tua itu. Entah mengapa, dari sekian banyak orang yang sedang bersantai di taman rumah sakit ini, sosok yang tak sengaja tertangkap mataku itu bisa langsung menghipnotis dan membangkitkan rasa ingin tahuku.

Semakin dekat jarakku dengannya, semakin jelas sosoknya terekam dalam benakku. Rambut bergelombang yang mengintip di balik hoodie, terlihat melambai dipermainkan angin, sesekali bergerak menutupi matanya. Tapi seolah hal tersebut tidak membuatnya terusik, ia tetap piawai membuat goresan di buku sketsanya. Tak sekalipun tangannya berusaha menghalau rambut yang menutupi matanya, hingga sang angin membuat rambut itu pergi dengan sendirinya. Matanya yang serius menatap buku sketsa tampak berbinar-binar. Hanya dengan melihatnya, aku tahu dia sangat menikmati yang sedang dikerjakannya. Sebersit rasa iri sempat mampir di hatiku. Bahagianya, bisa melakukan apa yang disuka dengan bebas dan tanpa gangguan.

Tak terasa, aku sudah berada di sampingnya. Mungkin karena terlalu fokus dan menikmati apa yang dikerjakannya, ia bahkan tak menyadari keberadaanku yang sedang berdiri tepat di samping kanannya. Rasa penasaran yang menghantui sejak awal ku melihatnya, membuatku langsung menatap kearah buku sketsanya. Aku ingin tahu apa yang dari tadi digambarnya dengan penuh semangat.

Seketika mataku terbelalak. Di buku itu terlihat gambar dua anak kecil yang sedang asik bermain dengan ceria di taman, tepatnya dua anak kecil yang sedang bermain kurang lebih dua meter di depan pria itu. Untukku yang sangat tidak memiliki bakat dalam menggambar, bahkan menggambar benda mati yang terdiam tak bergerak saja terasa susah minta ampun. Sementara dia, bisa menggambar dengan baik benda hidup yang dari tadi terus bergerak.

Tak sampai disitu saja, ada hal lain yang membuatku semakin takjub. Ia menggambar semua itu menggunakan pulpen! Tapi tak ada terlihat satupun coretan salah dalam gambarnya. Semua garis yang terukir disana hanyalah garis-garis sempurna yang membentuk sebuah gambar utuh. Bahkan menggambar dengan pensil sekalipun, aku tetap membutuhkan penghapus, karena akan banyak sekali aku membuat coretan-coretan yang merusak bentuk benda yang ingin ku gambar.

"Wow!! Keren banget!!" bentuk kekagumanku secara tak sadar langsung meluncur dengan jelas dari bibirku, tak hanya tertahan didalam hati saja. Mendengar suaraku, ia seketika menghentikan kegiatannya menggambar dan menoleh kearah suaraku berasal.

"Aduh, maaf. Aku ganggu ya? Maaf yaa, aku gak akan ganggu lagi kok. Terusin aja gambarnya."

Aaah, Kirana bego! Kenapa juga tadi harus pake teriak. Bukannya ngomong dalam hati aja!

Aku menunduk kearahnya, tanda mengucapkan maaf dan langsung berbalik badan untuk pergi dari sana.

"Ah, tunggu dulu."

Sebuah suara menahan langkahku dan membuatku bergumam dalam hati.

Oh, God! Ternyata gak hanya mukanya aja yang tampan, suaranya juga bikin melting.

Aku membalikan badan kembali menghadap kearahnya, dan mendapati dirinya yang sedang tersenyum. Membuat pipiku seketika merona, terhanyut dalam senyumannya.

"Ya? Ada apa?" aku berusaha menjawab dengan santai, berusaha tak mengacuhkan debaran jantung yang terasa semakin keras.

"Aku hampir selesai kok. Kalau kamu gak buru-buru, duduk aja dulu disini." Ia menepuk bangku disebelah kirinya.

Aku pun mengangguk, berjalan melewatinya dan duduk di sebelah kirinya. Saat aku kembali melihatnya, ia sudah sibuk menggoreskan kembali pulpen untuk menyempurnakan gambarnya. Kali ini, aku sekuat tenaga menahan mulutku agar tidak bersuara. Jangan sampai dia berubah pikiran dan membuatku harus pergi dari sana, karena aku masih ingin menikmati karya seni yang sedang dibuatnya didepan mataku.

"Namaku Dirga. Kalau kamu?" pria itu menoleh sejenak padaku sebelum kembali fokus pada buku sketsa dipangkuannya.

"Namaku Kirana." Jawabku masih tanpa melepaskan pandangan dari buku sketsanya.

"Habis jenguk siapa?"

"Teman sekelas. Kemarin dia kecelakaan, jadi pulang sekolah tadi aku sama teman-teman jenguk dia. Teman-temanku dari tadi udah pulang, aku masih nunggu kakakku jemput."

"Wah! Keadaan teman kamu gimana?"

"Kakinya patah. Tapi selain itu dia baik-baik aja. Gak ada yang parah."

"Syukurlah."

Setelah sepatah kata itu, ia kembali sibuk dengan kegiatannya. Meninggalkanku dalam kesunyian. Tapi aku tak keberatan, karena dengan bisa melihat dia menarikan tangannya membentuk sebuah gambar dalam jarak sedekat ini sudah sangat membuatku senang. Di saat aku sedang asik menyaksikan kepiawannya menggambar, tangannya berhenti menari dan ia mengaitkan pulpennya pada buku sketsa yang sedari tadi sibuk digambari olehnya.

"Selesai," ujarnya sambil tersenyum kearahku.

"Boleh lihat?" setengah ragu, aku mengucapkan permintaan itu padanya.

Dengan senyum yang masih tersungging dibibirnya, ia mengulurkan buku sketsa itu kepadaku. Tanpa ragu lagi, langsung ku ulurkan tangan untuk mengambilnya. Sedetik kemudian, aku sudah terhanyut dalam gambarnya. Walau hanya berupa gambar hitam putih, tapi terasa sangat hidup.

"Boleh lihat gambar-gambar lainnya?" tanyaku yang dijawab Dirga dengan anggukan kepala.

Aku pun langsung membuka-buka halaman buku sketsa miliknya. Setiap halamannya membuatku tercengang. Ia sanggup menampilkan tiap detail hal yang dilihatnya kedalam selembar kertas, sehingga membuatnya benar-benar tampak hidup bagaikan sebuah foto hitam putih.

"Kenapa semuanya digambar dengan pulpen? Aku pikir orang-orang lebih suka gambar pakai pensil, jadi garis-garis yang gak dibutuhkan bisa dihapus dan bisa dikasih shading-shading gitu biar kelihatan kayak diwarnain. Eh, tapi bukan maksudku bilang ini gak bagus sih. Ini malah bagus banget banget. Cuma penasaran aja, hehehe."

"Ah, itu. Soalnya..."

Belum sempat Dirga menjawab pertanyaanku, ponselku berbunyi dan membuatku menghentikan ucapannya.

"Eh, maaf, bentar dulu yaa." Aku langsung membaca pesan yang baru saja masuk. Ternyata dari kakakku yang mengabarkan bahwa ia sudah sampai di rumah sakit dan menyuruhku segera keluar. Aku pun memberitahu Dirga bahwa kakakku sudah datang menjemput dan berpamitan padanya. Aku mengucapkan terima kasih sekali lagi karena sudah diijinkan melihatnya menggambar, yang hanya dibalas dengan anggukan dan senyuman manis.

Setelah beberapa langkah, aku tiba-tiba teringat sesuatu dan membalikan badanku kembali menghadapnya.

"Ga, besok aku mau datang lagi jenguk temanku buat ngasih catatan pelajaran. Kamu besok datang lagi kesini gak? Kalau kamu juga datang, boleh ketemu dan lihat kamu gambar lagi?"

"Boleh," ujarnya sambil tersenyum. "Besok aku tunggu di bangku ini."

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • rara_el_hasan

    si Dirga ,,,hehehe

    Comment on chapter CHAPTER 1 : Di Sudut Taman
Similar Tags
1000 Origami Bangau
395      270     3     
Short Story
Origami bangau melambangkan cinta dan kesetiaan, karna bangau hanya memiliki satu pasangan seumur hidupnya. Tapi, jika semua itu hanyalah angan-angan belaka, aku harus bagaimana ??
Veintiséis (Dua Puluh Enam)
847      465     0     
Romance
Sebuah angka dan guratan takdir mempertemukan Catur dan Allea. Meski dalam keadaan yang tidak terlalu baik, ternyata keduanya pernah memiliki ikrar janji yang sama sama dilupakan.
House with No Mirror
492      372     0     
Fantasy
Rumah baru keluarga Spiegelman ternyata menyimpan harta karun. Anak kembar mereka, Margo dan Magdalena terlibat dalam petualangan panjang bersama William Jacobs untuk menemukan lebih banyak harta karun. Berhasilkah mereka menguak misteri Cornwall yang selama ini tersembunyi?
PROMISES [RE-WRITE]
6180      1805     13     
Fantasy
Aku kehilangan segalanya, bertepatan dengan padamnya lilin ulang tahunku, kehidupan baruku dimulai saat aku membuat perjanjian dengan dirinya,
Story of April
2665      942     0     
Romance
Aku pernah merasakan rindu pada seseorang hanya dengan mendengar sebait lirik lagu. Mungkin bagi sebagian orang itu biasa. Bagi sebagian orang masa lalu itu harus dilupakan. Namun, bagi ku, hingga detik di mana aku bahagia pun, aku ingin kau tetap hadir walau hanya sebagai kenangan…
Kutu Beku
384      258     1     
Short Story
Cerpen ini mengisahkan tentang seorang lelaki yang berusaha dengan segala daya upayanya untuk bertemu dengan pujaan hatinya, melepas rindu sekaligus resah, dan dilputi dengan humor yang tak biasa ... Selamat membaca !
ADITYA DAN RA
19372      3224     4     
Fan Fiction
jika semua orang dapat hidup setara, mungkin dinamika yang mengatasnamakan perselisihan tidak akan mungkin pernah terjadi. Dira, Adit, Marvin, Dita Mulailah lihat sahabatmu. Apakah kalian sama? Apakah tingkat kecerdasan kalian sama? Apakah dunia kalian sama? Apakah kebutuhan kalian sama? Apakah waktu lenggang kalian sama? Atau krisis ekonomi kalian sama? Tentu tidak...
My World
796      533     1     
Fantasy
Yang Luna ketahui adalah dirinya merupakan manusia biasa, tidak memiliki keistimewaan yang sangat woah. Hidup normal menyelimutinya hingga dirinya berusia 20 tahun. Sepucuk surat tergeletak di meja belajarnya, ia menemukannya setelah menyadari bahwa langit menampilkan matahari dan bulan berdiri berdampingan, pula langit yang setengah siang dan setengah malam. Tentu saja hal ini aneh baginya. I...
Haruskah Ada Segitiga?
605      419     0     
Short Story
\"Harusnya gue nggak boleh suka sama lo, karena sahabat gue suka sama lo. Bagaimana bisa gue menyukai cewek yang disukai sahabat gue? Gue memang bodoh.” ~Setya~
Gue Mau Hidup Lagi
443      290     2     
Short Story
Bukan kisah pilu Diandra yang dua kali gagal bercinta. Bukan kisah manisnya setelah bangkit dari patah hati. Lirik kesamping, ada sosok bernama Rima yang sibuk mencari sesosok lain. Bisakah ia hidup lagi?