“okay!okay Miss!”
Jena kesal karena badannya didorong oleh Miss Adriene ke ruang hukuman.
“duduk disitu” kata Miss Adriene, nadanya tegas.
Lalu Jena duduk dikursi dan tangannya dilipat di meja. Matanya menatap Miss Adriene kesal. Miss Adriene pun pergi meninggalkan ruang itu.
Mata Jena mengintip ke kaca yang terpasang di pintu, mencuri pandang apakah Miss Adriene sudah pergi jauh atau belum. Jena berjalan ke pintu, kepalanya menengok ke kanan lalu ke kiri di kaca, dan tiba-tiba,
HUP! Muka Miss Adriene muncul memenuhi kaca pintu.
“AAK!!” Jena berteriak karena kaget.
Sebenarnya Miss Adriene bersembunyi di balik pintu, menguji apakah Jena akan kabur seperti minggu lalu atau tidak. Dan ternyata, Jena gagal melewati ujiannya.
Mulut Miss Adriene berkata “stay there!” sambil menunjuk muka Jena. Lalu tangan kanannya mengunci pintu ruang hukuman. Jena kesal lalu memukul pintu itu dengan tangannya.
“crazy woman!!”
Jena membalikkan badannya, lalu ia tersentak kaget, lagi. Saat melihat ada sebuah sosok sedang duduk disana. Saat ia amati lagi, ternyata itu manusia. Ia pun menghembuskan nafasnya lega.
“how long you’ve been there?”
“long enough to watch all those dramas”
“ugh, sorry”
“Miss Adriene nyebelin banget, aku padahal baru telat lima menit”
“ini udah hampir dua puluh”
“serius?”
Jena melihat jam tangannya, ternyata saat dilihat lebih lama, jarum jamnya tidak berjalan.
“oh shit, it doesn’t work”
“Jena by the way” Kata Jena sambil memberi jabatan tangan
“Marvel”
Mata Jena tertuju pada ventilasi kecil, membuat hati Marvel sedikit terluka karena tangan mereka masih berjabatan tetapi Jena malah celingukan kemana-mana.
“vel, mau bantu aku ga?”
“bantu apa?”
“kalau Miss Adriene ngecek lagi kesini, bilang aku lagi di wc”
“don’t say you’re gonna go through that” mata Marvel tertuju pada ventilasi
“gak ada jalan lain, aku harus ngumpulin paper biologi ini. Kalau aku ga ngumpulin sekarang, aku gak akan dapet nilai. My dad could kill me”
“okay, apa imbalannya” tanya Marvel
“seriously?”
“well, aku bisa aja kena suspen karna bantu kamu”
Jena mendegus, lalu melepas boneka kecil yang digantung ditasnya. “ini, buat kamu. Lucky charm aku. It’s really precious for me, but i give it to you anyway, cause by helping me, it means that you save my life”
“okay, i’ll take that” Marvel mengambil boneka kecil yang menurutnya rupanya aneh itu dari tangan Jena.
“ini bikin sendiri?”
“yap” jawab Jena sambil menaiki meja
Lalu Marvel tersenyum kecil. Pantes jelek, bisiknya dalam hati.
“bye, vel. Promise me you’ll help”
“don’t worry. I’m loyal”
Jena memutar bola matanya, lalu melompat dan jatuh ke rerumputan yang menghiasi halaman sekolah. Marvel melihat Jena memegangi lututnya karena kesakitan, lalu ia tertawa kecil sambil (seperti biasa) menggelengkan kepalanya.
I think, I kinda like her.
Setelah hampir setengah jam, terdengar suara kunci yang sedang membuka pintu. Marvel melihat dari kaca, ternyata Miss Adriene. Sebenarnya permintaan Jena ini menurutnya bukan apa-apa, ia sering melakukan hal seperti ini. Imbalan itu hanya bercanda, ia berniat untuk mengembalikannya lagi.
“dimana Jena?”
“wc” jawab Marvel, kepalanya mengarah ke wc ruang hukuman
Miss Adriene mendekati wc, hendak mengecek apa Jena ada disana.
“miss”
Pandangan Miss Adriene teralih ke Marvel.
“aku juga ingin ke wc, tapi kayaknya Jena lagi BAB. Aku boleh ke wc cowok gak?”
“saya antar”
Marvel tak percaya rencananya berhasil semudah itu. Ia pun keluar dari ruang hukuman dan diantar ke wc laki-laki oleh Miss Adriene. Yang pastinya hanya diantar sampai pintu luar saja.
[CHATROOM]
Marvel : You better hurry
Jena : on my way
BRUK!
Tiba-tiba terdengar suara sesuatu yang jatuh dari ruang hukuman.
“Marvel!! Cepat kamu!lama sekali!”
“maaf bu saya mules” Kata Marvel yang baru keluar dari pintu wc
“cepat balik kamu kesana”
Miss Adriene berlari mengikuti Marvel menuju ruang hukuman. Dan disana terdapat Jena, sedang membereskan kursi yang jatuh.
“kelamaan di wc bikin kaki kesemutan. Tadi saya keseleo terus jatoh kena kursi ini bu”
Dahi Miss Adriene mengerut, curiga atas tingkah laku Jena.
“kalian boleh ke kelas lima belas menit lagi”
“siap Miss”
Lalu Miss Adriene pergi meninggalkan ruangan, dan tak lupa mengunci pintunya.
“Huft” Jena menghembus nafas lega
“ngumpulin paper lama banget sih”
“iya, aku disuruh bawain paper anak-anak lain ke gedung B”
Marvel melihat darah di lutut Jena. “Lutut kamu berdarah, nanti ke uk-“
“ya, i know”