Read More >>"> Secret Room
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Secret Room
MENU
About Us  

Aku berjalan lebih cepat lagi agar bisa lari dari orang yang tidak jelas, kerjaannya setiap hari selalu menghantuiku dengan berjuta pertanyaan yang tidak jelas dan aku tidak tau apa jawabannya.

Aku menoleh kebelakang, syukurlah dia sudah tidak ada lagi. Aku mulai berjalan pelan menuju kelasku.

"Ririn.."sapa Yunna, teman akrabku. Lalu dia duduk disampingku. Aku hanya menatapnya malas.

"Kenapa? Kok gitu wajahnya? Kenapa? Ketemu lagi sama Sharga?"

Aku hanya mengangguk, ekspresi kesalku belum hilang dari wajahku.

"Duh.. Rin, kamu benaran gak ingat sama dia?"

"Aih.. Jangan nanya itu dulu, gak kamu gak dia selalu aja nanya pertanyaan 'kamu gak ingat?' Aku gak ingat apa apa Yun, emangnya siapa sih dia dulu? Kenal aja enggak"

Yunna diam tidak menjawab pertanyaanku. Dan aku pun juga malas membalas perkataannya lagi. Karena laki laki itu, Sharga, yang buat mood ku hilang pagi ini.

Tidak lama, bel masuk pun berbunyi. Aku memerintahkan semua anak anak untuk berdoa sebelum pelajaran dimulai tapi sebelum itu kami semua menyapa guru yang masuk dengan sapaan "selamat pagi, Bu"

Lagi fokus menyalin kata kata yang di tulis Yunna di papan tulis aku dipanggil oleh Ibu Tati. Aku di kelas ini adalah ketua kelas dan Yunna adalah sekertaris, just information.

"Ambilkan buku sejarah di meja ibu, ya? Sekalian kamu panggilkan Sharga di kelas sebelah"

Mendengar nama yang Ibu Tati bilang, mataku langsung membulat. Aku juga mendengar kalau Yunna tertawa kecil, aku tidak tau apa arti tawaannya itu.

"S..Sharga?"

Ibu Tati mengangguk "iya.. cepet ya"

Aku mengangguk lalu berjalan keluar kelas, jalan menuju ruang guru melewati kelas sebelah. Aku sedikit mengintip ke kelasnya, ternyata ia sedang dihukum, berdiri didepan kelas dengan beberapa temannya. Dalam hati aku tertawa keras.

Aku memasuki ruang guru yang sangat sepi karena semua guru pasti masuk ke kelas mereka masing masing. Setelah mengambil buku sejarah, aku berjalan menuju kelas Sharga. Tapi, aku hanya diam disini tanpa bertindak apapun.

"Jangan sampai dia ge-er nanti"

Aku menarik nafas panjang lalu mengetuk pintu. Semua mata langsung tertuju padaku, termasuk Sharga yang tadinya menggerutu sekarang tersenyum.

"Permisi bu, mau manggil Sharga, dipanggil Ibu Tati"

Aku melirik Sharga, ia masih setia memandangiku. Andai saja tidak ada guru saat ini mungkin sudah aku colok matanya dengan kedua jariku.

"Ya.. silahkan. Sharga, kalau sudah selesai, jangan kemana kamana, kembali kekelas dan lanjutkan hukumannya!"

Sharga mengangguk lalu keluar, aku mengucapkan terima kasih pada Ibu guru yang mengajar lalu berjalan cepat meninggalkan Sharga yang menyusulku.

"Makasih, Rin udah bebasin aku dari hukuman Ibu Yuni"ujarnya sambil menatapku dengan senyum yang mengembang.

"Bukan aku, tapi Ibu Tati"ujarku lalu berjalan menuju bangku ku. Untunglah kelas kami sebelahan, jadi dia tidak bisa berkata lebih banyak lagi.

Karena aku duduk di depan meja guru, jadi apa yang Ibu Tati bilang sampai ditelingaku. Aku dengar Ibu Tati menyebut kata kata "Bagaimana?" "Pindah" "Kepala sekolah" "Amerika" entahlah, tapi kalau disambungkan bisa saja kemungkinannya Sharga mau pindah ke Amerika, bukan? Kenapa aku ingin menangis memikirkan ini? Padahal aku sangat risih dengan kehadiran laki laki ini tapi sepertinya hatiku berkata lain.

๐Ÿพ

Sekarang aku lagi duduk dikantin, menunggu Yunna datang sambil membawa makanan yang aku pesen sama dia.

Seseorang duduk disampingku, aku menolehkan kepalaku kesamping setelah mengambil sendok dan garpu. Karena aku kira yang datang adalah Yunna. Tapi, malah si penganggu hidupku.

"Kamu ngapain sih disini?"

"Gapapa, cuma mau bilang makasih yang tadi"

Aku memutar bola mataku "Shar, tadi itu kan kamu dipanggil Ibu Tati. Bukan aku yang bebasin kamu dari hukuman Ibu Yuni"

Tapi, Sharga masih bertahan tersenyum lebar disampingku. Kalau dilihat dia lucu juga, kayak gak asing wajahnya di otakku.

"Eh.. Sharga? Udah pesen? Makan bareng disini aja"

WHAT?! Makan bareng, aku langsung menyela perkataan Yunna "enggak, kamu pergi atau kamu yang aku makan?"ujarku sambil menodong garpu tepat didepan wajahnya. 

Sharga tertawa kecil "gapapa, aku rela, apapun demi kamu"

"SHARGA!!"jeritku membuat semuanya menatapku, sedangkan Sharga sudah berlari jauh. Omo.. aku malu sekarang.

๐Ÿพ

Pulang sekolah, seperti biasa aku menunggu Mang Yanto menjemput aku disekolah. Biasanya Mang Yanto selalu tepat waktu tapi kenapa hari ini telat?

Sebuah mobil hitam berhenti didepanku, aku langsung masuk kedalam karena hari ini sangat panas.

"Kenapa lama Mang?"

Dia tidak menjawab pertanyaanku, tapi kenapa wangi mobil ini berbeda? Entahlah, mungkin Mang Yanto menggantinya.

"Apaansih manggil aku pake Mang?"

Suaranya beda. Aku menolehlan kepalaku kesamping. Sharga?!

"Kok? Lah? Ini mobil siapa?"

"Ini mobil aku, kamu tu kalo mau pulang bareng ngomong kek, pasti bolehin kok. Jangan langsung masuk, kaget tau"

"Apaan sih, aku tu salah mobil"ujarku sambil berusaha membuka pintu. Tapi Sharga malah mengunci pintu dan membawaku kabur.

"Eh eh.. mau kemana? Jangan diculik aku, SHARGA!"

Dia mengabaikan pertanyaanku malah menambah kecepatan laju mobil ini.

"Kamu mau berhenti atau aku teriak?"

Sharga tertawa kecil "teriak aja, gak ada yang denger. Lagian ya, aku cuma mau ngantar kamu pulang. Gak mau nyulik kamu ataupun nyakitin kamu sedikit pun"

Entah dalam hati aku tersenyum, tidak tau kenapa. Seperti ada sesuatu didalam kata katanya itu.

Sepanjang jalan kami berdua hanya diam, aku tidak lagi berprasangka buruk padanya dan dia fokus menyetir. Tapi ada satu hal yang aneh, kenapa dia tau rumahku? Setauku aku tidak pernah memberi alamat rumahku padanya dan dia juga tidak pernah kerumahku. Hemm.. aneh. Tunggu, mungkin Yunna yang memberitaunya.

Mobil Sharga pun berhenti di depan rumahku. Ya.. tepat di depan gerbang yang tengah terbuka lebar dan kelihatan kalau ada Mang Yanto sedang melihati orang orang bengkel yang asik berkutik di mobil.

"Makasih, ya?"

Sharga mengangguk. Aku bersiap untuk turun tapi tangan Sharga menahan lenganku untuk tetap disini sebentar.

"Minggu nanti, temuin aku di taman depan komplek ya?"

Karena aku sudah sangat lelah, aku hanya meng-iyakan permintaannya. Setelah mengucapkan terima kasih sekali lagi, aku pun turun dan masuk kerumah.

"Mang, kok gak jemput?"

"Lah.. kan Mamang udah SMS neng Ririn kalau mesin mobil ada yang rusak, neng gak baca?"

Aku mengambil ponselku di kantong baju, dan benar ada pesan dari Mang Yanto disana.

Aku pun masuk ke kamarku dan membarikan tubuhku di kamar dengan pakaian seragam yang masih lengkap.

Kenapa jantungku berdebar sangat cepat saat berdua didalam mobil dengan Sharga tadi? Tidak! Tidak Rin, dia itu cuma orang iseng. 

Ponselku berbunyi? Aku mengambilnya lalu membuka pesan dari nomor yang tidak tersimpan diponselku.

Jangan lupa hari minggu, Rin.

Ini pasti Sharga, siapa lagi kan? Tapi, ada apa sih sampai dia mau mengajakku ketemuan hari minggu? 

๐Ÿพ

Hari ini adalah hari minggu, aku sedang sibuk membantu orang tuaku berkebun. Menanam berbagai macam sayuran dan buah buah. Kenapa aku mau berkutik dengan tanah hari ini? Karena moment kekeluargaan seperti inilah yang aku rindukan.

Aku sedang menggali tanah untuk menanam bibit cabe.

"Rin.."panggil ibuku.

"Iya ma?"

"Tolong ambilin sendok penggali tanah di gudang ya?"

Aku mengangguk lalu berjalan menuju gudang. 

Setelah menemukan apa yang aku cari, tiba tiba lemari tua yang sudah lapuk jatuh. Tunggu, ada lubang yang berbentuk lubang dibelakang lemari itu. Aku mengambil senter lalu masuk kedalam sana.

Apa ini? Banyak barang barang antik disini, mungkin punya orang tua ku dulu. Aku mengitari ruangan rahasia ini, banyak lemari berisi buku buku yang sudah berdebu.

Ririn Calysta 1999 - 2004.

Buku apa ini? Buku tentangku? 

Aku meniup debu yang mengelilingi buku bewarna coklat ini. Aku membuka lembar pertama.

Lembar pertama sampai ke 7 adalah perjalanan aku lahir sampai masuk TK.

Lembar ke 8 berisi tulisan anak kecil, mungkin ini tulisanku. Tapi kenapa aku tidak ingat kalau aku pernah menulis ini?

Hari ini pertama kali aku sekolah, bergaul dengan anak anak lain dan aku mendapatkan 1 teman laki laki hari ini. Namanya Sharga. Dia sangat sangat baik.

Sharga? Teman kecilku? Benarkah?

Aku membalik halaman berikutnya. 2 buah foto, walaupun sudah sedikit kusan tapi masih terlihat jelas. Satu anak laki laki dan perempuan. Diatas foto itu ada nama yang aku yakini nama dari anak ini. Ririn dan Sharga.

Sharga? Lagi? Apa benar dia teman kecilku? Kenapa aku tidak mengingatnya? 

Aw.. kepalaku sakit sekali. Aku tidak bisa menahannya hinggak buku itu terlepas dan jatuh. 

Semuanya gelap.

๐Ÿพ 

Aku membuka mataku perlahan, setelah pandanganku kembali jelas. Aku melihat orang tuaku sedang memandangiku sendu.

"Kau sadar? Ada yang sakit, sayang?"

Aku masih melamun, ya.. Sharga teman kecilku yang aku lupakan selama ini. Saat aku pingsan, semua kejadian masa kecilku bersama Sharga muncul di tidurku. Kami selalu berdua, bercanda, bertukar makanan, berbagi kebahagiaan dan lain lain. 

"Ma, Sharga mana?"

"Kamu.. kamu udah ingat Sharga?"

Kepalaku kembali pusing.

Temuin aku di taman hari minggu, Rin.

Tanpa memperdulikan kondisi ku yang baru bangun dari pingsan. Aku berdiri, keluar kamar dan berlari menuju taman. Bahkan aku mengabaikan larangan orang tuaku untuk pergi karena kondisiku saat ini.

Aku sampai di taman ini, tidak ada siapa pun disini. Kemana dia? 

Tanpa aba aba lagi aku berlari lagi menuju rumahnya. Jawaban yang aku dapat adalah "maaf, Sharganya udah pergi, barusan. Bawa koper besar"

Koper besar? Jadi yang aku dengar waktu itu adalah benar? Sharga mau pindah? 

Aku kembali berlari menuju rumah Yunna, untunglah rumah kami tidak jauh jauhan.

"Kamu tau Sharga kemana?"

"Kamu udah ingat Sharga, Rin?"

Aku mengangguk "ayo.. kasih tau dimana dia"

"Ikut aku!"

๐Ÿพ

Setelah menempuh waktu yang tidak lama, kami berdua sampai di bandara. Aku yakin Sharga memintaku ketemuan untuk mengucapkan kata perpisahan. Sedangkan air mataku sudah mengalir sejak tadi.

"Na, dimana?"

"Kita kesana" Yunna menarik tanganku, menerobos ramainya bandara. 

Aku melihat layar keberangkatan. Pesawat menuju Amerika sudah berangkat 15 menit yang lalu. Aku terjatuh dilantai dengan air mata yang tidak berhenti mengalir, bahkan tambah deras. Yunna mengelus punggungku, berusaha menenangkanku. Tapi, yang bisa bikin aku tenang hanyalah Sharga saat ini.

"Kok nangis? Sedih ya?"

Suara itu. Aku mengangkat kepalaku dan menoleh kesamping, mendapatkan laki laki yang tadi aku tangisi, sekarang berdiri disampingku.

Yunna membantuku berdiri, aku menghadapkan badanku padanya.

"Kamu.. kamu kok gak bilang mau pindah?"

"Lah.. emangnya kenapa? Toh, kamunya juga gak peduli"

"Siapa bilang? Sejak kapan Irin gak peduli sama Aga?"

Saat aku membaca buku tadi, aku dapat menyimpulkan kalau nama itu adalah panggilan kami berdua saat masih kecil. Aku dapat merasakan, kalau Sharga sedang menatapku tidak percaya.

"Rin, kamu udah ingat?"

Aku mengangguk sambil tersenyum.

"Akhirnya.. Pantesan kamu tiba tiba peduli sama aku"

"Lagian kenapa gak bilang aja sih kalau kamu dulu temen kecil aku?"

"Gapapa"jawab Sharga singkat.

"Eh.. tunggu, bukannya kamu udah berangkat 14 menit yang lalu"

"Bukan, pesawat aku yang bawah bawahnya lagi"

Ya.. ada dua pesawat yang ke Amerika hari itu. Sharga pergi pukul 5 sore nanti.

"Eh.. kalau kamu pergi, aku sendirian lagi?"

"Ikut yuk!"

Sharga menarik tanganku menuju kedai kopi yang terletak di bandara. Sampai saat ia membawaku kehadapan orang tuanya.

"Ma, Pa. Masih ingat kan?"

"Eumm.. kayak kenal. Ririn?"

"Iya.. ini Ririn. Kan aku udah bilang kalau Ririn tuh masih ada di Indonesia dan dia ingat sama aku"

Alu tidak mengerti apa yang Sharga bilang.

"Jadi.. kita gak jadikan pindah ke Amrik?"

Aku mengerti sekarang.

Orang tua Sharga tersenyum "ok.. kita gak jadi pindah. Papa lebih mentingin kebahagiaan kamu, Ga"

Sharga menoleh kearahku "nikah yuk"

Aku melotot padanya lalu menyubit perutnya "kita masih sekolah"

"Gapapa, aku takut kamu diambil orang"

"Gak akan kok"

"Beneran?"

Aku mengangguk.

Sharga memegang tanganku "Aga sayang Irin"

"Irin sayang Aga juga"

Sampai sampai kami lupa kalau ini masih di kedai kopi dan disaksikan oleh orang tua Sharga dan Yunna. 

Tidak apa. Yang penting aku sudah menemukan laki laki yang aku sayangi sejak dulu.

 

 

 

 

Saat aku jatuh, kamu disampingku. Saat aku bahagia atau sedih, kamu disampingku. Saat aku marah, kamu disampingku. Bahkan saat aku mengabaikanmu, kau masih disampingku. Sampai saatnya aku yang ingin selalu berada di sampingmu.

How do you feel about this chapter?

0 0 5 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Beloved Symphony | Excetra
1022      454     0     
Romance
Lautan melintang tiada tuturkan kerasnya karang menghadang.
Behind Friendship
4229      1196     9     
Romance
Lo harus siap kalau rasa sahabat ini bermetamorfosis jadi cinta. "Kalau gue cinta sama lo? Gue salah? Mencintai seseorang itu kan hak masing masing orang. Termasuk gue yang sekarang cinta sama lo," Tiga cowok most wanted dan dua cewek receh yang tergabung dalam sebuah squad bernama Squad Delight. Sudah menjadi hal biasa jika kakak kelas atau teman seangkatannya meminta nomor pon...
PESAN CINTA
5872      1251     33     
Romance
Bagaimana jadinya jika kita mendapat amanah dari orang yang tidak kita kenal? Itu pulalah yang terjadi pada Nasya. Dalam pejalanan pulang menuju kampung halamannya, Nasya berkenalan dengan seorang wanita. Mereka menjadi akrab. Dan wanita itu menitipkan sebuah amanah yang kenyataannya menjadi titik awal perubahan hidup serta jalan cinta Nasya.
Premium
Sakura di Bulan Juni (Complete)
9873      2043     1     
Romance
Margareta Auristlela Lisham Aku mencintainya, tapi dia menutup mata dan hatinya untukku.Aku memilih untuk melepaskannya dan menemukan cinta yang baru pada seseorang yang tak pernah beranjak pergi dariku barang hanya sekalipun.Seseorang yang masih saja mau bertahan bersamaku meski kesakitan selalu ku berikan untuknya.Namun kemudian seseorang dimasa laluku datang kembali dan mencipta dilemma di h...
From Ace Heart Soul
552      327     4     
Short Story
Ace sudah memperkirakan hal apa yang akan dikatakan oleh Gilang, sahabat masa kecilnya. Bahkan, ia sampai rela memesan ojek online untuk memenuhi panggilan cowok itu. Namun, ketika Ace semakin tinggi di puncak harapan, kalimat akhir dari Gilang sukses membuatnya terkejut bukan main.
Run Away
7031      1590     4     
Romance
Berawal dari Tara yang tidak sengaja melukai tetangga baru yang tinggal di seberang rumahnya, tepat beberapa jam setelah kedatangannya ke Indonesia. Seorang anak remaja laki-laki seusia dengannya. Wajah blesteran campuran Indonesia-Inggris yang membuatnya kaget dan kesal secara bersamaan. Tara dengan sifatnya yang terkesan cuek, berusaha menepis jauh-jauh Dave, si tetangga, yang menurutnya pen...
Move on
63      42     0     
Romance
Satu kelas dengan mantan. Bahkan tetanggan. Aku tak pernah membayangkan hal itu dan realistisnya aku mengalami semuanya sekarang. Apalagi Kenan mantan pertamaku. Yang kata orang susah dilupakan. Sering bertemu membuat benteng pertahananku goyang. Bahkan kurasa hatiku kembali mengukir namanya. Tapi aku tetap harus tahu diri karena aku hanya mantannya dan pacar Kenan sekarang adalah sahabatku. ...
SIBLINGS
6528      1152     8     
Humor
Grisel dan Zeera adalah dua kakak beradik yang mempunyai kepribadian yang berbeda. Hingga saat Grisel menginjak SMA yang sama dengan Kakaknya. Mereka sepakat untuk berpura-pura tidak kenal satu sama lain. Apa alasan dari keputusan mereka tersebut?
MAMPU
5513      2120     0     
Romance
Cerita ini didedikasikan untuk kalian yang pernah punya teman di masa kecil dan tinggalnya bertetanggaan. Itulah yang dialami oleh Andira, dia punya teman masa kecil yang bernama Anandra. Suatu hari mereka berpisah, tapi kemudian bertemu lagi setelah bertahun-tahun terlewat begitu saja. Mereka bisa saling mengungkapkan rasa rindu, tapi sayang. Anandra salah paham dan menganggap kalau Andira punya...
Kita
565      376     1     
Romance
Tentang aku dan kau yang tak akan pernah menjadi 'kita.' Tentang aku dan kau yang tak ingin aku 'kita-kan.' Dan tentang aku dan kau yang kucoba untuk aku 'kita-kan.'