I
Melihat,
Apa yang tergantung, dalam batas tanpa nama.
Mengurainya,
Dalam batas – batas kenormalan dunia.
Sungguh, nurani ini,
Menyatakan jika hal itu mungkin.
Tapi apa yang didapatkan dari sesuatu yang lalu muncul?
Vonni,
Seorang cewek.
Cantik dan montok.
Sungguh kemolekan dunia ada pada dirinya.
Kilau cewek itu mengalahkan berlian yang paling mahal sekalipun.
Mata laki – laki ketika melihat eksistensi Vonni seolah – olah menempel pada tubuhnya.
Sungguh, Vonni bagaikan dewi.
Mungkin ditugaskan turun ke bumi untuk menghibur laki – laki.
Merajai mereka.
Sekaligus menundukkan keperkasaan laki – laki.
Tapi, dunia ini adalah tempatnya para manusia.
Yang mempunyai keunikan tersendiri pada kisah kasih mereka.
Yang memiliki kesadaran, Sekaligus ketidaksadaran.
Juga membawa takdir mereka sendiri dalam riwayat pertemanan yang ada.
Sungguh membaca yang tersirat dalam hubungan pertemanan membuat anak manusia mampu melihat lukisan perasaan yang tersurat di dalam hati.
II
Ketika tahun ajaran baru,
Mamat melangkah, dengan santai.
Sambil sepasang matanya melihat sekeliling.
Sungguh mengasyikkan pemandangan hari itu, Banyak siswi baru.
Status Mamat yang sudah veteran seolah – olah disegarkan lagi akal sehatnya.
Tak jemu – jemu laki – laki itu melihat lalu lalang yang terjadi.
Seolah – olah mengamati motor keluaran terbaru, dengan spesifikasi tertentu pula.
“Astaghfirullah,, kok aku lewat sini?” Mamat salah belok.
Harusnya laki – laki itu berbelok ke kiri, tapi dirinya malah berbelok ke kompleks kelas dua.
Harap dimaklumi karena sudah setahun penuh Mamat terbiasa berbelok ke kanan. Apalagi hari itu pertama kalinya Mamat berstatus kelas 3 sma.
Tapi Mamat, tetaplah Mamat. Tak ada yang berubah sedikitpun dari kebiasaannya menjadi siswa di SMA xx itu.
Tiba di kelas IPS 1,
Langsung saja, “Hai, Matt,,”
“Oh, hai, Vonn,”
Cewek itu menghela nafas.
“Kamu itu tetep aja nggak bisa diajak greget.”
“Yaa,, begitu lah,,”
Mamat meletakkan tas nya di sebuah kursi.
“Mbok yang semangat gitu lo, Mat.”
“Ini udah tak semangat – semangatin kali.”, sahut mamat.
“Huh, Apa!? Semangat kok lemes gitu.”
Vonni tampak tidak berkenan.
III
Menjadi kelas 3 sma itu ternyata sama seperti menjadi kelas 2 sma.
Harus belajar di dalam kelas.
Mendengarkan guru menerangkan di depan kelas.
Mengerjakan soal – soal yang sudah diperintahkan bapak/ ibu guru.
Juga beristirahat sejenak jika jam jeda KBM telah tiba. Sambil mengisi perut yang lapar.
Sungguh tidak ada yang berbeda sama sekali.
Hanya kompleks belajar kelas 3 ada di ujung belakang sekolah.
Entah apa alasan kepala sekolah meletakkan kompleks kelas 3 sma kok di dekat kantin?
Mungkin ada hubungannya dengan efisiensi.
Juga ketepatan waktu untuk kembali ke kelas setelah jeda pelajaran.
“Kamu ngecharge token?”
“Enggak,”
“Nggak pingin beli legend?”, tanya Victor, lagi.
“Enggak, Nggak penting.”
Agak dongkol. “Gimana bisa menang kalo xp nya segitu – gitu aja?”
“Aku males suruh beli – beli koin kayak gitu.”
“Ah, kamu,,”, keluh Victor.
Berpapasan dengan Vonni.
“Huh, main aja, Belajar dong diseriusin.”
Membela diri. “Biasa aja keles,”
“Ntar kalo waktunya ujian nggak bisa, Sukurin,”
“Nggak bakalan keles,”, sahut Victor.
Cewek itu kembali berlalu ke suatu tempat.
IV
Menjelang sore,
Sungguh terasa teduh.
Begitu rileks, menenangkan jiwa.
Juga syahdunya menyimpan kehangatan.
Melihat Niken mulai meresapi senja. “Gimana rasanya, Ken?”
“Enak, juga nyaman. Aku jadi ngantuk.”
“Haha,, itulah enaknya tempat ini, Bikin ati rileks.”, ucap Yono.
“Aku cewek yang pertama mbok ajak ke sini?”
Serba salah. “Ya enggak sihh, Sebelumnya aku udah punya mantan.”
“Emm,, Manisan mana sama aku?”
“Kalo tak jawab kamu kepala mu jadi gede gak?”
“Ih, ngejekin deh,”
“Lebih berisi kamu pokoknya.”
“Ohh, jadi mantan kamu itu agak kurus.”
“Ya bisa dibilang gitu,”
“Anak mana sih?”
“Mm,, yang pasti nggak sesekolahan sama aku.”
“Eh, Ken,, btw, jadi kelas 3 gimana rasanya?”
“Biasa aja nggak ada yang istimewa, Cuma bedanya semua manggil mbak.”
“Oh gitu,, Pelajarannya tambah sulit – sulit gak?”
“Enggakk, Aku selalu rajin belajar kok.”
“Kamu itu udah pinter, manis lagi.”, sanjung Yono.
“Apaan sih, Yon? Malu ah,” Tampak merona.
“Jarang lo ada anak yang manis sekaligus pinter, Adanya manis, mungkin agak nggak pinter. Dan sebaliknya,”
“Namanya juga udah ditakdirkan, Yon.”
“Berarti kamu memang udah ditakdirkan untuk aku, Ken.”
“Yon, kamu tu pingin aku malu atau gimana sih?” Tampak tertunduk wajahnya.
V
Malam hari tiba,
“Huuhh,, baru aja masuk udah dapet tugas.”
Vonni menjadi tidak greget.
Didiamkannya sebuah buku di atas meja belajar.
Cewek itu meraih hp.
Vonni mulai mencari – cari kabar dunia dari benda mungil itu.
Terus, dan terus mencari.
Berpindah dari satu web ke web yang lain.
Tapi Vonni tak menemukan apapun.
Mood nya tetap tidak dapat meroket lagi.
Cewek itu meletakkan hp nya.
Iseng. Vonni meraih buku – buku bacaan.
Dibacanya sebuah buku dengan asal – asalan. Yang penting ada aktifitas.
Tersurat pada lembaran buku itu suatu kalimat,
Jika ingin tetap bersemangat menjalani hidup, maka hiduplah dengan suatu tujuan.
“?? Selama ini aku sekolah cuma pingin lulus aja, Juga nilaiku bagus – bagus.”
“So,??” Tampaknya Vonni masih belum mengerti maksud tulisan itu.
Mengirim pesan ke temannya. “Wan, aku mau tanya,, tujuan kamu sekolah tu apa?”
Tidak lama balasan diterimanya. “Ya biar dapet nilai yang bagus trus bisa kerja.”
“Lha kamu besok mau kerja apa?”
“Ya nggak tau, Sekenanya, Belum tak pikirin.”
“Kok belum kamu pikirin tapi udah mikir buat kerja?”
“Ya nggak tau, Dikasih tau orang tuaku aja kayak gitu.”, balas Wanda.
“Oh gitu, Iya deh,”
“Lha kamu tujuan kamu buat sekolah apa?”
“Aku pingin lulus dan dapet nilai yang bagus aja.”
“Kayaknya kurang deh kalo itu aja.”
“Kurang gimana?”, balas Vonni.
“Ya kamu tambahin biar keterima di PTN atau gimana.”
“Oh, Iya, ya, Tapi aku belum kepikiran ngambil apa tuh,”
“Ya yang penting kamu misalnya mau kuliah di U*M gitu,”
“Oo, gitu ya,, Ya, ya, Makasih, Wan,”
“Iya, sama – sama.”, balas Wanda.
Sambil cewek itu tiduran,
“Ternyata susah ya jadi kelas 3,”
“Mau dapet nilai bagus aja ada rintangannya kayak gini.”
Dengan diniat –niatkan cewek cantik itu beranjak dari kasurnya.
Vonni hendak mengerjakan tugas sekolah.
“Aku harus greget. Aku harus bisa dapet nilai yang bagus dan diterima di U*M.”, ucap batin cewek cantik itu.