Kalian suka drama? Terserah mau drama apa saja. Bisa drama Korea atau Jepang, sinetron—yep, itu versi Indonesianya kan? Boleh jadi malah kalian lebih suka drama waktu pelajaran Bahasa Indonesia.
Kuberitahu satu hal, kalau kalian menyukai drama, bersiaplah punya musuh baru. Aku.
Orang-orang selalu bilang nama adalah doa. Kebanyakan tidak percaya ketika kubilang namaku Diana dan aku lahir di tanggal 1 Juli, persis 55 tahun setelah the most popular and beautiful Lady Di itu lahir. Orangtuaku memberi nama Diana dengan harapan aku bisa menjadi seperti beliau—yang tidak terkabul pasalnya aku bertingkah serampangan sejak kecil.
Aku sendiri tidak benar-benar kepingin jadi seperti Lady Di. Dia anggun, cantik, pintar, penuh welas asih dan punya segunung sifat baik lain yang diangankan para orangtua ada dalam anak perempuan mereka. Namun, menilik dari nasib pernikahan dan usianya yang usai sebelum menginjak kepala empat, aku ogah tumbuh bak Lady Di.
Omong-omong aku tidak begitu suka dengan Camilla, karena secara teknis ia adalah orang ketiga dalam pernikahan Pangeran Charles dan Lady Di. Jangan tersinggung sebab ini hanya opini subjektif dari seorang anak yang pernah melihat orang ketiga dalam pernikahan orangtuanya.
Oke, kembali ke topik.
Mari kita bahas dengan 5W1H tentang kebencianku pada drama.
Apa yang kubenci dari drama?
Semua hal yang berhubungan dengan hal tersebut, termasuk drama king dan drama queen. Ini penyebab mengapa aku tidak punya banyak teman. Cewek-cewek puber sering bertingkah seolah-olah isi hidupnya hanyalah dramatisasi konyol belaka, kecuali aku dan sahabatku, Harumi Anggita.
Siapa yang kubenci di drama? Tentu saja mulai aktor sampai pelukis latarnya!
Di mana saja aku membenci drama? Semua tempat! Seumur hidup, baru dua kali aku memainkan drama—dan semuanya kulakoni dengan wajah masam, saat ujian praktek Bahasa Indonesia di SD dan tugas kelas 8.
Kapan aku mulai membenci drama? Sepertinya sejak aku naik ke kelas 2 SD.
Mengapa aku membenci drama?
Tolong deh, kalau kalian disuguhi ayam goreng SETIAP HARI selama bertahun-tahun, nyaris tanpa variasi menu lain, apa nggak muak?
Bagaimana aku bisa membenci drama?
Nah, itu cerita yang panjang, jadi bisa kuceritakan sambil jalan.