Paginya, sebelum berangkat sekolah, Rara sarapan nasi goreng yang sudah disiapkan oleh ibunya di atas meja. Nasi goreng makanan kesukaannya. Tetapi nasi gorengnya harus buatan ibunya. Karena kalau bukan ibunya yang buat, Rara tidak bakalan makan tuh nasi goreng. Sekalipun gratis. Pernah sekali, sewaktu masih kelas satu, baru dua minggu setelah berkenalan, Caca mengajak Rara makan di warung dekat rumah, karena Caca yang lebih dulu datang, tanpa bertanya dulu ke Rara dia langsung memesan dua piring nasi goreng ke penjualnya. Dan benar saja, setelah pesanan ada di depan mereka. Caca langsung menyantap nasi gorengnya tapi berbeda dengan Rara, dia hanya diam memandangi nasi goreng itu tanpa menyentuh sedikit pun.
Sehabis sarapan, Rara mengangkat piring dan gelas bekas minumnya dan diserahkan ke ibunya yang memang kebetulan mencuci piring kotor.
“ Rara pamit ya,” katanya sambil mencium tangan ibunya.
“ Hati-hati.”
Rara mengangguk, lalu berjalan keluar. Di halaman, sudah terpakir motor matic merek honda berwarna biru. Motor yang selalu membawanya kemana-kemana.
Rara segera naik ke motor, memasang helm dan menghidupkan mesin motornya lalu meninggalkan rumah menuju sekolah tetapi sebelumnya dia menjemput Caca di rumahnya. Rumah mereka hanya berjarak sekitar seratus meter.
Masih sepi begitu Rara dan Caca tiba disekolah. Hanya beberapa murid yang baru datang. Begitu turun dari motor Caca langsung berlari menuju toilet sekolah gara-gara perutnya mulas sedangkan Rara memarkir motornya.
Setelah memarkir motor, Rara berjalan masuk ke koridor sekolah menuju kelasnya. Namun, di depan kelas pertama dia menghentikan langkahnya menghadap kaca jendela kelas, merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
“ Astaga kunci motornya, aku lupa ambil,” ujarnya begitu sadar kunci motornya belum diambil dan masih menempel di motornya.
Rara kembali lagi ke tempat parkir motornya mengambil kunci motor. Saat mencabut kunci dikontak motornya, seseorang datang dengan motor ninja, memarkir tepat disebelah motornya. Cowok itu melepas helm sesaat setelah memarkir motornya. Sontak Rara kaget karena di balik helm itu, ternyata cowok yang kemarin dia temui di taman.
Cowok itu melemparkan senyum kearah Rara begitu turun dari motor. Dengan ragu-ragu Rara membalas senyuman cowok itu.
“ Jojo.” Terdengar suara cewek memanggil.
Cowok yang ada di depannya Rara, langsung menoleh kearah suara yang memanggilnya. Tampak seorang cewek berambut panjang memakai bandana warna biru berdiri tidak jauh dari tempatnya melambaikan tangan ke arahnya dengan senyum manis yang menghiasi bibir cewek itu.
Jadi cowok itu namanya Jojo. Dan dia merupakan murid baru di sekolahnya Rara. Dan cewek yang memanggil Jojo barusan, Sisil, murid paling cakep dan paling banyak fansnya di sekolahnya. Jojo lalu berjalan menghampiri cewek itu. Cewek itu langsung menyambutnya dengan menggandeng tangan Jojo dan senyum manis yang masih melekat dibibirnya.
Rara hanya memandangi kepergian mereka dengan hati sedikit iri pada Sisil yang bisa dekat dengan cowok secakep Jojo. Sama-sama cakep sih dan terlihat sangat serasi dan cocok sekali.
***
Pelajaran matematika sedang berlansung di kelas dua IPS 3, kelas Rara. Tampak terlihat Pak Taka, guru matematikanya sedang menulis beberapa soal di papan.
“ Sil, kayaknya kita gak perlu lagi deh ke taman minggu nanti,” kata Rara berbisik pada Caca yang duduk sebangku dengannya.
“ Kenapa emangnya?” Caca menoleh ke Rara.
“ Karena cowok yang kita mau cari ada di sekolah disini.”
“ Serius, Ra?” kata Caca sedikit tidak percaya dengan nada suara cukup keras sehingga menarik perhatian murid lainnya yang langsung melihat kearahnya. Dan detik berikutnya, sebuah spidol melayang kearahnya dan mengenai kepalanya.
“ Auuuug.” Caca meringis sambil mengusap-usap kepalanya yang kena lemparan spidol.
“ Kalian berdua ini bukannnya memperhatikankan malah asyik ngobrol,” omel Pak Taka. “ Sekarang kalian berdua kedepan, kerjakan soal yang ada di papan.”
“ Tapi Pak,” sahut Rara dan Caca hampir bersamaan.
“ Gak ada tapi-tapian, ayo kedepan.”
“ Aduh, Ca, Gimana nih? Aku gak bisa,” kata Rara menyikut tangan Caca.
“ Apalagi aku, gak bisa juga, Ra.”
Pak Taka memukul meja salah satu muridnya yang ada di depannya hingga membuat Caca, Rara dan murid lainnya kaget.
“ Heh, kalian malah ngobrol, ayo cepatan kedepan kerjakan soalnya, kalau kalian gak bisa mengerjakannya, Bapak akan menghukum kalian, berdiri di sudut kelas sampai pelajaran Bapak Selesai.”
Dengan enggan, Caca dan Rara pun beranjak dari duduknya berjalan ke depan.
Teeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeet………
Suara bel sekolah berdering menandakan pelajaran telah usai. Rara dan Caca yang belum sampai ke papan bersorak kegirangan karena tidak jadi mengerjakan soal yang ada di papan dan tidakk perlu di hukum karena tida bisa menjawab.
Caca dan Rara mau balik ke bangkunya untuk membereskan bukunya seperti murid lainnya yang lebih membereskan bukunya dan bahkan beberapa di antara mereka sudah ada yang keluar, namun…
“ Yang bilang kalian boleh balik ke bangku kalian siapa?” kata Pak Taka menghentikan langkah Caca dan Rubi.
Dengan cara bersamaan Caca dan Rara kembali berbalik ke arah Pak Taka.
“Kalian tetap mengerjakan soalnya tapi kerjakan di rumah, besok pagi-pagi sebelum pelajaran dimulai harus sudah Bapak terima.”
“ Yah, Bapak,” kata Rara dan Caca hampir bersamaan.
Dengan wajah cemberut, mereka kembali ke bangkunya.
***
“ Serius, Ra?” tanya Caca melanjutkan pembicaran mereka yang belum selesai tadi.” Cowok itu ada disekolah ini?”
Rara yang lagi sibuk nulis mengangguk. Entah apa yang di tulis yang jelas saat itu dia sedang menulis sesuatu di bukunya.
“ Iya, namanya Jojo tapi…,”
Rara berhenti nulis.
“Tapi apa?” Caca di buat penasaran.
“ Aku liat dia jalan bereng dengan Sisil.”
“ Sisil anak IPA 2?”
“ Iya dan aku liat mereka dekat banget.”
“ Seperti orang pacaran?”
Rara menangguk.
Meskipun begitu Caca tetap penasaran dengan cowok itu, dia pun mengajak Rara ke kelas IPA 2 karena yakin cowok itu pasti ada disana. Kebetulan saat itu jam istrahat masih panjang karena mata pelajaran selanjutnya gurunya tidak masuk.
Setiba di depan kelas IPA 2, mereka jalannya pelan-pelan dan sedikit membungkuk, takut menganggu kelas IPA 2 yang sedang belajar. Mereka mengintip ke dalam kelas lewat kaca jendela, mencari-cari tempat duduk cowok itu.
“Ehem,” seseorang berdehem membuat Rara dan Caca kaget. Mereka segera meluruskan badannya dan menoleh ke orang itu. Dan ternyata…cowok yang dicari-cari sudah berdiri di depannya.
Caca yang berdiri disebelah Rara, menatap cowok itu tanpa berkedip sedikit pun. Rara lalu menarik Caca dari hadapan cowok itu karena diliatnya kehadiran mereka mengundang perhatian dari murid kelas IPA 2.
“ Kok ditarik sih, Ra?” tanya Caca saat mereka sudah berada jauh dari hadapan cowok itu.” Aku kan belum puas ngeliat tuh cowok.”
“ Masalahnya teman-temannya di kelas aku liat pada ngeliat ke arah kita, makanya aku tarik kamu. Dan cowok yang kamu liat tadi itu adalah cowok yang aku maksud.”
“ Jojo?”
“ Iya.”
“ Memang benar sih cakep orangnya. Aku aja ngeliatnya gak berkedip sedikit pun.”
***
Sore harinya, Rara terlihat sedang memarkir motor di depan toko buku. Lalu kemudian masuk ke dalam toko buku itu. Dia berkeliling dari rak yang satu ke rak yang lain mencari buku matematika untuk kelas dua. Biasanya guru masing-masing mata pelajaran yang jualan buku paketnya hanya saja tahun pelajaran ini guru dilarang oleh pihak sekolah untuk berjualan. Jadinya kalau mau punya buku paket harus beli sendiri di luar sekolah. Dan tidak lama setelah berkeliling akhirnya Rara melihat buku matematika untuk kelas dua SMA berjejer rapi di atas rak. Dia mencoba mengambil sendiri bukunya yang ada di rak tanpa meminta pelayan tokonya. Karena kurang tinggi, Rara berjinjik untuk memgambil bukunya di atas rak, tapi meskipun dengan kaki berjinjik, tangannya tetap saja tidak sampai ke buku itu. Berkali-kali dicobanya tetapi tetap saja tangannya tidak sampai-sampai. Karena capek dan gagal terus akhirnya dia memutuskan untuk pergi memanggil pelayan tokonya. Namun pada saat berbalik Rara dikagetkan dengan seseorang yang sudah berdiri di belakangnya.
Jojo
Tanpa diminta, Jojo langsung membantu Rara mengambil buku yang mau diambil dari tadi di rak. Dan sudah pasti tubuh mereka dekat sekali, dan bisa dikatakan hampir menempel satu sama lain. Jarak tubuh mereka hanya berkisar kurang lebih dua centimeter. Jantung Rara kembali berdetak kuat tidak menentu. Dag, dig, dug.
Dengan postur tubuh yang tingi, dengan mudahnya cowok itu mengambil bukunya di rak tanpa harus berjinjik.
“ Nih,” katanya sambil menyodorkan bukunya ke Rara.
“ Makasih,” kata Rara begitu bukunya sudah ditangannya
“ Oya, kita kan belum kenalan,” kata Jojo lagi sambil mengulurkan tangannya.” Jojo.”
“ Rara.” Rara membalas menjabat tangan Jojo. “ Oya, ngomong-ngomong kamu disini ngapain?”
Pertanyaan bodoh, kalau ke toko buku pasti nyari bukulah masak mau nyari baju.
“ Ah, maksudku kamu nyari buku apa disini?”
“ Sama kayak kamu.”
“ Oh, kalau aku sih sebenarnya beli buku ini karena aku punya pr dari Pak Taka, biasanya sih minjam tapi karena temen yang dipinjamin juga gak punya, terpaksa deh harus beli sendiri biar bisa ngerjain prnya. “
“ Aku bisa, bantuin kamu ngerjain pr?”
“ Serius?”
“ Iya tapi ada syaratnya?”
“ Apa?”
“ Kamu harus temenin aku makan. Aku lapar.” kata Jojo sambil mengelus-ngelus perutnya.
“ Makan?” Rara tampak berpikir sambil menggaruk kepalanya yang tidak itugatal .
“ Tenang aja uangmu gak bakalan berkurang kok. Aku yang traktir.”
Rara nyengir.
Mereka lalu ke kasir untuk membayar bukunya. Rara menyerahkan bukunya ke kasir dan mengambil uang di dalam tas ranselnya. Mau bayar tetapi Jojo sudah lebih dulu membayarnya dan bukunya sudah di tangan Jojo. Jojo lalu menyerahkan bukunya yang sudah dibungkus dengan plastik kresek.
“ Makasih loh sudah dibayarin,” kata Rara sambil memasukkan bukunya ke tas dan menyusul Jojo yang lebih dulu jalan keluar dari toko.
“ Kita mau makan dimana?” tanyanya.
“ Kita makan disana aja,” Jojo menunjuk café yang ada diseberang jalan.
" Terus motorku, apa aku perlu bawa atau aku diamin aja dulu disini?"
Jojo menoleh.
" Gak usah, nanti kita balik lagi kesini, toh juga dekat, jadi kita jalan kaki aja kesananya."
Rara mengangkat bahunya," Ya sudah, oke."
Mereka berjalan menyeberang jalan dan masuk ke café. Setelah memesan, mereka lalu duduk di meja paling sudut. Tidak lama seorang pelayan cewek membawa pesanan mereka. Pelayan itu terlebih dahulu meletakkkan jus jeruk di atas meja, tepat di depannya Rara, dan Rara pun langsung mengaduk-ngaduknya dengan sedotan yang ada di gelasnya. Sepiring nasi goreng dan sebotol air putih untuk Jojo. Rara hanya memesan jus jeruk karena masih kenyang, sudah makan sebelum berangkat dari rumah.
“ Bareng pacarnya ya mas?” tanya pelayan cewek itu pada Jojo, setelah selesai menaruh pesanannya di atas meja sambil melihat ke arah Rara.
“ Iya, dia pacarku,” jawab Jojo santai.
Rara yang sedang meminum jusnya langsung tersedak mendengar jawaban Jojo. Pacar? kapan pacarannya coba? ketemunya juga baru kemarin. Dan mana mungkin dia suka dengan Rara yang memiliki wajah pas-pas, tidak ada menariknya sekalipun diliat dari ujung sedotan.
" Ada masalah, Mbak?"
Pelayan itu menggelengkan kepala," Gak ada kok," katanya lalu pergi.
Selesai makan di cafe, sesuai janjinya, Jojo membantu Rara mengerjakan pr matematikanya sebelum akhirnya mereka berpisah di toko buku.
***
Sisil membanting hpnya ditempat tidur setelah mendengar dari teman kelasnya, Fifi kalau Jojo sedang berjalan berdua dengan Rara dan melihat mereka makan bersama. Sisil terbakar api cemburu.
Sedangkan Rara seperti biasa menceritakan tentang pertemuannya dengan Jojo pada Caca di telpon.
“ Seharusnya aku ikut tadi.” Caca menyesal padahal sudah diajakin.
“ Siapa suruh gak mau ikut?”
“Ya, mana aku tau kalo Jojo bakalan ada disana. Tapi ngomong-ngomong pr matematikanya sudah gak dikerjain?”
“Sudah dong.”
“Eis, gaya banget loh. Jangan-jangan kamu ngerjainnya asal-asalan?” tebak Caca gak percaya.
“ Jojo yang bantuin ngerjain prnya.”
“ Jojo? Emangnya dia bisa?”
“ Bisa lah.”
“ Kalau gitu besok pagi aku salin ya jawabannya.”
“Oke.”
***