Berawal dari seorang cewek bernama Rara berwajah yang bisa dikatakan pas-pasan. Pagi ini, hari minggu tetapi hari minggunya tidak seperti hari minggu sebelum-sebelumnya yang biasanya bangunnya siang, kali ini cewek berkulit sedikit gelap itu, tumben-tumbenan bangunnya pagi. Bukan tanpa alasan tetapi karena pagi ini dia sedang janjian dengan sahabatnya mau joging ke taman. Awalnya sih tidak mau tetapi karena dipaksa terus oleh sahabatnya, dia pun akhirnya mau.
Setelah siap, Rara segera meluncur ke depan gerbang rumahnya, menunggu sahabatnya datang. Namun setelah menunggu, berdiri cukup lama dan kakinya mulai pegal, sahabatnya belum datang juga.
“ Tuh anak mana sih, kok belum datang juga?” katanya mulai kesal. Dengan Hp yang ada ditangannya, dia mencoba menelpon sahabatnya. Nyambung sih tetapi tidak diangkat. Dicobanya lagi tetap tidak diangkat-angkat.
“ Pasti tuh anak masih tidur?” pikirnya dengan Hp masih menempel di telinganya.
Setelah yakin sahabatnya tidak bakalan datang, Rara yang sudah terlanjur siap mau joging, akhirnya memutuskan pergi ke taman sendirian tanpa sahabatnya itu. Sepanjang jalan menuju taman, banyak ditemuinya orang-orang sedang berolahraga, ada yang joging seperti dirinya, ada yang sepedahan dan adapula yang sekedar jalan-jalan biasa menikmati udara pagi. Maklum hari libur, jadi banyak yang memanfatkan waktunya untuk berolahraga pagi itu. Setibanya di sana, taman begitu ramai. Bukan hanya yang joging saja yang ada di sana tetapi ada juga yang sepedahan, pacaran, kumpul bareng keluarga, teman-teman atau orang- orang terdekatnya sambil menikmati minuman atau makanan yang dibelinya dari pedagang kaki lima yang berada di pinggir area taman.
Di tengah taman juga tampak terlihat sekumpulan orang-orang dari yang muda sampai yang tua, cewek, cowok, bapak-bapak, ibu-ibu hingga anak-anak sedang melakukan gerakan senam yang dipandu oleh instruktur cewek yang masih kelihatan muda dan enerjik dengan diiringi alunan lagu dandut yang diputar melalui tape.
Saat sedang joging berputar mengelilingi taman, Rara sedikit dikagetkan dengan munculnya seseorang yang sudah joging berbarengan dengannya. Rubi menoleh ke orang itu. Sesosok cowok bertubuh atletis berparas tampan yang wajahnya tidak kalah cakep dengan cowok-cowok korea. Rara pun tidak bisa mengalihkan pandangannya dari cowok itu.
Cowok itu senyum-senyum begitu sadar kalau cewek yang ada disebelahnya itu terus memandanginya. Cowok itu lalu menoleh dan mata mereka sempat bertemu.
“ Awas...nanti jatuh kalo ngeliatnya ke aku terus,” katanya masih senyum.
Baru saja cowok itu selesai bicara, Rara yang tidak memperhatikan langkahnya, tiba-tiba kakinya terpeleset gara-gara kulit pisang yang tidak sengaja diinjaknya dan hampir membuatnya terjatuh. Untungnya, cowok itu cepat membungkuk, menahan tubuh Rara dengan merentangkan tangan kanannya.
Mata kedua anak manusia itu saling bertemu dan mereka saling menatap dengan tatapan yang mendalam, cukup lama dan wajahnya mereka pun sangat dekat sehingga membuat jantung Rara berdetak lebih kuat. Dag dig dug.
Dan…
Gubraaaaakkkkk…
Rara jatuh juga karena tangan cowok itu terlepas tidak kuat lagi menahan tubuhnya.
“ Auuuuh.” Rara meringis kesakitan sambil memegang pantatnya.
“Maaf, maaf.” kata cowok itu sambil membantu Rara berdiri.
“ Kok malah dijatuhin sih, sakit tau,” omel Rara begitu berdiri sambil mengusap-usap pantatnya
“ Iya tau, makanya aku minta maaf.”
“ Emang gak ada niatnya mau nolongin makanya aku dijatuhin?”
“ Niat kok, kamunya aja yang berat.”
“ Berat dari mananya? Kurus kayak gini masih dibilang berat,” kata Rubi melihat dirinya dan memandang kesal cowok itu. “ Udah, ah.” Rara beranjak pergi melewati cowok itu, tetapi cowok itu tiba-tiba menarik tangannya. Rara melirik tangannya.
“ Maaf,” kata cowok itu, melepas tangan Rara.
Rara menoleh ke cowok itu.
“ Gak perlu minta maaf lagi kok. Toh aku juga yang salah.”
“ Tapi kamu gak apa-apa kan?”
“ Masih sakit sih,” jawab Rara sambil memegang pantatnya.
“ Kalau begitu, ayo duduk dulu disitu,” kata cowok itu sambil menuntun Rara ke sebuah tempat duduk yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Rara nurut saja apa kata cowok itu. Habisnya cowoknya cakep sih.
“ Kamu pasti haus kan?”
Rara hanya mengangguk.
“ Ya udah, aku beli minuman dulu, kamu tunggu disini.” Cowok itu lalu pergi kearah pedagang kaki lima yang ada di pinggir taman. Dan tidak lama cowok itu kembali dengan membawa dua botol minuman ditangannya dan langsung duduk disebelahnya Rara. Satu botol minuman lalu diberikan ke Rara tetapi sebelumnya dia membukakan tutup botolnya dulu.
Rara mengambil botol yang ada ditangan cowok itu.
“Makasih.”
“Iya, sama-sama.” Kata cowok itu sambil membuka tutup botol minumannya yang satu lagi untuk dirinya. Begitu terbuka, dia langsung meneguknya sedangkan Rara bukannya diminum malah dia kembali memperhatikan cowok itu lagi.
Sempat menelan ludah saat cowok itu minum dan air minumnya sedikit jatuh mengalir ke lehernya dan membasahi kaos yang dia pakai.
Rara segera mengalihkan wajahnya kedepan sesaat sebelum cowok itu menoleh ke arahnya.
” Gak bosan apa ngeliatin aku terus?”
“ Yah?” Rara kembali menoleh ke cowok itu. Ternyata cowok itu sadar kalau Rara kembali memperhatikannya.
“ Aku cakep ya?” tanya cowok itu sambil melemparkan senyum dari bibir tipisnya.
Cakep banget.
“ Enggak. Biasa aja.”
“ Tapi ngeliatin segitu amat.”
Wajah Rara memerah.
“ Ih…apaan sih?” Rara salah tingkah.
“ Pura-pura gak ngaku lagi?”
Selain cakep cowok itu ternyata nyebelin juga ya. Nyebelinnya buat Rara salah tingkah. Rara beranjak dari duduknya lalu pergi, kali ini cowok itu tidak menahannya lagi.
Namun Rara yang belum jauh meninggalkan cowok itu, kembali ke tempat yang tadi, tetapi disana cowok itu sudah gak ada.
***
Dengan wajah capek, Rara tiba di rumahnya. Melepaskan sepatu dan meletakkan di tempat biasa, di rak. Hp yang ada di saku celananya berdering. Diambilnya dan ternyata yang menelpon sahabatnya, Caca.
“ Ya halo, Ca,” begitu mengankat telpon.
“ Lagi dimana?”
“ Dirumah.”
“ Kok, dirumah? Emangnya kamu juga gak jadi joging?
“ Jadi lah, kamunya tuh yang gak jadi. Padahal kamu yang ngajakin malah kamu ya gak datang,” omel Rara sambil duduk di kursi tamu.
Caca nyengir.
“ Maaf ya, soalnya tadi aku ketiduran.” Caca mencoba mencari alasan.
“ Emang gak nyalain alaram?”
“ Nyalain sih.”
“ Tapi dimatiin lagi pas alaramnya nyala. Iya kan?”
“ Kamu tau aj, Ra?” Caca nyengir lagi. “ Maaf ya.”
“ Iya. Ya sudah kalau gitu, aku mau mandi dulu, dah.” Rara menutup telponnya, lalu berdiri berjalan kearah kamarnya.
“ Rara.” Ibunya memanggil dari dapur.
“ Iya.” Rara yang sudah di depan pintu kamarnya, lalu menghampiri ibunya.” Kenapa Bu?” tanyanya begitu sampai di depan ibunya.
“ Tolong antarin ke Tante Erica ya,” kata ibunya sambil menyodorkan sebuah rantang kecil.
“ Tante Erica yang baru pindah itu ya?”
Ibu mengangguk.
“ Ah, malas Bu,” sambil menyodorkan kembali rantangnya ke ibunya lagi.
“ Rara, masak ibu yang harus ngantarin sementara ibu masih ada kerjaan loh.”
“ Tapi Bu, Rara kan belum mandi.”
“ Gak apa-apa. Sudah sana.”
Dengan malas Rara ke rumah Tante Erica. Tante Erica, tetangga barunya. Baru kemarin pindahnya.
Tok, tok, tok…
Rara mengetuk pintu rumah Tante Erica begitu tiba. Tidak lama pintunya terbuka. Tante Erica yang membukakan pintunya.
“ Maaf Tante, menganggu.”
“ Oh, gak apa-apa. Rara ya? Anaknya Ibu Widia?”
“ Iya, Tante. Nih, Ada kiriman makanan dari Ibu buat Tante.” Sambil menyodorkan rantang yang dibawanya ke Tante Erica.
“ Makasih banyak ya, Ra. Ya sudah, kamu masuk aja dulu. Tante mau mindahkan dulu makanannya.”
“ Iya, Tante.”
Rara masuk dan duduk di sofa menunggu Tante Erica kembali.
“ Maaf ya, menunggu lama,” kata Tante Erica begitu balik. Dia lalu mengembalikan rantangnya ke Rara. “ Oya, Tante mau ngenalin kamu ke anak Tante, tapi anak Tante masih mandi. Jadi ngenalinnya lain waktu aja ya.”
“ Iya, Tante. ” Rara melirik kearah foto berukuran besar yang di tempelkan di dinding. Foto anak cowok, gendut berpose seperti model berpengalaman.
Pasti itu foto anak Tante Erica, masak iya aku mau dikenalin sama anak kecil, gendut lagi.
***
Di kamar Caca.
Caca tertawa keras begitu mendengar cerita Rara soal kejadian yang dialaminya tadi pagi di taman.
“ Secakep apa sih tuh cowok sampai kamu gak bisa ngalihkan pandanganmu dari dia? “ tanya Caca penasaran, masih tertawa.
“ Pokoknya cakep dah, Ca.”
“ Jadi tambah penasaran pengen liat tampang cakep cowok itu.”
“ Kalau begitu, gimana kalau minggu nanti kita ke taman, siapa tau dia joging lagi disana?”
“ Boleh.”
“ Tapi kamu beneran datang ya jangan sampai gak?”
Caca menganggukan kepala dengan mantap.
***