Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dimensi Kupu-kupu
MENU
About Us  

“Cie yang pamer foto di Instagram, yang backgrounnya lukisan-lukisan. Keren sih, tapi sayang sendirian aja kaya kiper,” ucap Devina ketika dia baru saja sampai dan meletakkan tasnya di kursi.

“Yee sirik aja,” jawabku sambil menyalin PR Fisika yang belum kukerjakan. Kemarin kan aku pulang malam, jadinya lupa deh kalau ada tugas. Maaf ya Allah, aku sedang kepepet nih lima menit lagi Bu Guru datang.

“Iya nih gue sirik, lo nggak bilang-bilang mau kesana mana nggak ngajak lagi. Gue tu pengen kesana meskipun nggak tau apa-apa tentang lukisan. Tapi paling enggak kan disana ada pahatan-pahatan Tuhan yang indah.” 

Aku langsung geleng-geleng mendengar penuturan Devina. Kalau masalah cowok aja dia langsung gercep. “Jangan centil deh!”

“Kemarin lo ke Galeri sama siapa sih Ras” tanya Devina kepo, tapi belum sempat kujawab, gadis itu malah cengar-cengir. “Ah gue tau, sama Kak Arja kan? Tu cowok meskipun mulutnya kaya balsem, perhatian juga ya ternyata.”

Nah kan minta ditabok. Kalau aja dua tanganku tidak sibuk menyalin PR, tabok beneran deh Devina. 

“Katanya kesel sama dia. Kesel apa sukaaa?” Devina meledek.

“Suka dari Konoha! Orang dia yang maksa kok. Tu orang kan suka banget merintah-merintah.”

“Emang dia suka merintah-merintah?” 

Aku menarik napas sebentar. Mama dan Kak Arja pernah menasihatiku agar tidak suka ngomongin orang dari belakang, tapi karena ini Devina yang mancing duluan, namanya aku juga manusia yang gampang tergoda jadi maaf lagi ya Allah. 

“Iya. Dia itu harus menjadi pemimpin semuanya, termasuk hak gue juga. Masa kemarin dia nyuruh gue bawa baju ganti terus dia mau jemput pulang sekolah, tapi berangkat paginya gue disuruh ngojek. Bukan main kan kekuasaannya,” ucapku.

“Terus lo iyain?”

Aku mengangguk.

“Itu namanya lo mengakui kalau Kak Arja itu emang berkuasa.” Devina berujar santai tapi sukses membuatku menghentikan aktivitas menulis.

“Masa sih?”

Devina mengangguk. “Tau lapisan sosial nggak? Intinya semacam itulah.”

Aku menggeleng cepat, bukan karena tidak tau. “Big no! Gue emang mengakui kalau Kak Arja itu pucak piramida lapisan sosial. Secara dia kan pinter, cocok jadi pemimpin, koleris. Tapi serius gue nggak tunduk sama dia juga,” tolakku keras.

“Ya buktinya lo lakuin juga kan apa yang dia perintah?”

“Gini ya Vin, lapisan sosial itu terjadi ketika ada seseorang yang punya kemampuan lebih dari orang-orang lain. Nah otomatis orang itu dipandang baik dan orang-orang yang merasa lebih rendah dari dia berpikir ‘orang itu pinter, jadi kita nggak bakal salah kalau ikut kata-katanya’. Dan itu beda sama kasus gue yang iyain perintahnya," jelasku panjang. 

“Aduh Ras, terus alesannya apa?”

“Cuma penasaran. Titik!,” tekanku. “Nggak mungkin lah gue tunduk sama Arja cuma gara-gara dia pinter. Dampak buruk lapisan sosial itu namanya.” Aku kembali melanjutkan menyalin contekan. Satu menit lagi bel masuk akan berbunyi.

Devina mengangguk-angguk. “Eh tapi gue mencium bau-bau nanti sore ada orang kencan nih,” sindir Devina ketika tukang ledeknya mode on lagi. Aku hanya diam sambil pasang muka galak agar gadis itu diam. Betul saja, Devina diam setelahnya namun masih cengengesan lalu dia melongok buku fisika yang masih kutulis. “Apaan tuh?” tanyanya.

“PR Fisika.”

“APA? PR Fisika? Anjir gue belum ngerjain.” Devina kelabakan.

***

Pulang sekolah Kak Arja betulan menjemputku ke sekolah tapi boro-boro kencan seperti yang Devina bilang, laki-laki itu malah membawaku ke Bantar Gebang. Mau apa coba? Dikira aku sampah apa?

Mobil Kak Arja terparkir jauh dari lokasi kami sekarang. Tapi yang membuatku heran, disana juga ada teman-teman Kak Arja yang lain. 

“Nah Pak ketua datang. Tumben telat Ja, biasanya kita dateng lo udah stand by aja,” seru salah satu teman Kak Arja ketika kami baru saja sampai. Laki-laki yang kini kembali memakai jaket jeans buluk itu tersenyum.

“Iya, tadi jemput ini dulu,” jawab Kak Arja sambil menunjukku dengan sikunya dan sama sekali tidak melirik.

“Siapa nih? Adek lo?” Teman Kak Arja bertanya lagi. Aku hanya tersenyum bingung ditatap enam teman Kak Arja yang 4 diantaranya adalah laki-laki.

Kali ini Kak Arja menghadapku sambil mengerutkan kening. “Menurut lo mirip nggak?” tanyanya diikuti senyuman miring.

“Iya mirip,” teman laki-laki Kak Arja yang sejak tadi bertanya itu menjawab dengan sok tau. Mirip dari Wakanda!

“Iya, ini adek gue,” jawab laki-laki berjaket buluk itu minta ditampol.

“Enak aja ngaku-ngaku!” Aku mendelik. Sementara Kak Arja hanya tertawa pelan dan enam temannya memperhatikanku bingung. “Kak Arja itu cuma …” Ucapanku menggantung, disana aku mengalami keadaan bingung akan berkata apa.

“Cuma?” lanjut teman-teman Kak Arja kompak sambil mengulum senyum. Ini namanya pembulyan.

“Udah-udah! Kasian itu adeknya jadi malu kan.” Perempuan berhijab yang tadi membulyku akhirnya membela juga. Diam-diam aku menghela nafas lega. Ah Kakak yang satu ini memang penyelamat.

“Ck baik deh Hanum mah, bikin tambah naksir aja,” ucap teman Kak Arja yang lain dengan aroma modus.

Perempuan yang ternyata bernama Hanum itu menjulurkan lidah, lalu beralih memperhatikan Kak Arja. “Gimana Ja perkembangannya?” tanyanya.

“Bagus kok, ini kita tinggal pisah-pisahin Polietilena Tereftalat-nya.”

“Yah gorek-gorek sampah lagi dong ini.” Laki-laki yang menggoda Kak Hanum mengeluh.

“Gino sih mana tau peribahasa berakit-rakit ke hulu berenang-renang kemudian,” cibir perempuan satunya yang tidak pakai hijab sambil bangkit berdiri. “Ayok ah mulai, biar pulangnya nggak kesorean!”

Orang-orang itu mulai bangkit satu persatu dan berjalan meninggalkan tempat mengobrol tadi. Aku hanya berdiri kikuk ketika tersisa aku, Kak Arja dan perempuan teman Kak Hanum.

“Mau ikut?” tanya perempuan itu ramah. Aku tersenyum, belum sempat kujawab tau-tau saja Kak Arja sudah menyela terlebih dahulu.

“Ikut lah, lo sama Hana ya Ras!” perintah Kak Arja. Jadi perempuan yang mengajakku ini namanya Kak Hana.

“Iya.” Meski belum mengerti sepenuhnya, aku tetap menurut. “Tapi itu tadi poli-poli apa? Aku nggak ngerti,” ujarku akhirnya.

Kak Hana tersenyum simpul, itu lebih membesarkan hatiku daripada ekspresi Kak Arja yang terlihat merendahkan seperti sekarang ini.

“Polietilena Tereftalat itu jenis plastik yang biasa dipake buat botol minum sama wadah minyak,” ucap Kak Arja. Aku  mengangguk pelan, buat apa mereka-mereka mengumpulkan sampah botol?

“Jadi ini buat bahan percobaan kita, Polietilena Tereftalat nantinya bakal diuraikan sama bakteri Ideonella Sakaiensis. Tau kan sampah plastik susah terurainya? Jadi ini kegiatan penting.” Tanpa ditanya lagi, Kak Arja sudah lebih dulu menjelaskan ketika melihat rautku yang masih bingung. Sebenarnya dari penjelasan barusan, aku makin bingung. “Kalo masih nggak ngerti, tanyain sama Hana aja ya!” ucap Kak Arja sebelum menyusul teman-temannya yang lain.

Kini hanya tersisa aku dan Kak Hana yang mulai berjalan pelan menyusul. Jadi tujuan Kak Arja ngajakin kesini itu apa? Pembuktian apa?

“Namanya siapa ya?” tanya Kak Hana.

“Raras Kak.” Aku menjawab sopan sambil memperhatikan wajah cantik teman Kak Arja yang satu ini.

“Raras kok bisa ikut Arja sih? Emang dia bilang apa sampai kamu mau-mau aja diajak ke tempat sampah begini?” Kak Hana bertanya dengan nada penasaran yang enak didengar. Sama sekali bukan nada intimidasi.

“Nggak tau sih Kak, dia cuma butuh pengakuan soalnya aku terus-terusan bilang kalau dia itu  bisanya perintah-perintah orang lain doang.” Aku nyengir sementara Kak Hana tertawa pelan.

“Haha, Arja emang gitu.”

Kok ambigu ya, maksud Kak Hana ‘emang begitu’ itu Kak Arja emang suka perintah-perintah orang lain apa gimana?

“Kak Han, emang percobaan ini tuh buat apa sih?” tanyaku pelan.

“Tujuan kegiatan ini itu sebenernya buat penyaluran minat anak yang suka sama hal berbau bio-bio gitu. Rencana sih kita pengen kegiatan ini jadi UKM kampus, tapi ya gatau deh kedepannya bakal ngapain. Tuh si Arja yang jadi pelopor,” jelas Kak Hana.

“Apa cuma anak Teknologi Bioproses aja Kak yang ikut?”

Kak Hana menggeleng. “Aku anak Biologi Ras."

“Jadi bebas yang mau ikut?”

“Iya, asalkan dia ada niat sama mampu. Arja pernah bilang sama anak-anak dia Cuma mau pimpin orang-orang yang beneran mau dipimpin. Jadinya ya gini, kita cuma sisa 7 orang doang yang serius. Tapi bener sih kata Arja, nggak nyesel juga kehilangan orang yang nggak niat.” 
Kak Arja juga pernah bilang gitu ke aku waktu di Kopi Bar dulu. Jadi itu pengalamannya ya?  Benar-benar ngambis ya manusia yang satu itu

“HAN!” 

Aku dan Kak Hana menoleh bersamaan, ternyata laki-laki yang bernama Gino tadi yang meneriakkan nama Kak Hana.

“Cepet sini bantuin!” perintahnya.

Aku mendapati Kak Hana memasang wajah malas ketika laki-laki bernama Gino itu bicara dengan tampang modus.

“Ogah!” Kak Hana menarik tanganku menuju Kak Hanum setelah menolak mentah-mentah Kak Gino. Aku cuma meringis menyaksikannya. Sebelum aku menyusul yang lain bekerja, Kak Hana membisikkan sesuatu yang membuatku berpikir lama.

“Arja butuh pengakuan kan Ras? Percaya deh, akuin aja kalau dia nggak seperti yang kamu pikirkan. Dia cuma ulat yang belum jadi kupu-kupu.” Aku memicing. Apa ini?

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Pillars of Heaven
3020      968     2     
Fantasy
There were five Pillars, built upon five sealed demons. The demons enticed the guardians of the Pillars by granting them Otherworldly gifts. One was bestowed ethereal beauty. One incomparable wit. One matchless strength. One infinite wealth. And one the sight to the future. Those gifts were the door that unleashed Evil into the World. And now, Fate is upon the guardians' descendants, whose gifts ...
What a Great Seducer Fist Series : Mengenalmu
17053      3059     6     
Romance
Bella, seorang wanita yang sangat menyukai kegiatan yang menantang adrenalin terjebak di dalam sebuah sekolahan yang bernama Rainwood University dengan profesinya sebagai Guru BK. Bukan pekerjaan yang diharapkan Bella. Namun, berkat pekerjaan itu takdir dapat mempertemukannya dengan Rion. Salah seorang muridnya yang keras kepala dan misterius. Memiliki nama samaran RK, Rion awalnya bekerja sebag...
BEST MISTAKE
13259      2303     3     
Romance
Tentang sebuah kisah cinta yang tak luput dari campur tangan Tuhan yang Maha Kuasa. Di mana Takdir sangat berperan besar dalam kisah mereka. "Bisakah kita terus berpura-pura? Setidaknya sampai aku yakin, kalau takdir memang tidak inginkan kita bersama." -K
Di Bingkai Sebuah Perjuangan Mimpi
3046      1715     3     
Short Story
Kisah ini menceritakan tentang sebuah kisah sang melodi yang terperangkap dalam kisah yang menjebak dan menggoda Senyum Yang Dibalut Komedi, Penasaran Lanjuutkan bacaa Kawan #^_^#=  ̄ω ̄=
Broken Wings
1340      790     0     
Inspirational
Hidup dengan serba kecukupan dan juga kemewahan itu sudah biasa bagiku. Jelas saja, kedua orang tuaku termasuk pengusaha furniture ternama dieranya. Mereka juga memberiku kehidupan yang orang lain mungkin tidak mampu membayangkannya. Namun, kebahagiaan itu tidak hanya diukur dengan adanya kekayaan. Mereka berhasil jika harus memberiku kebahagian berupa kemewahan, namun tidak untuk kebahagiaan s...
CHANGE
488      349     0     
Short Story
Di suatu zaman di mana kuda dan panah masih menguasai dunia. Dimana peri-peri masih tak malu untuk bergaul dengan manusia. Masa kejayaan para dewa serta masa dimana kesaktian para penyihir masih terlihat sangat nyata dan diakui orang-orang. Di waktu itulah legenda tentang naga dan ksatria mencapai puncak kejayaannya. Pada masa itu terdapat suatu kerajaan makmur yang dipimpin oleh raja dan rat...
Too Sassy For You
1571      708     4     
Fantasy
Sebuah kejadian di pub membuat Nabila ditarik ke masa depan dan terlibat skandal sengan artis yang sedang berada pada puncak kariernya. Sebenarnya apa alasan yang membuat Adilla ditarik ke masa depan? Apakah semua ini berhubungan dengan kematian ayahnya?
You Are The Reason
2299      940     8     
Fan Fiction
Bagiku, dia tak lebih dari seorang gadis dengan penampilan mencolok dan haus akan reputasi. Dia akan melakukan apapun demi membuat namanya melambung tinggi. Dan aku, aku adalah orang paling menderita yang ditugaskan untuk membuat dokumenter tentang dirinya. Dia selalu ingin terlihat cantik dan tampil sempurna dihadapan orang-orang. Dan aku harus membuat semua itu menjadi kenyataan. Belum lagi...
FAYENA (Menentukan Takdir)
688      430     2     
Inspirational
Hidupnya tak lagi berharga setelah kepergian orang tua angkatnya. Fayena yang merupakan anak angkat dari Pak Lusman dan Bu Iriyani itu harus mengecap pahitnya takdir dianggap sebagai pembawa sial keluarga. Semenjak Fayena diangkat menjadi anak oleh Pak Lusman lima belas tahun yang lalu, ada saja kejadian sial yang menimpa keluarga itu. Hingga di akhir hidupnya, Pak Lusman meninggal karena menyela...
Beach love story telling
3046      1494     5     
Romance
"Kau harus tau hatiku sama seperti batu karang. Tak peduli seberapa keras ombak menerjang batu karang, ia tetap berdiri kokoh. Aku tidak akan pernah mencintaimu. Aku akan tetap pada prinsipku." -............ "Jika kau batu karang maka aku akan menjadi ombak. Tak peduli seberapa keras batu karang, ombak akan terus menerjang sampai batu karang terkikis. Aku yakin bisa melulu...