Read More >>"> Dimensi Kupu-kupu (6. Bad Luck) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dimensi Kupu-kupu
MENU
About Us  

Ada kabar duka dari Om Herman, meninggal jam 2 malem tadi, serangan jantung. Mama sama Ayah harus kesana pagi-pagi. Kamu sarapan roti lapis aja, udah Mama siapin di meja. Sekalian Mama minta tolong, anterin kue lapis pesenan Tante Riska. Ini hari pertama launching lapis di tokonya. Siapapun yang baca tulisan ini, Ratih atau Raras, kalian sama-sama nggak bisa dibangunin. Pokoknya Mama pulang Roti harus udah dianterin.

Raras, Kak Ratih harus berangkat pagi buat mendaki Papandayan sama temen. Minta doa restunya dan roti lapis jangan lupa dianterin. Ok. Luv Sister????

Dua memo yang tertempel di pintu kulkas itu semakin membuatku kelabakan. Pertama, Om Herman meninggal? Laki-laki itu memang sudah jarang ngopi bareng Ayah di rumah. Tapi aku cukup kenal dengan dia. Satu-satunya laki-laki yang membesarkan hatiku ketika semua orang memandangku aneh waktu di acara syukurannya Kak Arja.

Kedua, aku kesiangan karena tidak ada yang membangunkanku tidur. Dan probabilitas aku bakal telat semakin jelas karena perintah dari Mama untuk mengantarkan roti lapis ke rumah Tante Riska. Otomatis itu akan mengulur waktu. Mana Kak Ratih pake segala mendaki gunung. Ponselku meraung-raung di saku kemeja, tapi kuabaikan karena aku tahu itu telepon dari siapa.

Setelah kusambar kotak besar berisi roti lapis, aku langsung berlari keluar rumah. Dan ternyata ada hal ketiga yang membuatku lebih kelabakan. Ban motor belakangku kempes. Kulirik jam tangan yang melingkari lengan kiriku, 06:53.

Kukeluarkan handphone yang masih berdering dari dalam saku. Awalnya niatku ingin meminta tolong pada Devina untuk menjemputku, kalau dia belum berangkat diantar Ayahnya, aku mau nebeng. 

Tapi karena sepertinya Kak Arja pengen banget denger suaraku, terbukti dengan usaha kerasnya menelpon tapi tak pernah kuangkat, kugeser ikon telepon ke warna hijau.

"Heh, mana roti lapisnya? Ini gue buru-buru mau berangkat, ntar di rumah ngga ada orang," omel Kak Arja langsung.

"Ck, ini lagi otw," ucapku bohong.

"Heh, mau bohong juga pake otak. Otw kemana sepi gitu?"

"Ini otw-nya emang jalan kaki, lagi nyari ojek. Udah deh situ diem aja nggak usah nambahin ribet!" Kali ini aku yang mengomelinya.

"Emang motornya kemana?" tanya Kak Arja gemas.

"Kempes!"

"Ck, nyusahin! Udah situ aja, share loc habis ini gue jemput!" tukas Kak Arja Langsung. Aku mendelik mendengar dia akan menjemputku habis ini.

"Nggak usah! Aku naik ojek," tolakku.

"Terserah, tapi kalo lo sampe ni rumah udah kosong, lo anterin sendiri ke toko!" balas laki-laki itu kian memojokkanku. Aku tidak tahu dimana letak toko kue Tante Riska, jadi aku cuma bisa kesal sendiri ketika keadaanku sekarang dikendalikan Kak Arja. Dia bossnya semua orang.

Aku cuma bisa berdiri diam di samping scoopy putihku dan menatapnya nanar setelah sambungan terputus. Perihal aku yang bilang ke Kak Arja kalau sedang mencari ojek, aku bohong. Aku sedang sangat tidak ingin bertemu laki-laki itu. Semakin kesini, Kak Arja semakin aneh. Pertama tanpa angin tanpa hujan dia mengontakku setelah hampir dua tahun tidak bertemu, pertemuan terakhirpun aku tidak merasa akrab dengannya. Lalu dia mengajakku bertemu dan seperti memaksaku memiliki tujuan hidup. Dan puncaknya, sepertinya dia mulai mengarahkan hal ini pada kematian, dari yang dia bilang di Kopi Bar waktu itu sampai kemarin dia memutar lagu Not Gonna Die-nya Skillet dengan suara keras seakan-akan dia sengaja melakukan itu agar aku dengar.

Sepuluh menit berdiam diri seperti orang linglung, kedatangan CB150R hitam di depan gerbang rumah membuyarkan lamunanku. Si pengendara membuka helm fullface-nya, muka Kak Arja yang rautnya ngajak berantem langsung kelihatan. 

"Cepet!" perintahnya songong.

Aku meraih helm dari atas motorku dan bergegas naik ke CB150R-nya Kak Arja. Motor itu meninggalkan halamanku tepat di jam 07:05.

"Langsung ke tokonya Tante Riska dulu deh," ucapku pada laki-laki yang kali ini memakai jaket belel dengan banyak jahitan pouch keren, beda dengan yang sebelum-sebelumnya yang hanya model sobek-sobek. Nah, sejak kapan aku jadi pengamat jaketnya Kak Arja?

"Nggak takut telat?" tanyanya.

"Udah deh, mingkem aja nggak usah banyak nanya!" Badword-ku mulai keluar. 

Kulihat dari kaca spion, Kak Arja melirikku tajam. Tapi tidak ada waktu untuk memikirkannya karena yang aku lakukan di sepanjang perjalanan hanya sibuk memelototi jam tangan.

Beberapa menit kemudian, motor akhirnya berhenti di depan toko kue yang mirip kafe. Di depannya ada puluhan meja kursi sebagai tempat nongkrong. Dari kaca yang tembus pandang, aku juga mendapati di dalam sana ada meja bartender kopi. Dan tulisan di tengah pintu kaca yang berbunyi CLOSED.

"Tante Riska kemana?" tanyaku bersamaan dengan usaha turun dari motor. 

"Ngelayat," jawab Kak Arja singkat kemudian ikut turun setelah melepas helmnya.

"Oh iya ya." Aku mengangguk-angguk mengingat kalau Om Herman teman Ayahnya Kak Arja juga. "Yaudah, nih!" Kuserahkan box berisi roti lapis itu ke Kak Arja.

"Bentar, gue taro dalem dulu." Laki-laki itu berjalan ke dalam toko dan langsung keluar setelah kulihat dia meletakkan box di atas meja bartender.

Aku masih berdiri diam ketika laki-laki berjaket belel itu telah menaiki motornya lagi. Selesai helm fullfacenya terpakai, Kak Arja menghidupkan mesin motor tanpa ada niat melirikku. "Naik!" perintahnya.

Aku tetap tidak bergerak. "Duluan aja! Katanya buru-buru, nanti aku naik ojek," tolakku hati-hati.

"Bego! Itu nambah kemungkinan telat lo makin gede namanya," ujar Kak Arja sarkas.

"Siapa juga yang mau telat, udah siang juga, paling gerbang udah ditutup."

"Jadi lo mau bolos?" tanya Kak Arja dengan dua alisnya yang terlihat bertaut. "Cuma perkara nganterin roti aja bikin lo males sekolah? Ck ck ck." Dia memandangku dengan pandangan merendahkan. "Cepet naik! Gue anterin," perintahnya tegas.

Mau tak mau, aku kembali naik ke atas motor hitam itu dengan rasa dongkol karena makhluk songong bernama Arja. "Arja itu kayaknya diambil dari kata Raja deh, makanya suka merintah-merintah orang lain," gerutuku bersamaan dengan motor yang kembali melaju.

"Analogi lo baik juga, tapi konteks yang diambil dari Raja ke gue itu sifat memimpinnya, bukan yang suka merintah orang lain." Suara Kak Arja samar-samar terdengar di antara kendaraan yang melaju lainnya. "Lagian gue juga udah pernah bilang, gue cuma mimpin orang-orang yang bener-bener mau gue pimpin doang. Selebihnya, untung apa gue tetep peduli sama mereka?"

Aku mendengus, "oh yaa? Apa ada hal yang bisa menunjukkan kalo Kak Arja itu nggak suka perintah-perintah orang lain kayak yang situ lakuin ke aku ini?" cibirku.

"Jadi lo mau bukti?" tantangnya.
"Kalau ada sih kenapa enggak," jawabku tidak peduli.

"Oke, tunggu aja kabar dari gue kalo mau liat buktinya."

Setelah itu tidak ada percakapan lagi di antara kami, hingga beberapa menit berlalu, gerbang sekolah yang sudah ditutup rapat menjadi penyambut pertama kedatanganku dan Kak Arja.

Aku tidak ada niatan sama sekali untuk berusaha atau minimal memikirkan cara agar bisa masuk sekolah dengan aman. Itu masalahnya Arja. Siapa suruh sok-sokan mengantar murid telat sepertiku.

Kedatangan kami ternyata mengusik ketenangan Pak Dito yang sedang ngopi di Pos Satpam. Laki-laki paruh baya itu awalnya menatap kami dengan tampang garang, tapi setelah Kak Arja membuka helmnya, raut Pak Dito berubah ceria seperti baru ketemu Presiden.

"Wah, Mas Arja! Ada kepentingan apa nih, tumben" kata Pak Dito sambil membuka membuka gembok pagar.

"Haha, apa kabar Pak Dito? Saya mau ketemu guru piket." 

"Kabar baik. Yaudah, masuk aja!"

Setelah acara rayuan terselubung itu selesai, motor Kak Arja diizinkan masuk ke dalam lingkungan sekolah. Nah, ini adalah dampak positif pengakuan orang lain terhadap kemampuan seseorang. Pak Dito mana mau bukain gerbang kalau seandainya Kak Arja bukan lulusan terbaik SMA 11. Tapi aku sama sekali tidak ada niatan membicarakan itu. Nanti dia nambah songong.

Motor berhenti tepat di depan lobi sekolah, disana ada satu guru yang sedang tugas piket. Aku digiring Kak Arja menemui guru itu. Sampai disana, laki-laki itu menjelaskan mengapa aku bisa telat. Mulai dari berita duka Om Herman sampai ban motorku yang kempes. Untunglah guru itu mengizinkanku masuk kelas setelahnya. Aku melirik Kak Arja yang memberiku kode agar cepat pergi. Aku tersenyum kecil. Lalu aku mendapati laki-laki jaket belel itu mengobrol seru dengan guru piket setelah kepergianku. Aku jadi memikirkan rasa kesal dan bersalah secara bersamaan. Katanya tadi dia buru-buru, bohongkah? atau karena aku, dia harus mengobrol dengan guru piket itu?

***

“Vin,” panggilku tepat setelah pesanan siomay kami datang. Devina hanya menjawab dengan deheman dengan perhatian sibuk meracik kecap sambal.

“Gue mau nanya,” lanjutku.

“Yaelah, perasaan saban hari lo nanya terus sama gue, pake minta izin segala!”

Aku menghela napas pelan kemudian memasukkan potongan siomay ke mulut. “Ya abisnya gue bingung Vin.

“Yaudah, mau nanya apa emang?” tanya Devina akhirnya.

“Lo hidup buat apa sih?” 

Entah dimana letak kesalahannya pertanyaanku, Devina sukses tersedak siomay super pedasnya. Aku Cuma meringis ketika menyaksikan wajahnya yang memerah juga mata yang berarir.

“Holly shit Ras, pertanyaan lo itu kayak mengarahkan kalo gue mending mati aja.” Devina berkata lagi setelah satu gelas es jeruknya sudah dia tenggak habis.

“Itu pertanyaan Vin bukan perintah. Tujuan lo hidup itu apa?”

“Abisnya lo ambigu banget, keselek kan jadinya.”

Aku hanya meringis. “jadi?” tanyaku lagi.

“Banyaklah! Gue mau jadi orang sukses, istri sholeha-“

“Stop-stop,” potongku cepat. “Ralat deh pertanyaannya, lo ada rencana apa buat ke depan?”

Devina mengernyitkan dahinya sejenak kemudian memasukkan dua potong siomay sekaligus ke dalam mulut. “Rencana ya? Gue nggak tau sih ini rencana apa cuma ekspetasi. Habis lulus SMA gue pengen kuliah ambil jurusan dokter kaya Abang gue.  Abisnya kesel sih, tiap hari pulang ke rumah dia ngatain gue bego mulu mentang-mentang dia anak FK. Kan ketaker banget anak FK otaknya kaya gimana.” Devina menghentikan sejenak kalimatnya dan menatapku dengan raut melas. “Tapi otak gue nggak nyampe Ras, mau dipaksain juga kasian ni kepala nantinya. Jadi gue ambil jalan pintasnya aja, paling nggak Biologi lah yang penting nggak jauh-jauh dari FMIPA.”

Nah kan, Devina aja udah punya rencana yang menurutku itu bagus. Jadi apa cuma aku yang masih terus-terusan bingung sama rencana hidup.

“Kenapa sih nanya gituan?” tanya Devina dengan raut muka kepedasan.

“Gue kok bingung ya Vin kedepannya bakal ngapain. Kata Kak Arja kita harus punya tujuan hidup biar jelas kedepannya mau apa. Jadi kalo gue terus-terusan nggak punya rencana kaya gini, besok gue jadi apa ya?” aku mengetuk dahiku sendiri dengan tangan berulang kali. Suasana kantin yang makin lama makin sesak malah membuat kepalaku tambah pusing.

“Kalopun kita punya tujuan tapi Tuhan nggak meridhoi juga sama aja Ras. Jadi disesuaikan sama diri masing-masing aja, mungkin lo ini tipe sanguinis yang merasa oke-oke aja sama keadaan dan nggak terlalu pemikir. Asal rasa bodoamatnya nggak kebangetan banget sih, gue yakin cerah dikit lah masa depan lo.”

“Jadi gue harus gimana?” tanyaku sambil mengurut kening.

“Show! Not tell! Gue tau kok meskipun lo ini orangnya ngalir, lo tetep punya tujuan kan? Lo itu cuma kurang percaya diri buat ngungkapinnya, bahkan buat ngeyakinin ke diri sendiri aja pesimis.” Gadis itu berujar santai.

Aha! Devina benar sekali. 

“Apa siomay pedes mempengaruhi kinerja otak ya makin oke ya?” Kucomot sepotong siomay dari piring Devina. Kebetulan yang kuambil adalah bagian favorit gadis itu. Siomay isi telur yang sejak awal dia sisihkan untuk kenikmatan terakhir. Devina hampir ngamuk kalau saja aku tidak menyerahkan siomayku yang porsinya masih banyak. Tentu yang masih ada telurnya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
PUBER
1786      735     1     
Romance
Putri, murid pindahan yang masih duduk di kelas 2 SMP. Kisah cinta dan kehidupan remaja yang baru memasuki jiwa gadis polos itu. Pertemanan, Perasaan yang bercampur aduk dalam hal cinta, serba - serbi kehidupan dan pilihan hatinya yang baru dituliskan dalam pengalaman barunya. Pengalaman yang akan membekas dan menjadikan pelajaran berharga untuknya. "Sejak lahir kita semua sudah punya ras...
#SedikitCemasBanyakRindunya
2943      1062     0     
Romance
Sebuah novel fiksi yang terinspirasi dari 4 lagu band "Payung Teduh"; Menuju Senja, Perempuan Yang Sedang dalam Pelukan, Resah dan Berdua Saja.
NWA
2000      811     1     
Humor
Kisah empat cewek penggemar boybend korea NCT yang menghabiskan tiap harinya untuk menggilai boybend ini
The Prince's Love
366      249     1     
Fantasy
some people are meant to meet, not to be together.
THE WAY FOR MY LOVE
418      323     2     
Romance
Because I Love You
605      445     1     
Romance
The Ocean Cafe napak ramai seperti biasanya. Tempat itu selalu dijadikan tongkrongan oleh para muda mudi untuk melepas lelah atau bahkan untuk menghabiskan waktu bersama sang kekasih. Termasuk pasangan yang sudah duduk saling berhadapan selama lima belas menit disana, namun tak satupun membuka suara. Hingga kemudian seorang lelaki dari pasangan itu memulai pembicaraan sepuluh menit kemudian. "K...
Lingkaran Ilusi
8288      1864     7     
Romance
Clarissa tidak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Firza Juniandar akan membawanya pada jalinan kisah yang cukup rumit. Pemuda bermata gelap tersebut berhasil membuatnya tertarik hanya dalam hitungan detik. Tetapi saat ia mulai jatuh cinta, pemuda bernama Brama Juniandar hadir dan menghancurkan semuanya. Brama hadir dengan sikapnya yang kasar dan menyebalkan. Awalnya Clarissa begitu memben...
Tentang Kita
1631      698     1     
Romance
Semula aku tak akan perna menduga bermimpi pun tidak jika aku akan bertunangan dengan Ari dika peratama sang artis terkenal yang kini wara-wiri di layar kaca.
My Teaser Devil Prince
5564      1337     2     
Romance
Leonel Stevano._CEO tampan pemilik perusahaan Ternama. seorang yang nyaris sempurna. terlahir dan di besarkan dengan kemewahan sebagai pewaris di perusahaan Stevano corp, membuatnya menjadi pribadi yang dingin, angkuh dan arogan. Sorot matanya yang mengintimidasi membuatnya menjadi sosok yang di segani di kalangan masyarakat. Namun siapa sangka. Sosok nyaris sempurna sepertinya tidak pernah me...
The Cundangs dan Liburan Gratis Pantai Pink
887      523     3     
Inspirational
Kisah cinta para remaja yang dihiasi fakta-fakta tentang beberapa rasa yang benar ada dalam kehidupan. Sebuah slice of life yang mengisahkan seorang pria aneh bernama Ardi dan teman-temannya, Beni, Rudi dan Hanif yang mendapatkan kisah cinta mereka setelah mereka dan teman-teman sekelasnya diajak berlibur ke sebuah pulau berpantai pink oleh salah seorang gurunya. Ardi dalam perjalanan mereka itu ...