Bunga berguguran, aroma tanah basah menyeruak membawaku ke sebuah memori-memori yang pernah kulalui selama ini. Hal yang paling tepat kulakukan saat ini adalah sembunyi. Aku tak punya nyali sedikitpun untuk mendekat ke kerumunan orang yang menatap sendu gundukan tanah di depannya.
Pohon kamboja yang jadi tempat persembunyianku itu rindang, berbunga lebat seakan jadi pengantar terakhir yang meninggalkan dunia untuk selamanya. Aku mendongak ketika seseorang tiba-tiba mendekat, kutatap dia dengan sendu.
"Aku punya janji," ucapku. Orang itu hanya tersenyum. "Aku punya janji ke sahabatku buat liburan bareng."
"Dia pasti ngerti."
Aku menggeleng. "Mama, Ayah, Kak Ratih, aku belum pamit."
"Tuhan sayang kamu, mereka semua tau."
Kutatap dengan nanar kerumunan orang-orang disana dari balik pohon kamboja. Mama, Ayah, dan Kak Ratih tak henti-hentinya membelai lembut pusara itu. Juga Devina, yang tengah menangis sendu menyaksikan sahabatnya yang kini berubah wujud menjadi sebuah gundukan tanah.
Pandanganku beralih lagi ke pusara sampingnya, semuanya bersedih.
"Kamu kupu-kupu yang disayang Tuhan, tempatmu bukan disini lagi." Kak Arja meraih pergelangan tanganku. "Pulang sekarang ya Ras?"
Aku terdiam cukup lama kemudian mengambil keputusan untuk mengangguk. Setelah itu Kak Arja membawaku ke atas langit, menuju pintu yang membuat duniaku tak lagi sama.
Selesai.